Kisah Nyata Ayah Paling Biadab dan Paling Jahat di Dunia
https://www.naviri.org/2018/09/kisah-nyata-ayah-paling-biadab.html
Naviri Magazine - Apa yang ada dalam bayangan kita, ketika mendengar kata “ayah”? Kemungkinan, sebagian besar kita akan membayangkan sosok pria baik yang bekerja keras demi anak-anaknya, yang bertanggung jawab menghidupi keluarga, yang memberikan kasih sayang dan cinta untuk istri serta anak-anaknya. Namun, sayangnya, tidak semua ayah di dunia pasti seperti itu. Marcus Delon Wesson adalah salah satunya.
Marcus Delon Wesson adalah laki-laki kelahiran 22 Agustus 1946, seorang berkebangsaan Amerika Serikat yang terlibat 9 pembunuhan tingkat pertama dan 14 kejahatan seksual, termasuk pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Korbannya adalah anak-anaknya sendiri; sebagian anak yang diperkosa oleh Marcus hamil dan melahirkan.
Marcus Delon Wesson dilahirkan dari keluarga religius. Ayahnya bernama Benjamin, dan ibunya bernama Carrie Wesson. Marcus dibesarkan oleh ayahnya yang terkenal kasar, dan ibunya yang sangat fanatik agama.
Pada tahun 1960-an, keluarganya pindah ke San Bernardino, California. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Markus bergabung dengan militer sebagai tentara, dan ditempatkan di Eropa.
Setelah kembali ke Amerika Serikat, dia berkenalan dengan Rosemary Soloria, wanita yang saat itu memiliki suami, dan tinggal di San Jose. Saat Rosemary bercerai dengan suaminya, Marcus pindah dan tinggal bersama Rosemary, dan juga anak anaknya.
Pada 1971, Rosemary melahirkan putra hasil hubungannya dengan Marcus. Di saat yang sama, diketahui bahwa Marcus telah memperkosa anak perempuan Rosemary dari suaminya yang terdahulu, yaitu Elizabeth. Saat memperkosa anak perempuan Rosemary, Markus mengaku sebagai utusan Tuhan yang telah dipilih untuk menjadi pasangannya.
Pada 1974, di saat Elizabeth berusia 8 tahun, dia menikahinya dengan upacara pernihakan tidak resmi di rumah, tanpa diketahui orang lain. Dia mulai melakukan pelecehan seksual terhadap Elizabeth pada usia 12 tahun.
Pada saat Elizabeth berusia 15 tahun, mereka menikah secara resmi, karena saat itu Elizabeth tengah hamil. Empat bulan kemudian, Elizabeth melahirkan anak pertama, hasil hubungannya dengan Marcus.
Akhirnya, pasangan ini memiliki 10 anak bersama dan tinggal dalam satu atap, meskipun salah satunya meninggal saat masih bayi. Salah satu adik perempuan Elizabeth memiliki 7 orang anak yang juga hasil hubungannya dengan Marcus.
Marcus tidak pernah memiliki perkerjaan tetap, ia hidup dengan mengandalkan dana kesejahteraan yang diterimanya setiap bulan. Sedangkan anak-anaknya yang telah dewasa diharuskan bekerja dan memberikan penghasilan mereka kepada Marcus.
Pada 1989, Marcus dihukum karena penipuan kesejahteraan dan sumpah palsu. Setelah itu, keluarga ini sering berpindah tempat di gubuk-gubuk kumuh, atau kapal bekas, juga di rumah rumah kosong yang tak berpenghuni.
Perilaku kasar Marcus terhadap istri dan anak-anaknya membuat mereka tertekan, namun Marcus mengatakan kepada mereka bahwa dia adalah utusan Tuhan.
Dia mengajarkan kepada anak-anaknya untuk siap menjadi Armageddon, dan mengatakan bahwa anak-anak gadisnya ditakdirkan untuk menjadi istri Marcus di masa depan.
Marcus memisahkan anak laki-lakinya dari anak perempuan, takut mereka akan tertarik satu sama lain. Marcus menempatkan anak laki-lakinya di sebuah gubuk di daerah dekat hutan yang lebat, dan anak-anak perempuannya ditempatkan di sebuah perahu kapal kumuh, selama beberapa bulan.
Marcus melakukan pelecehan seksual terhadap 2 anak perempuannya dan 3 keponakannya, menikahi secara tidak sah dalam suatu upacara ritual saat mereka berusia 7 hingga 9 tahun. Masing-masing dari 5 anak gadisnya mengalami perkosaan.
Sang ibu, Rosemary dan Elizabeth, tidak berani mengungkapkan kebiadaban Marcus kepada polisi, karena Marcus mengancam untuk membunuh dan melukai mereka, jika mereka mengadukannya ke polisi.
Dalam catatan pengadilan, Marcus memiliki 18 anak hasil hubungannya dengan 7 orang anaknya, di antaranya memiliki 5 anak perempuan.
Pada 12 Maret 2004, Marcus bermaksud memindahkan putri-putrinya ke negara bagian di Washington. Namun, beberapa anggota keluarga Marcus, di antaranya anak-anaknya dan 2 keponakannya, memberontak terhadap perlakuan Marcus. Mereka berkumpul untuk menuntut pembebasan anak-anak mereka dari tangan Marcus.
Saat itu, mereka memanggil kepolisian Fresno untuk mengamankan aksi mereka. Dalam keadaan terkepung di rumahnya, Marcus menyandera anak-anaknya di dalam rumah. Dalam keadaan terdesak, akhirnya Marcus membunuh 9 anak perempuannya dengan cara menembak di bagian pelipis. Sementara anak-anaknya yang berada di luar rumah selamat dari aksi kebiadaban Marcus.
Akhirnya, Marcus ditangkap kepolisian Fresno County. Pada saat persidangan, Marcus didampingi pengacara Peter Jones dan Ralph Torres. Di akhir persidangan, Marcus dihukum dengan tuduhan 9 pembunuhan tingkat pertama, dan 14 tuduhan kejahatan seksual, juga penganiayaan yang dilakukannya terhadap anak perempuan serta keponakannya. Akhirnya, pengadilan menjatuhkan hukuman mati pada 27 Juni 2005.
Salah satu anak Marcus Wesson yang masih hidup telah berjuang untuk melanjutkan kehidupan. Kisah pembunuhan sadis ini sempat dibukukan, dengan judul "Where Hope Begins", ditulis oleh Alysia Sofios dan Caitlin Rother.
Pada tahun 2011, Gypsy Wesson, salah satu anak Marcus, menjadi anggota pertama dari keluarganya yang mendapatkan gelar sarjana, di usianya ke-27 tahun.
Baca juga: 5 Kisah Istri Paling Jahat dan Sadis di Dunia