Di Jepang, Banyak Orang Kota Memilih Pindah Hidup di Desa
https://www.naviri.org/2018/09/di-jepang-banyak-orang-kota-pindah-ke-desa.html
Naviri Magazine - Pesona kota dengan segala gemerlapnya telah menyihir banyak penduduk desa untuk meninggalkan kampung halaman mereka, dan pindah ke kota. Maka urbanisasi pun terjadi di mana-mana, termasuk di Indonesia.
Orang-orang desa yang semula adem ayem tinggal di kampung halamannya, pelan-pelan berubah menjadi para pekerja kota yang sibuk, terus dikejar pekerjaan, terburu-buru, dan tak sempat lagi menikmati waktu luang bersama teman-teman, seperti yang mereka nikmati sebelumnya di desa.
Fenomena semacam itulah yang belakangan dirasakan oleh para penduduk di kota-kota besar di Jepang. Lelah dengan segala keterburu-buruan kota, banyak dari mereka yang lalu memutuskan untuk pindah ke desa, demi menikmati kehidupan yang lebih tenang dan tenteram.
Alasan lain yang memotivasi orang-orang Jepang meninggalkan kota adalah untuk menyelamatkan desa dari ancaman kepunahan, seperti yang terjadi di wilayah Iketani, Prefektur Niigata.
Lebih dari satu dekade silam, menurut penuturan Megumi Iizuka dari Japan Times, daerah itu hanya dihuni 13 orang penduduk, yang sebagian besar di antaranya berusia di atas 65 tahun. Kondisi ini diperparah dengan gempa kuat yang melanda Iketani pada 2004. Ladang dan jalanan pun rusak.
Gempa turut mendatangkan para sukarelawan yang berusia muda, untuk membantu rekonstruksi wilayah Iketani. Hari-hari relawan muda diisi dengan bercocok tanam, sampai membangun rumah yang rusak akibat gempa.
Tak dinyana, para relawan yang awalnya hanya bertugas membantu, lama kelamaan tertarik untuk tinggal lebih lama. Faktor pendorongnya macam-macam: nyaman tinggal di desa, tidak dituntut bergerak serba cepat, dan terpenting mampu menikmati hidup sebagaimana mestinya.
Total, sejauh ini, Iketani dihuni 70% populasi yang berusia 20 sampai 40 tahun. Salah seorang yang ikut arus perpindahan tersebut ialah Kanako Sato, ibu satu anak berusia 29 tahun.
Sato awalnya warga Tokyo. Selama tinggal di sana, ia merasa jenuh dengan hiruk pikuk dan pekerjaan di agensi iklan, yang sehari-hari menyertai rutinitasnya. Sesaat selepas mendengar kabar gempa tersebut, ia tanpa pikir panjang langsung memutuskan untuk pergi ke Iketani dan menetap di sana.
“Ketika saya membantu warga desa dengan kegiatan bertani mereka, pelan-pelan saya menyadari bahwa cara hidup, falsafah, dan budaya mereka berasal dari pertanian dan nilai-nilai yang membentuk komunitas dan wilayah [Iketani],” ungkapnya.
Secara keseluruhan, menurut survei pemerintah Jepang pada 2014, sekitar 40% masyarakat kota besar seperti Tokyo tertarik pindah ke daerah pedesaan, untuk menghindari kehidupan serba cepat hingga tekanan pekerjaan. Akan tetapi, banyak yang khawatir tentang prospek pekerjaan yang bisa mereka dapatkan apabila mereka pindah.
Baca juga: Di Jepang, Ada Kalender Khusus untuk Mencari Jodoh