Manfaat Penting di Balik Pembusukan Bangkai Hewan Bagi Bumi
https://www.naviri.org/2018/09/manfaat-penting-di-balik-pembusukan.html
Naviri Magazine - Jika seekor tikus mati, dan tubuhnya tergeletak di atas tanah, lama-lama tubuh tikus itu akan hancur untuk kemudian terurai. Begitu pula jika yang mati adalah kucing, kambing, burung, atau hewan-hewan lain. Mula-mula, setelah mati, mereka akan tergeletak begitu saja, dengan tubuh yang masih utuh. Namun, lama-lama, tubuh yang utuh itu mulai hancur, terurai, sampai hilang sama sekali.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana jadinya bila hewan yang mati di jalanan tidak membusuk? Bagaimana jika ikan paus yang mati di tepi pantai tidak terurai dan tetap seperti itu selamanya?
Jika hal semacam itu benar-benar terjadi, tentu akan sangat menjijikkan untuk dilihat. Namun, terlepas dari itu, Bumi juga akan kehilangan elemen kunci yang terkandung dalam hewan tersebut.
Dipaparkan dalam jurnal Ecological Monographs, para ilmuwan dari Michigan State University menguraikan kontribusi atau sumbangan yang diberikan hewan atau tumbuhan dalam proses dekomposisi pada ekosistem.
Studi ini juga membentuk sebuah ensiklopedia tentang nekrobiome (kumpulan organisme yang membantu penguraian makhluk hidup) yang menjembatani berbagai aspek teori ekologi berbeda, dan juga mempromosikan pentingnya kematian dalam ekosistem.
Penelitian ini juga secara efektif menetapkan kerangka kerja yang digunakan untuk memeriksa tanaman dan hewan yang membusuk, sambil menjawab perbedaan dasar dan mekanisme mereka.
"Dekomposisi sangat penting, namun tidak ada standar kerangka kerja untuk mengonsepkan interaksi kompleks dan dinamis, baik dekomposisi pada tumbuhan dan hewan, yang membatasi pemahaman komprehensif kita tentang pembusukan," ujar Eric Benbow dari Michigan State University seperti dilansir dari Science Daily.
Benbow menambahkan, mengetahui bagaimana dekomposisi yang dilakukan necrobiome berinteraksi satu sama lain, dan bagaimana mereka mengontrol nutrien dan pendauran karbon, dapat mengantarkan pada hal yang fundemantal dalam pengetahuan ekosistem.
Dalam artikel yang dipublikasikan di New York Times, sebuah petir yang menewaskan 300 ekor lebih rusa di Norwegia, ditemukan memancing kehadiran karnivora seperti burung pemakan bangkai yang nantinya menciptakan sebuah keragaman baru di wilayah tersebut.
Jen Pechal, yang juga dari universitas yang sama, menyebut fenomena ini sebagai pulau dekomposisi yang melahirkan keragaman besar dalam waktu yang singkat.
Dekomposisi oleh necrobiome dalam komunitas ilmiah juga membuka pintu untuk penelitian terbaru. Misalnya, tentang konsep penyulingan minuman keras dan keamanan pangan.
Dalam sebuah produksi yang biasanya bahan tidak terpakai diposisikan sebagai limbah, para peneliti mungkin dapat melihat melalui sisi lain untuk menciptakan sebuah produk baru.
"Penelitian kami dan penelitian ini menetapkan bahasa umum dan alat-alat konseptual yang dapat mengarah pada penemuan produk baru. Kami mengeliminasi bahan organik, dan mengubahnya menjadi produk bernilai tambah yang dapat menambah siklus pangan dunia,” ujar Benbow.
Baca juga: Papua, dan Misteri Pulau Berusia Jutaan Tahun