Mengapa Kita Tidak Bisa Mengingat Semua Hal?
Naviri Magazine - Dalam perjalanan hidup yang kita lalui, ada banyak sekali kejadian, peristiwa, juga pengalaman—besar maupun kecil—yang...
https://www.naviri.org/2018/09/mengingat-semua-hal.html
Naviri Magazine - Dalam perjalanan hidup yang kita lalui, ada banyak sekali kejadian, peristiwa, juga pengalaman—besar maupun kecil—yang sebagian kemudian tinggal di ingatan dan menjadi kenangan.
Umumnya, hal-hal yang kita ingat sampai lama adalah hal-hal besar, atau hal-hal penting, atau bisa pula hal-hal dramatis. Misalnya, kita bisa mengingat saat pertama kali bertemu teman di perguruan tinggi, tapi kesulitan mengingat siapa teman kedua, ketiga, dan seterusnya.
Selain itu, ingatan kita ke masa lalu juga memiliki batas. Misalnya, kita masih bisa mengingat banyak hal yang terjadi ketika masa SMA, tapi ingatan kita makin sulit menjangkau kejadian-kejadian di SMP, SD, apalagi masa TK atau sebelum sekolah. Dengan kata lain, ingatan kita terbatas, dan kita memang tidak bisa mengingat semua hal. Pertanyaannya, mengapa?
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terkait memori manusia, kenyataannya kita memang tidak mungkin dapat mengingat semua hal. Kenyataan itu ditegaskan oleh Paul King dari Redwood Center for Theoretical Neuroscience, University of California Berkeley. Ia mengatakan, “Terlalu banyak informasi yang masuk ke otak, dan otak kita tidak bisa menyimpan semuanya.”
Rata-rata, setiap hari otak kita menerima 1 triliun masukan sensorik. Itu 10 kali lebih banyak dibanding seluruh neuron dalam otak. Karena kenyataan itu pula, otak kita “kewalahan” jika harus mengingat semuanya.
Suzana Herculano-Houzel, neuroscientist yang menemukan metode menghitung jumlah neuron dalam otak manusia, menyatakan bahwa saat ini rata-rata jumlah neuron dalam otak manusia adalah 86 miliar.
“Otak berevolusi untuk mengoptimasi perilaku, bukan untuk menyimpan atau mengingat arus saraf sensorik,” ujar Paul King. “Desain otak adalah untuk memancarkan jaringan, karenanya tidak begitu cocok untuk menyimpan ingatan dan mengingat secara sempurna. Komputer digital mempunyai desain yang lebih baik untuk itu.”
Paul King juga menyatakan, manusia bisa berkembang secara efektif karena bisa menginterpretasikan masukan sensorik dengan cara mengumpulkan data sensorik, dan mengubahnya menjadi pola, semisal gerak.
Contohnya, kita belajar cara makan sewaktu bayi, lalu otak mengolah dan membuat kita mengingat polanya. Berdasarkan hal itu, manusia secara tidak sadar menganggap pola lebih penting daripada sekadar menyimpan data berupa ingatan mentah.
Lebih dari itu, Paul King juga menegaskan, “Kalau kita bisa mengingat segala hal, kita akan tenggelam dalam lautan detail, dan akan jadi kurang efektif. Sukses datang dari mengingat pohon mana yang kita cari, bukan dari mengingat semua pohon.”
Meski manusia kenyataannya tidak bisa mengingat semua hal, namun ada anomali. Beberapa orang diketahui memiliki ingatan super, sehingga bisa mengingat banyak hal secara lebih detail, atau dapat mengingat hal yang sebenarnya sudah lama berlalu, atau tidak terlalu penting, yang biasanya akan dilupakan kebanyakan orang.
Rebecca Sharrock, misalnya, dikenal sebagai orang yang memiliki ingatan hyperthymesia atau sering disebut Highly Superior Autobiographical Memory (HSAM). Orang yang memiliki ingatan HSAM semacam itu dapat mengingat segala hal secara detail, termasuk percakapan-percakapan yang ia dengar, tontonan yang ia saksikan, pengalaman yang dijalani, sampai ke hal-hal kecil.
Pada saat ini, Rebecca Sharrock berusia 28 tahun, dan dia bisa mengingat kejadian atau hal-hal yang ia alami saat berusia 12 tahun, dengan detail-detail yang menakjubkan. Diperkirakan, saat ini hanya ada sekitar 60 orang di dunia yang memiliki ingatan super semacam itu.
Selain Rebecca Sharrock, orang terkenal lain yang diketahui memiliki ingatan luar biasa atau HSAM adalah Jill Price, wanita kelahiran 1965 yang tinggal di Southern California. Dia bahkan menjadi orang pertama yang didiagnosis sebagai pemilik ingatan HSAM.
Laporan penelitian pertama tentang Jill Price diterbitkan pada 2006. Dua tahun kemudian, Jill Price bersama Bart Davis menulis buku berjudul The Woman Who Can’t Forget. Ia kemudian dengan sukarela menjadi subjek penelitian di Universitas California Irvine.
Ketika ditanya bagaimana rasanya bisa mengingat semua hal, Jill Price menjawab, “Tidak ada orang yang bisa membayangkan bagaimana rasanya. Bahkan tidak juga para ilmuwan yang mempelajariku.”
Ada banyak eksperimen dalam bentuk ujian yang pernah dilakukan kepada Jill Price terkait ingatannya yang luar biasa. Dan dia bisa menjawab serta menerangkannya dengan benar, selama hal-hal itu memang dialaminya sendiri, atau ia dengar, atau ia tonton. Artinya, meski memiliki ingatan hebat dan dapat menjawab banyak hal, Jill Price hanya bisa menjawab jika pertanyaan yang diajukan memang terkait dengan dirinya.
Misalnya, saat ditanya “kapan tragedi kecelakaan pesawat Lockerbie?” Jill Price bisa langsung menjawab dengan benar, “21 Desember 1988.” Karena kebetulan dia menyaksikan peristiwa itu di televisi.
Dalam pertanyaan lain, tim ilmuwan menderetkan tanggal Paskah selama 20 tahun terkahir, dan meminta Jill Price menyebutkan tanggal-tanggal selama 20 tahun tersebut. Jill bisa menyebutkan semua tanggal Paskah dalam 20 tahun secara tepat dan benar, karena dia memang menjalani hari-hari tersebut.
Kenyataan itu juga tak berbeda dengan Rebecca Sharrock yang sama-sama memiliki ingatan super. Dalam sebuah acara televisi Australia, seorang presenter menguji Rebecca dengan buku Harry Potter. “Bab 17. Bagaimana bab itu dimulai?”
“Oke, bab 17,” jawab Rebecca Sharrock. “Judulnya The Man with Two Faces.” Setelah itu, Rebecca menyebutkan kata-kata, kalimat per kalimat yang tertulis dalam buku tersebut, secara tepat, padahal dia sama sekali tidak memegang buku apalagi membacanya.
Dia mampu melakukan hal itu, karena memang telah membaca buku tersebut sebelumnya, dan ingatannya dapat mengingat setiap kata dengan detail menakjubkan.
Sepertinya menyenangkan kalau kita juga memiliki ingatan super seperti mereka. Saat menghadapi ujian, misalnya, kita tidak perlu belajar mati-matian, karena kita bisa langsung mengingat semua hal tanpa perlu mengulang dalam bentuk belajar lagi. Di satu sisi, punya ingatan super semacam itu memang menyenangkan. Apalagi jika terkait hal-hal atau pengalaman yang menyenangkan.
Tetapi, hidup tidak hanya berisi hal-hal menyenangkan atau pengalaman-pengalaman manis. Hidup manusia juga berisi peristiwa-peristiwa menyedihkan, atau bahkan tragis. Terkait hal-hal buruk semacam itu, kemampuan yang paling diperlukan bukan lagi ingatan yang kuat, tapi justru kemampuan untuk bisa melupakan.
Baca juga: Penyakit Mudah Lupa dan Cara Mengatasinya