Di Zaman Kuno, Kalkun adalah Teman Manusia Menuju Akhirat

Di Zaman Kuno, Kalkun adalah Teman Manusia Menuju Akhirat

Naviri Magazine - Kalkun adalah hewan populer yang biasa dijadikan makanan, khususnya untuk masyarakat yang tinggal di Amerika. Di hari Thanksgiving, misalnya, banyak penduduk Amerika yang merayakannya dengan memasak dan menikmati kalkun.

Namun, ternyata, penduduk Amerika di zaman kuno tidak menjadikan kalkun sebagai makanan, namun sebagai sarana ritual, pengorbanan, hingga menjadi teman bagi orang yang mati untuk menuju alam akhirat.

Sejarah mencatat bahwa tumbuhan dan hewan baru dikonsumsi manusia setelah melalui proses domestikasi. Flora dan fauna liar tersebut kemudian dibuat beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Sederhananya, proses itu, terutama pada hewan, adalah penjinakan agar mereka bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Mengenai kalkun, saat ini hewan tersebut adalah salah satu sumber makanan yang populer di dunia, terutama di belahan bumi bagian barat. Akan tetapi, ternyata spesies hewan itu pada awalnya didomestikasi bukan untuk dimakan manusia.

Demikian menurut hasil riset yang dilakukan mengenai permulaan domestikasi kalkun di Meksiko. Para periset menemukan bahwa unggas ini tidak dipelihara secara eksklusif untuk dagingnya seperti saat ini, tapi lebih pada memenuhi kepentingan budaya dan agama bagi suku Maya dan Aztec.

Unggas ini digunakan untuk ritual, pengorbanan, dan bahkan sebagai perwakilan untuk dewa selama ratusan tahun.

Penelitian tersebut dilakukan oleh tim internasional, yang terdiri dari para ilmuwan dari British University of York, Institut Antropologi dan Sejarah Meksiko dan American Washington State University, serta Canadian Simon Fraser University.

Mereka menganalisis sisa-sisa 55 kalkun yang hidup dari periode waktu 300 Sebelum Masehi (SM) sampai 1500 Masehi (M) di beberapa daerah, mulai dari Meksiko Tengah sampai utara Kosta Rika.

"Tulang-tulang kalkun jarang ditemukan di sampah domestik rumahan di Mesoamerika, dan sebagian besar kalkun yang kami pelajari belum pernah dikonsumsi," kata pemimpin peneliti, Aurelie Manin, dari University of York di Inggris, dilansir dari Phys.org.

"Beberapa ditemukan terkubur di kuil dan kuburan manusia, mungkin sebagai sahabat untuk kehidupan akhirat. Ini sesuai dengan apa yang kita ketahui tentang ikonografi periode itu, di mana kami melihat kalkun digambarkan sebagai dewa, dan muncul sebagai simbol dalam kalender."

Manin menambahkan bahwa bukti arkeologi menunjukkan daging rusa dan kelinci jauh lebih populer dalam masyarakat Amerika Kuno.

Peneliti juga mengukur isotop karbon di tulang, yang memungkinkan untuk menentukan makanan hewan tersebut, dan kapan tepatnya mereka mulai didomestikasi.

Ternyata, seiring berjalannya waktu, kalkun yang diteliti memakan lebih banyak butir biji-bijian yang ditanam oleh manusia, ketimbang panganan di alam liar.

Popularitas yang sangat besar terlihat pada abad sebelum penaklukan Spanyol atas Amerika. Hal ini mengindikasikan meningkatnya intensitas pembiakan kalkun. Namun, fenomena ini tidak berkorelasi langsung dengan peningkatan populasi. Korelasi seperti itu baru bisa terlihat, jika kalkun diperlakukan hanya sebagai sumber makanan.

Lebih lanjut, setelah dilakukan analisis DNA, terkonfirmasi bahwa kalkun modern yang kini hidup di Eropa adalah keturunan kalkun Meksiko yang dikirim menyeberangi Samudera Atlantik. Beberapa kalkun yang dipelajari ditemukan di luar rentang alami unggas ini, menunjukkan bahwa mereka adalah subjek perdagangan.

Sebuah studi terpisah tahun 2016 menemukan bahwa kalkun dipelihara oleh penduduk asli Amerika dan juga orang-orang Meksiko kuno. Bulu kalkun bisa digunakan untuk dekorasi, kata para ahli, sementara tulang kalkun berguna untuk pembuatan alat.

Tampak jelas bahwa kalkun adalah salah satu hewan pertama yang dijinakkan warga Amerika Tengah dan Utara, baik untuk tujuan budaya maupun untuk dimakan.

"Meskipun manusia di bagian dunia ini telah berlatih pertanian selama sekitar 10.000 tahun, kalkun adalah binatang pertama, selain anjing, yang dikendalikan oleh orang-orang di Mesoamerika," kata anggota tim studi terbaru, Camilla Speller, dari University of York.

"Kalkun menjadi pilihan yang baik untuk domestikasi, karena tidak banyak hewan lain yang temperamennya sejinak mereka, dan kalkun juga tertarik datang ke pemukiman manusia guna mencari potongan makanan."

Tim tersebut juga menemukan bahwa pada masa itu ada dua jenis kalkun yang hidup; mereka yang didomestikasi dan mereka yang dibiarkan hidup bebas, yaitu Meleagris ocellata, kalkun berbulu warna-warni.

Hasil analisis terhadap pangan Meleagris ocellata menunjukkan bahwa pada masa itu mereka mengonsumsi serangga dan tumbuhan liar, bukan hasil panen manusia seperti yang dimakan kalkun peliharaan.

"Mengapa dua spesies yang secara biologis sangat serupa dan hidup di area yang sama tetapi diperlakukan berbeda, masih menjadi sebuah misteri," pungkas Speller.


Related

Science 181664010368256343

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item