Kicauan di Medsos Bisa Membuatmu Dipecat dari Tempat Kerja
https://www.naviri.org/2018/09/kicauan-di-medsos-bisa-membuatmu-dipecat.html
Naviri Magazine - Orang kadang menulis di media sosial tanpa pikir panjang. Di Facebook, di Twitter, atau di media sosial lain, rata-rata orang menulis kalimat pendek dengan maksud menuangkan uneg-uneg atau pikirannya atas suatu kejadian yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kadang kala, hal semacam itu bisa berdampak buruk. Salah satunya adalah bermasalah dengan tempat kerja.
Claire Knowles, dari perusahaan hukum Acuity Legal, mengatakan satu dari klien mereka tidak beruntung. Pesan dalam akun privat Facebook kliennya itu membuat pekerjaannya terancam. "Dia menulis bahwa manajernya idiot dan tidak kompeten dalam perannya - kemungkinan ini sebuah bentuk perundungan siber," kata Knowles.
Kata-kata itu sampai ke para atasannya, termasuk manajernya, dan proses pendisiplinan atas tindakan buruknya itu dimulai. "Apa yang butuh diketahui oleh para atasan adalah, apakah unggahan itu berdampak buruk bagi perusahaan," tambah Knowles.
Klien Knowles, yang tidak bisa disebut namanya karena alasan hukum, mengatakan dia tidak menulisnya untuk merundung manajer, dan hanya mengungkapkan rasa frustrasi. Klien ini mengklaim bahwa dia tidak menyadari kebijakan sosial media perusahaan, dan tidak mendapatkan pelatihan untuk itu.
“Dia lantas diberi peringatan tertulis terakhir - satu-satunya alasan dia tidak dipecat adalah dia telah bekerja di sana sejak lama, dan rasa penyesalan," kata Knowles.
Pikir sebelum Anda berbagi
Ketika kolega Anda adalah bagian dari audiens media sosial, Anda harus memiliki level pengaturan-diri yang sama dengan level ketika Anda berada di lingkungan kerja, misalnya seperti di meja kerja atau di sebuah pesta kantor, kata James Murray, yang bekerja di perusahaan rekrutmen Robert Walters.
Jadi, apakah media sosial yang dulu dengan naif dianggap bebas, dengan pasti kini telah membungkam kita? Sebuah riset dari Pew Research Center menunjukkan bahwa media sosial nyatanya membuat kita semakin lebih terhambat, dan cenderung untuk tidak mengekspresikan pandangan pribadi sesungguhnya dibandingkan kehidupan nyata.
Kekhawatiran ini menjelaskan kepopuleran WhatsApp yang membuat penggunanya bisa mengirim pesan ke teman-teman tertentu secara pribadi, atau SnapChat, aplikasi yang menghilangkan pesan setelah pesan tersebut beredar sekian waktu. Kedua aplikasi itu diminati khalayak lantaran bisa mengekspresikan opini tanpa dihakimi.
Dan waspadalah karena walau Anda tidak sedang bekerja, bukan berarti peluang Anda semakin kecil untuk bermasalah di tempat kerja jika Anda mengunggah sesuatu yang berdampak buruk.
Pada bulan Juli, the Telegraph melaporkan bahwa salah satu petinggi British Council, Angela Gibbins, akan menerima sanksi disipliner setelah menulis unggahan kritis tentang Pangeran George. Surat kabar itu juga melaporkan bahwa unggahan Instagram tentang memberi makan daging kepada seorang vegan di Derby, Inggris, membuat koki Alex Lambert dipecat.
"Penggunaan media sosial oleh para staf merefleksikan perusahaan bahkan jika staf itu tidak secara resmi mengelola saluran media sosial milik perusahaan," kata Chris Lee, kepala strategi digital dan konsultan pelatihan Silver & Finch di London.
Karyawan bisa saja tak sengaja mengungkap informasi rahasia, atau opini mereka bisa berdampak negatif pada perusahaan, katanya.
Pada 2015, perusahaan Inggris Game Retail memecat satu pegawainya karena sebuah kicauan kasar di Twitter - padahal isinya tidak terkait sama sekali dengan pekerjaannya. Walau si karyawan pada awalnya menang di pengadilan terkait pemecatan yang tak adil itu, Game Retailer mengajukan banding dan menang.