Hikayat Qabala, dari Zoroaster di Persia Sampai Eropa
Naviri Magazine - Zoroasterisme adalah salah satu cabang kepercayaan Qabala yang menyebar ke Persia dengan praktik keagamaannya lebih me...
https://www.naviri.org/2018/09/hikayat-qabala.html
Naviri Magazine - Zoroasterisme adalah salah satu cabang kepercayaan Qabala yang menyebar ke Persia dengan praktik keagamaannya lebih menekankan pada sihir, bersamaan dengan penyembahan kepada Iblis. Para pemimpin agama Zoroaster disebut dengan nama ‘magi’, ritual agamanya disebut ‘magus’, dan dari kata inilah kemudian menjadi kata ‘magis’, dan al-Hadith menyebut Zoroasterisme dengan nama Majusi.
Ritual para ‘magi’ bertujuan untuk menyempurnakan seni sihir okultisme dan ilmu tenung, teluh, dan ’santet’, dengan melalui bantuan jin dan roh-roh halus. Cabang kepercayaan Qabala juga berkembang ke Mesir Kuno di masa Fir’aun.
Ilmu astrologi (peramalan nasib yang dikaitkan dengan posisi bintang-bintang tertentu - zodiak), numerologi (peramalan berdasarkan angka-angka yang dikaitkan dengan alfabet), berkembang di Sumeria, kemudian ke Mesir, ke Babilonia, dan ke Persia, yang dihubungkan dengan penyembahan roh-roh halus.
Ajaran Qabala di Persia tertulis di dalam kitab suci mereka yang dinamakan ‘Avesta’ . Di dalam ‘Avesta’, Lucifer disebut dalam bahasa Parsi Kuno, dengan nama ‘Ahuramazda’ atau ‘Ormuzd’, yaitu sang “pembawa cahaya”.
Untuk menghormati ‘Ormuzd’, atau Lucifer, kaum Qabalis Zoroaster menyembah api dan matahari sebagai perlambang Lucifer. Kepercayaan Qabala Zoroaster bertahan hidup selama lebih dari seribu tahun, sampai Persia ditaklukkan oleh Islam pada tahun 651 Masehi. Meskipun demikian, agama ini masih dianut secara sembunyi-sembunyi oleh sebagian kecil pemeluknya di Iran, sampai sekarang.
Qabala di Jerusalem
Di Palestina, kelompok Qabalis dipimpin oleh Herodus II, gubemur Romawi di Jerusalem, dengan dua orang pembantunya, Ahiram Abiyud dan Moav Levi. Herodus II memimpin kaum Qabalis melawan penyebaran ajaran Jesus. Kelompok ini berupaya membangun kembali Haikal Sulaiman di Jerusalem sebagai basis gerakan mereka.
Majelis Kuasa Rahasia Qabala yang beranggotakan sembilan orang pendeta Qabala bersidang pada 10 Agustus 43 Masehi, dipimpin langsung oleh Herodus II, Abiyud, dan Levi. Sidang pada hari itu memutuskan untuk mengakhiri kegiatan Jesus serta para muridnya.
Dengan kekuasaannya yang luar biasa, ia berhasil memerintahkan Majelis Tinggi Pendeta Sanhedrin, badan tertinggi pada hirarki kependetaan Yahudi, agar mengeluarkan dekrit hukuman mati berdasarkan hukum Romawi di atas kayu salib terhadap Jesus dengan tuduhan telah menghujat Tuhan. Herodus II juga memerintahkan membunuh Petrus, murid Jesus melalui kaki-tangannya, bernama Nero.
Dalam waktu singkatn paling tidak berdiri 40 gereja yang dipengaruhi oleh dan mengikuti ajaran Injil versi Qabala di seluruh tanah Palestina. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, ajaran Injil versi Qabala berkembang ke seluruh wilayah kekaisaran Romawi dan membangun akarya di Eropa.
Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Kepercayaan Qabala Kaum Yahudi