Cahaya Kunang-kunang Melampaui Teknologi Manusia
https://www.naviri.org/2018/09/cahaya-kunang-kunang.html
Naviri Magazine - Kunang-kunang biasa terlihat memancarkan cahaya berpendar, yang salah satu fungsinya untuk saling mengenali jantan dan betina berdasarkan cahaya mereka. Hal itu dimungkinkan, karena serangga tersebut memiliki organ tubuh yang dapat memancarkan cahaya.
Organ tubuh yang dapat menghasilkan cahaya berpendar pada kunang-kunang terdiri atas tiga lapisan, mirip lampu depan mobil. Sel-sel yang menghasilkan cahaya (yang disebut luciferase) berada pada lapisan paling bawah, dan sel-sel itu bertugas menghasilkan zat yang mudah terbakar.
Zat itu bereaksi dengan oksigen di bawah kendali sebuah enzim (yang disebut peroxizome), yang kemudian menjadikan cahaya mulai berpendar pada lapisan kedua. Dari lapisan kedua, pendar cahaya itu diteruskan ke lapisan di bagian paling atas yang transparan (yang disebut photocytes), tempat cahaya itu kemudian dipantulkan.
Yang menakjubkan, cahaya berpendar yang dihasilkan kunang-kunang itu dapat mencapai tingkat sempurna dengan tingkat produktivitas 98 persen. Artinya, kunang-kunang dapat mengubah energi yang dimilikinya menjadi 98 persen cahaya, sementara sisanya—yang 2 persen—dilepaskan dalam bentuk panas.
Karena itu, kunang-kunang tidak panas atau merasa kepanasan meski tubuhnya bercahaya, karena cahaya mereka bersifat dingin.
Kenyataan itu melampaui teknologi manusia, karena cahaya yang dihasilkan teknologi manusia selalu menimbulkan efek panas.
Bola lampu, misalnya, hanya mampu mengubah 5 persen dari energinya sebagai cahaya, sementara sisanya—yang 95 persen—dibuang dalam bentuk panas. Karena 95 persen panas yang dihasilkannya itu, bola lampu akan terasa panas jika disentuh ketika menyala.
Baca juga: Cara Membedakan Gajah Asia dan Gajah Afrika