Mike Tyson, Perjalanan Hidup Petinju Terkenal Dunia (1)
https://www.naviri.org/2018/09/mike-tyson-part-1.html
Naviri Magazine - Mike Tyson adalah petinju terkenal yang pernah dielu-elukan dunia karena menjadi pemenang terus menerus, khususnya di era 80-90an. Pada masa-masa keemasannya itu, Mike Tyson sangat disegani petinju lainnya, serta digemari banyak orang di dunia.
Namun, tak selamanya petinju hebat itu meraih kemenangan gemilang. Petinju yang belakangan berganti nama menjadi Malik Abdul Aziz itu harus menghadapi perputaran hidup, dan takdirnya berubah. Dari petinju terkenal, menjadi gembel jalanan. Berikut ini kisahnya.
***
Di keramaian Los Angeles, suatu malam, seorang berandalan dibekuk polisi. Dia tampak sempoyongan, sementara bau alkohol menguar dari tubuhnya. Sebelumnya, mobil yang ia kendarai melaju dengan kecepatan tinggi, sampai kemudian menabrak sisi jalan. Kepada polisi, dia mengaku tersesat, dan lupa membawa SIM. Ia hendak pergi ke pesta, tapi malah nyasar ke tempat lain.
Anehnya, dua polisi itu tak menahan di berandalan. Mereka malah mengantar lelaki mabuk itu hingga di tempat pesta. Dua polisi baik hati itu menitip pesan kepada penjaga pintu, “Tolong pastikan dia pulang lagi ke rumahnya.”
Lalu kedua polisi itu pergi sembari berjanji akan datang lagi mengecek si pemabuk. Begitu dua polisi itu pergi, semua peserta pesta di sana ikut bubar. Dengan mulut bau alkohol, dia sempat meminta peserta pesta menunggunya. Tapi tak ada yang peduli. Acara itu pun bubar.
“Datang ke sebuah pesta diantar polisi bukan ide bagus. Bisa merusak pesta,” ujar si pemabuk. “Kasihan juga si tuan rumah.” Pemabuk yang mencoba melucu itu adalah Mike Tyson, petinju legendaris yang sohor dengan julukan si Leher Beton.
Kisah di atas dituturkan Tyson kepada Las Vegas Sun. Dan kisah mabuk itu hanya satu dari sekian kisah mengerikan, yang dituturkan dengan gaya melawak dalam acara Mike Tyson: Undisputed Truth-Live on Stage. Itu acara yang ditampilkan di panggung teater. Dalam acara itu, Tyson “menelanjangi” dirinya sendiri. Mengajak penonton masuk ke dunia yang berjasa menerbangkan namanya ke seluruh dunia, sekaligus membantingnya ke titik nadir. Kini, nasib si Raja Knock Out itu memang sedang sempoyongan.
“Tiga tahun lalu saya tak punya rumah. Saya butuh uang untuk menjaga agar serigala tak memasuki pintu,” tutur Tyson, seperti dikutip dari The Sun. Beruntung, lanjutnya, seorang penggemar nun jauh di Inggris sana datang menolong. Memberi uang. Menampilkannya dalam sejumlah acara talkshow. Dari uang itulah, Tyson mendanai acara teater, dan mendapat bayaran dari penonton.
Mike Tyson adalah contoh bahwa hidup bisa berputar ke sisi yang berseberangan. Dulu hidup dari bertarung di ring, kini hidup dari membanyol. Dulu para penonton ngeri melihat keberingasannya, kini mereka terbahak-bahak. Dua-duanya sama gunanya. Menyambung hidup.
***
Michael Gerard Tyson, begitu nama pemberian orang tuanya, lahir pada 30 Juni 1966 di Brooklyn, sebuah daerah yang keras di kota New York. Ayahnya, Jimmy Kirkpatrick, meninggalkan rumah saat Tyson berumur 2 tahun. Sang ibu, Lorna Smith, sendirian membesarkan Tyson beserta dua saudaranya, Rodney dan Denise. Saat remaja, Tyson gemar berkunjung ke Taman Kota Brownsville. Dia jatuh cinta pada taman itu. Pada burung dara yang selalu berkerumun.
Entah apa daya pikatnya. Dia melihat burung dara seperti hewan ajaib. Begitu sayang pada burung itu, ia lalu membeli dan merawat seekor di rumah. Rajin memberi makan. Memandikan. Bermain-main dan bersenda gurau dengan burung itu.
Suatu hari dia terkejut. Burung dara peliharaan itu raib dari rumah. Dicari ke sana kemari tidak ketemu. Ternyata burung itu dicuri anak-anak bengal. Dan tak cuma mencuri, geng bengal itu memelintir leher burung itu, hingga jadi bangkai.
Tubuh si pembunuh burung itu memang lebih besar. Juga terlihat lebih kekar dari Tyson, yang saat itu berusia 11 tahun. Dan si bengal itu benar-benar cari gara-gara. Sembari membawa bangkai burung itu, dia lewat di depan rumah. Lalu melempar bangkai itu ke muka si empunya. Tyson yang pendiam itu pun murka. Lalu nekat berkelahi melawan di tubuh besar itu. Tak menunggu lama, dia menghujani bertubi-tubi bogem ke muka sang lawan.
Ditonton banyak orang, si bengal babak belur. “Boleh diartikan sayalah pemenangnya,” ujar Tyson dalam wawancara dengan majalah Time di kemudian hari.
Baku pukul karena burung itu mengubah jalan hidup Mike Tyson. Dari anak rumahan menjadi berandal jalanan. Dan hidup di jalanan daerah kumuh, seakan cuma bisa bertahan dengan kepalan tangan. Dia lalu bergabung dengan geng jalanan. Berkelahi nyaris saban pekan. Semenjak itu, hidupnya cuma di dua tempat. Jalanan dan kamar penjara.
Sebelum berumur 13 tahun, Tyson sudah ditangkap polisi 38 kali. Sang ibu yang cemas lalu mengirim Tyson ke sekolah Tryon School for Boys di Johnstown, New York. Sekolah itu menampung banyak anak berandalan. Di situ banyak pilihan ekstrakurikuler. Dan Tyson memilih tinju. Kelas itu dilatih oleh Bobby Stewart, seorang mantan petinju. Tapi Tyson hanya berlatih beberapa bulan di situ. Melihat bakat besar Tyson, Bobby lalu mengenalkannya dengan pelatih legendaris, Cus D’ Amato.
Lewat orang itulah, dunia kemudian mengenal Si Leher Beton. Dari sekolah itu, dia dipindahkan ke sasana tinju D’Amato di Catskill Boxing Club pada 1980. Dibantu asistennya, Kevin Rooney, D’Amato membentuk ulang anak bengal itu. Menanam kedisiplinan. Melatihnya mengendalikan diri. Kelak, Tyson mengenang D’Amato sebagai arsitek dalam hidupnya.
“Dia menghancurkan hidup saya. Tapi kemudian ia membangunnya kembali,” ujarnya.
Sang pelatih memindahkan kebengalan anak jalanan itu ke atas ring.
Ketika dididik di sasana itu, ibu Mike Tyson jatuh sakit. Kanker menggerogotinya. Semula, sang ibu berjuang keras, lalu menyerah. Lorna Smith wafat tahun 1982, dua tahun sebelum Tyson memulai karir profesional.
Sepeninggal sang ibu, D’Amato menjadi wali Tyson. Dia menjadi sosok ayah bagi Tyson, sampai D’Amato meninggal pada 1985. Setelah D’Amato wafat, Tyson dilatih Kevin Rooney. Tahun 1984, saat berusia 18 tahun, Tyson memulai debut tinju profesional.
Remaja bengal itu sukses memukul KO Hector Mercedes di ronde pertama. Memukul Hector hingga tersungkur melempangkan jalan ke lawan-lawan berikutnya. Dan kemenangan demi kemenangan diraih. Hampir semua tersungkur KO. Lalu tibalah 1986. Remaja 20 tahun itu melawan Trevor Berbick, sang juara kelas berat versi WBC. Meski Berbick bertubuh besar, Tyson tidak sulit merobohkan sang juara. Di ronde kedua, Berbick tersungkur.
Tyson pun mencatatkan diri sebagai petinju termuda dalam sejarah yang berhasil meraih sabuk juara kelas berat dunia. Ia meraihnya dalam usia 20 tahun, 4 bulan, 22 hari.
Tyson kemudian membuat para petinju ketakutan, bahkan para juara. Pada 1976, dia memukul KO James Smith, pemegang sabuk kelas berat WBA. Lima bulan kemudian, Tyson menjadi petinju pertama yang berhasil menyatukan seluruh gelar tinju kelas berat, setelah mengalahkan Tony Tucker, pemegang sabuk IBF. Tyson kemudian dikenal sebagai Raja KO.
Baca lanjutannya: Mike Tyson, Perjalanan Hidup Petinju Terkenal Dunia (2)