Laba-laba Jantan Mati Setelah Kawin, Lalu Dimakan Si Betina
https://www.naviri.org/2018/09/laba-laba-jantan-mati-setelah-kawin.html
Naviri Magazine - Di dunia laba-laba, urusan kawin identik dengan kematian. Karena, setelah sepasang laba-laba jantan dan betina kawin, maka laba-laba jantan akan dimakan si betina. Praktik semacam itu bukan tanpa alasan.
Setelah kawin, laba-laba betina membutuhkan gizi dan energi lebih besar karena akan menghasilkan telur. Karenanya, ia memakan laba-laba jantan, dengan maksud menyiapkan tubuhnya agar lebih kuat dalam merawat anak-anaknya kelak.
Rata-rata, laba-laba jantan akan dimakan hidup-hidup si betina. Namun, ternyata, ada pula laba-laba jantan yang mati setelah kawin, dan lalu dimakan si betina.
Laba-laba pemancing jantan (Dolomedes tenebrosus) kawin hanya dengan satu laba-laba betina, dan hal tersebut menyebabkan kematian seketika dan kerusakan alat kelamin, menurut penelitian terbaru. Jasadnya kemudian dimakan laba-laba betina.
Kisah mengerikan ini bukan kasus kanibalisme seksual pertama, ketika laba-laba (biasanya betina) memangsa pasangannya setelah mereka kawin. Namun, tidak seperti spesies laba-laba lain yang betinanya memakan sang jantan, laba-laba pemancing jantan tampaknya mati karena sebab-sebab internal.
Peneliti Steven Schwartz, mahasiswa jurusan ekologi perilaku hewan di University of Nebraska-Lincoln, menemukan kematian mendadak laba-laba pemancing secara kebetulan. Tadinya, Schwartz ingin mencari tahu apakah laba-laba pemancing jantan hanya kawin dengan satu betina sepanjang hidupnya (monogini).
Namun, ketika mengamati lebih saksama, Schwartz menemukan bahwa laba-laba jantan mati setelah sekali kawin. Mati sendiri, bukan dibunuh sang betina, ujar Schwartz.
Semua laba-laba jantan memiliki dua organ tambahan yang dikenal dengan istilah pedipalp (atau biasa disingkat palpi). Saat laba-laba jantan matang secara seksual, mereka berejakulasi ke jaring-jaring sperma dan mengisapnya dengan palpi, yang mengembang karena tekanan cairan. Saat kawin, laba-laba jantan menyalurkan sperma ke dalam tubuh betina dari salah satu palpi-nya, yang kemudian mengempis.
Namun, untuk spesies laba-laba pemancing, organ palpi tetap menggembung dan tidak berguna setelah kawin. Laba-laba jantan kemudian mengerut dan teronggok tidak berdaya, di dekat tubuh laba-laba betina. Dalam beberapa jam, ia mati.
Penyebab kematian sang jantan tampaknya berkaitan dengan membesarnya ukuran palpi, ujar Schwartz. Dalam beberapa kasus, Schwartz secara tidak sengaja memicu pembesaran tersebut, dan laba-laba jantan akhirnya mengerut dan mati.
Laba-laba pemancing betina kemudian akan memakan laba-laba jantan yang mati. Namun, ada beberapa keuntungan yang didapat oleh laba-laba jantan, setidaknya gennya diturunkan pada anaknya.
Memakan laba-laba jantan dapat mengurangi kemungkinan laba-laba betina “menggoda” laba-laba jantan lain, hal tersebut meningkatkan kesempatan bahwa hanya laba-laba jantan yang mati itulah yang menjadi ayah dari anak-anak sang betina.
“Jika laba-laba jantan dapat memonopoli laba-laba betina, laba-laba jantan lain akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk kawin,” ujar Schwartz.
Dengan “memakan sang jantan”, kondisi tubuh sang betina dapat terjaga, sehingga menghasilkan keturunan yang lebih sehat. Jadi, bagi laba-laba jantan, “kematiannya tidak sepenuhnya sia-sia,” ujar Schwartz.
Monogini dan perilaku mengorbankan diri bagi sang betina juga terjadi di beberapa spesies lain, di antaranya laba-laba punggung merah Australia. Strategi kawin semacam ini sering kali terjadi di antara spesies dengan jumlah jantan yang lebih tinggi dibandingkan betina, sehingga laba-laba jantan memiliki kesempatan kawin yang terbatas.
Bagi laba-laba pemancing jantan, yang hanya mempunyai satu kali kesempatan untuk kawin, pengorbanannya tidak sia-sia.
Baca juga: Bagaimana Cangkang Bisa Menyatu dengan Tubuh Kura-kura?