Papua, dan Misteri Pulau Berusia Jutaan Tahun
https://www.naviri.org/2018/09/papua-dan-misteri-pulau-berusia-jutaan-tahun.html
Naviri Magazine - Bagi pendaki gunung, mendaki jajaran Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah impian. Betapa tidak, pada salah satu puncak pegunungan itu terdapat titik tertinggi di Indonesia, yakni Carstensz Pyramide, dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Karenanya, pendaki gunung papan atas kelas dunia selalu berlomba untuk mendaki salah satu titik yang masuk dalam deretan tujuh puncak benua tersebut. Apalagi dengan keberadaan salju abadi yang selalu menyelimuti puncak, membuat hasrat kian menggebu untuk menggapainya.
Tetapi, siapa yang menyangka jika puncak bersalju itu dulunya adalah bagian dari dasar lautan yang sangat dalam?
“Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia, dalam kurun waktu yang panjang, menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo, saat memaparkan sejarah terbentuknya Pulau Papua.
Keberadaan Papua saat ini, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia semula hanya memiliki sebuah benua, yang bernama Pangea, pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65 juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua, dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.
Pada kurun waktu itu juga, benua Eurasia, yang berada di belahan bumi bagian selatan, pecah kembali menjadi benua Gonwana, yang di kemudian hari menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
“Saat itu, benua Australia dengan benua-benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara itulah, batuan Pulau Papua mengendap, yang menjadi bagian dari Australia, akan muncul di kemudian hari,” tambah sarjana geologi jebolan Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta ini.
Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru itu, sambungnya, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi, dengan kecepatan 2,5 km per sejuta tahun.
Proses itu masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng, antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia, di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal pulau dan pegunungan di Papua.
Akhirnya, proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun, menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang kita lihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam, dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surga para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surga para peneliti geologi dunia.
Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan, berawal dari berakhirnya zaman es, yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan, pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.
“Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua masih dikategorikan muda, sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Itu juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru,” tambah peraih gelar master di bidang Economic Geology dari James Cook University, Townswille, Australia ini.
Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakini akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki pegunungan di Indonesia itu disebabkan perubahan iklim secara global, yang terjadi di daerah tropis.
Baca juga: Misteri Piramida Bangsa Maya yang Mencengangkan