Inilah Para Pemilik Mobil Pertama di Indonesia
https://www.naviri.org/2018/09/pemilik-mobil-pertama.html
Naviri Magazine - Kita tentu sudah biasa dengan mobil, dan bisa jadi kita juga punya mobil di rumah. Entah mobil pribadi maupun mobil keluarga. Kenyataannya, mobil sudah jadi barang biasa saat ini, khususnya di Indonesia. Di mana-mana ada mobil, bahkan jalan raya sampai macet karena banyaknya mobil. Tetapi, pernahkah kita bertanya-tanya, siapa orang Indonesia yang pertama kali memiliki mobil?
Orang Indonesia yang pertama kali mempunyai mobil adalah Sunan Solo, pada tahun 1894. Mobilnya bermerk Benz, tipe Carl Benz, beroda empat. Diperlukan waktu satu tahun persiapan pembuatannya, karena tipe ini memiliki banyak variasi sesuai pesanan Sunan. John C. Potter, seorang penjual mobil, mendapat kepercayaan untuk mengurus pengirimannya dari Eropa.
Tahun 1907, salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat, membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder, sama dengan kendaraan yang dipakai Gubernur Jenderal di Batavia.
Malah ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga Sunan Solo disebabkan Sunan tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal.
Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi, tiba-tiba saja Sunan Solo memesan mobil dari pabrik dengan merk yang sama, dan Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimler lewat Prottel & Co.
Orang Indonesia lain, yang juga dari keluarga kesultanan, yang memiliki mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai mobil, muncul setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku.
Sultan begitu terkesan, dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya. Tidak seperti King Dick yang beroda tiga, Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan.
Ada juga orang Indonesia lain, sebagai pemilik mobil pertama di daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Brebes. Di tahun 1904, mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard, dilengkapi persneling maju dan mundur. Tetapi hanya memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.
Ramainya mobil menggugah minat para pengusaha untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dunia dagang sektor impor waktu itu memang masih langka. Di samping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik dari Eropa maupun dari Amerika.
Namun, hanya ada beberapa nama yang bisa bertahan sampai tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Di antara mereka adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika, tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor. Juga Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.
Nama-nama lain yang kurang menerima pesanan impor, seperti pemilik mobil O’herne yang juga memiliki mobil Peugeot, juga akhirnya berminat menjadi perantara importir mobil seperti merk yang dimilikinya. Juga nama H. Jonkhoff yang berangkat dari pengusaha piano, kemudian menanamkan modalnya untuk bertindak sebagai agen impor mobil dari Amerika, seperti merk Ford, Studebaker, dan mobil-mobil keluaran Jerman, Darraq, Benz, Brasier, Berliet, dan lainnya.
Ada juga usaha untuk mendatangkan mobil-mobil Italia dan Perancis, yang saat itu kurang mendapat pasar di Batavia. Namun, setelah ditangani dengan publikasi/promosi yang baik, produksi kedua negara tersebut jadi banyak dibeli, terutama mobil merk Fiat yang mungil namun bertenaga besar. Cabang para importir mobil tersebut bukan hanya di Batavia dan Surabaya, tetapi ada juga di Semarang, Bandung, Medan, dan kota lainnya.
Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Lahirnya Harley-Davidson di Dunia