Kisah Atlantis dan Misteri Kehancurannya (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2018/09/atlantis-page-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Atlantis dan Misteri Kehancurannya - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Sistem terasiring sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.
Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif, dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu, sebagian besar bagian dunia masih diliputi lapisan-lapisan es (era Pleistocene).
Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan, yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu), maka tenggelamlah sebagian benua dan diliputi air yang berasal dari es yang mencair.
Di antara gunung yang meletus adalah Gunung Meru di India Selatan dan Gunung Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatra membentuk Danau Toba dengan Pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu.
Letusan paling dahsyat di kemudian hari adalah Gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa serta lainnya, dan membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi bahwa pada saat terjadi letusan berbagai gunung berapi itu, lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah.
Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus secara beruntun, dan menimbulkan gelombang tsunami dahsyat.
Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan. Pertama, mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos.
Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang. Oleh karena itu, tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya, ”Saya senang kepada Plato, tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Pertama, lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis, dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia.
Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, dan Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya, bernama “Inggrid Benette”.
Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberi kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.
Kehidupan yang dipenuhi kecerdasan
Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan kepala pabrik pembangkit listrik sekarang).
Pusat energi itu letaknya di sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota.
Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang. Tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan. Ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari, rambut saya ditata oleh ahli penata rambut; ini adalah sebagian pekerjaan rutin.
Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah “tubuh merupakan kuil jiwa”. Oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, yang merupakan hal utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang, setelah disilang di depan dada.
Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu sama sekali tidak dibedakan. Mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita.
Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama. Mereka mengenakan pakaian yang berwarna, karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh; warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan hewan
Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar.
Di siang hari, lumba-lumba berenang di sana, bermain-main. Setelah malam tiba, mereka kembali ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat kami.
Baca lanjutannya: Kisah Atlantis dan Misteri Kehancurannya (Bagian 3)