Ternyata, Memaki Punya Manfaat yang Mencengangkan
https://www.naviri.org/2018/08/ternyata-memaki-punya-manfaat.html
Naviri Magazine - Aktivitas memaki bukan hal yang baik, semua orang tahu. Sejak kecil kita diajari untuk tidak memaki, apa pun alasannya, karena memaki memang perbuatan yang tidak baik. Jadi, kita pun tumbuh dengan kesadaran bahwa kita tidak boleh memaki. Namun, kadang-kadang, karena suatu hal tertentu, kita pun memaki, meski mungkin tanpa sadar.
Tak perlu khawatir, kalau sesekali kita memaki. Karena ternyata, memaki memiliki dampak positif bagi kesehatan, asal tidak dilakukan terus menerus.
Emma Byrne, seorang peneliti dan penulis buku 'Swearing Is Good for You' menemukan fakta bahwa memaki membantu kita menyalurkan emosi negatif, sehingga berdampak baik bagi kesehatan fisik dan psikis.
Berikut ini fakta memaki yang perlu anda ketahui:
Membantu mengendalikan emosi
Nenek moyang kita diyakini sudah menggunakan kata makian untuk mengekspresikan kemarahan tanpa kekerasan fisik. Dengan memaki, seseorang bisa merasa lebih nyaman dan ketegangannya berkurang, sehingga tidak perlu melakukan tindakan lain yang tak terkendali.
Dengan turunnya ketegangan dan emosi, hal yang merugikan tidak perlu terjadi. Bayangkan bila kita tidak bisa melepaskan amarah dengan memaki, mungkin tangan dan kaki yang akan berbicara, dan itu menimbulkan kerugian lebih besar.
Membantu mengatasi rasa sakit
Makian jelas tidak akan membuat Anda gagah. Namun, penelitian menunjukkan bahwa memaki bisa meningkatkan toleransi kita terhadap rasa sakit fisik maupun emosi, juga mengurangi frustasi.
Saat memaki, tubuh kita akan memproduksi hormon adrenalin, yang meminimalisir sinyal rasa sakit dalam otak. Hal ini tentunya akan mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap rasa sakit, baik secara fisik maupun psikis. Memaki memungkinkan kita untuk merasa lebih baik.
Mengaktifkan Otak
Memaki ternyata mengaktifkan bagian otak tertentu yang tidak ditempati kata lain. Bahkan, menurut Byrne, memaki bisa membantu penderita stroke untuk belajar bicara kembali.
“Bila seseorang mengalami stroke di sisi kiri otaknya, ada kemungkinan ia akan kehilangan kemampuan bicara,” ujarnya. Namun, karena memaki melibatkan bagian otak yang mengatur emosi dan bahasa, maka kemampuan bicara lebih mudah dipulihkan. “Banyak pasien otak yang bisa mengekspresikan kata makian dengan jelas,” kata Byrne.
Pasien-pasien itu tidak bisa mengucapkan kalimat “saya marah” atau “saya gembira”. Tapi mereka bisa mengucapkan makian.
Memerlukan kecerdasan
Pernah ada anggapan bahwa memaki merupakan tanda kecerdasan seseorang. Namun hal itu tidak selamanya benar, karena banyak orang tolol juga bisa memaki, bahkan dengan gampang. Lebih tepat bila disebut bahwa memaki dengan kata yang lebih beragam, namun pas pada situasinya, membutuhkan kemampuan otak yang lebih cerdas.
Namun, seperti halnya IQ seseorang yang tidak berubah seiring waktu, kemampuan seseorang untuk memaki juga statis. Artinya, kita tidak bisa mengajari seseorang untuk memaki dengan lebih kreatif pada waktu yang tepat.
Walau begitu, tidak tepat juga mengatakan bahwa hanya orang bodoh yang memiliki perbendaharaan kata makian sedikit. Nyatanya, penelitian yang dilakukan Marist College pada 2016 menemukan bahwa mereka yang lebih sering memaki akan memiliki lebih banyak kata makian. Bedanya, mereka yang cerdas mampu menciptakan dan menggabungkan kata-kata makian menjadi sesuatu yang memiliki arti unik.
Nah, jika anda ingin menyalurkan emosi negatif, memaki adalah solusi yang bisa dilakukan. Namun, kita tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat untuk memaki.
Baca juga: Ucapan Maaf Pria Bisa Membantu Kesehatan Jantung Wanita