Venezuela, Negara Kaya yang Kini Terancam Kehancuran
https://www.naviri.org/2018/08/venezuela-negara-kaya-yang-kini-hancur.html
Naviri Magazine - Venezuela tampaknya bisa menjadi contoh serta pelajaran, bahwa menjadi kaya saja tidak cukup. Dibutuhkan pengelolaan yang baik terhadap kekayaan yang ada, sehingga kekayaan itu bisa memberi manfaat dan bukan sebaliknya. Hal itulah yang tidak terjadi di Venezuela, sehingga kekayaan yang mereka miliki justru mengantarkan mereka pada ambang kebangkrutan.
Venezula didera krisis ekonomi parah, antara lain ditandai dengan inflasi yang meroket. Dengan mata uang setempat, tisu dijual seharga 2,6 juta, sementara daging ayam seharga 14,6 juta. Di tengah krisis, banyak warga memilih meninggalkan negara tersebut.
Apa akar dari krisis ekonomi Venezuela?
Venezuela adalah negara yang kaya minyak. Negara itu terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Tetapi kekayaan ini yang menjadi akar kebanyakan masalah ekonominya.
Keuntungan minyak Venezuela merupakan 95% dari pemasukan ekspor. Ini berarti ketika harga minyak tinggi, banyak uang yang mengalir ke pemasukan pemerintah Venezuela.
Ketika President Hugo Chavez dari kelompok sosialis berkuasa, dari bulan Februari 1999 sampai meninggal dunia di bulan Maret 2013, dia menggunakan sebagian dana tersebut untuk membiayai sejumlah program sosial guna mengurangi ketidaksetaraan dan kemiskinan dengan murah hati.
Dua juta rumah didirikan lewat program pemerintah MisiĆ³n Vivienda (Misi Perumahan), menurut angka resmi.
Tetapi, ketika harga minyak anjlok pada tahun 2014, pemerintah tiba-tiba dihadapkan lubang besar pembiayaan, dan harus memotong sejumlah program yang populer.
Apakah ketergantungan terlalu tinggi pada minyak, satu-satunya masalah? Tidak, banyak kebijakan lain yang diperkenalkan Hugo Chavez juga menjadi negatif.
Untuk membuat kebutuhan pokok terjangkau masyarakat miskin, pemerintah menetapkan harga barang dan jasa, mematok dana yang rakyat keluarkan untuk mendapatkan barang-barang seperti tepung, minyak goreng, dan keperluan mandi.
Tetapi ini berarti banyak perusahaan tidak lagi meraup keuntungan saat memproduksi barang-barang tersebut, sehingga mereka bangkrut. Hal ini, ditambah kelangkaan mata uang asing untuk mengimpor bahan kebutuhan pokok, menyebabkan kelangkaan.
Pemerintahan Chavez pada tahun 2003 memutuskan untuk mengendalikan pasar mata uang asing. Sejak saat itu, warga Venezuala yang bermaksud menukar mata uang lokal, bolivar, dengan dolar harus mendaftar ke badan mata uang yang dijalankan pemerintah.
Hanya pihak-pihak yang dipandang memiliki alasan kuat untuk membeli dolar, misalnya untuk mengimpor barang, diizinkan untuk menukar bolivar mereka berdasarkan nilai tukar tetap yang ditentukan pemerintah.
Karena banyak warga Venezuela yang tidak dapat membeli dolar dengan bebas, pasar gelap berkembang, dan inflasi meningkat.
Mengapa inflasi tidak terkendali?
Tingkat inflasi tahunan Venezuela saat ini adalah yang tertinggi di dunia, dan sepertinya hal ini tidak akan berubah dalam waktu dekat.
Bank Sentral Venezuela tidak menerbitkan data statistik sejak tahun 2015, tetapi ahli ekonomi dari Johns Hopkins University, Steve Hanke, memperkirakan angkanya melonjak sampai hampir 18.000% pada bulan April.
Inflasi tinggi didorong oleh kesediaan pemerintah mencetak uang tambahan, dan kesiapannya untuk secara teratur meningkatkan upah minimum, guna mendapatkan kembali dukungan warga miskin Venezuela.
Pemerintah juga semakin kesulitan mendapatkan pinjaman setelah kegagalan sejumlah obligasi. Karena pemberi pinjaman semakin tidak ingin mengambil risiko menanam uang di Venezuela, pemerintah kembali mencetak uang, sehingga semakin menurunkan nilainya dan melonjakkan inflasi.
Apa ada titik terang di masa depan?
Harga minyak telah meningkat dan seharusnya menyuntikkan dana yang sangat diperlukan pemerintah. Tetapi, kurangnya penanaman modal prasarana umum berarti produksi pemerintah minyak negara PDVSA menurun, sehingga semakin sulit untuk bangkit.
Ditambah lagi ratusan ribu warga Venezuela meninggalkan negaranya, menimbulkan kelangkaan penduduk berkualitas, dan masa depan menjadi tidak terlalu menggembirakan.
Menyebarnya tuduhan korupsi dan sikap tidak bersahabat pemerintah terhadap bisnis swasta juga mengasingkan calon penanam modal asing. Sejumlah negara telah mengatakan mereka tidak akan mengakui pemerintahan baru, di antaranya Brasil, Kanada, Chile, dan Panama.
Tetapi, yang dapat benar-benar menghentikan langkah pemerintah Venezuela kemungkinan besar adalah sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyak Venezuela.
AS menyatakan, pemilu Venezuela sebagai sebuah "penipuan", sehingga kemungkinan hal ini akan segera terjadi.
Baca juga: Krisis Ekonomi, Demonstrasi, dan Kerusuhan Sosial di Venezuela