Terkuaknya Rahasia-rahasia Penting di Balik Mumi Mesir Kuno
https://www.naviri.org/2018/08/terkuaknya-rahasia-mumi.html
Naviri Magazine - Para tokoh dan orang-orang terkenal, atau orang penting di zaman Mesir kuno, umumnya menjalani proses mumifikasi setelah kematian. Ketika mayat menjadi mumi, jasadanya bisa dibilang utuh sampai bertahun-tahun, bahkan sampai berabad-abad kemudian. Kenyataannya, para arkeolog zaman sekarang kerap menemukan mumi yang masih utuh, padahal usianya sudah ribuan tahun.
Mengingat hal itu dilakukan ribuan tahun tahun lalu, para ilmuwan pun bertanya-tanya, bagaimana bangsa Mesir kuno bisa menemukan “teknologi” mumifikasi yang memungkinkan mayat tetap utuh sampai ratusan abad? Belakangan, jawaban untuk pertanyaan itu mulai terungkap.
Tim peneliti internasional melakukan analisis kimia dari sebuah mumi (bernama "S. 293”) yang usianya diperkirakan 5,5 sampai 5,7 ribu tahun. Sejak 1901, mumi itu disimpan di Egyptian Museum of Turin, Italia, tetapi tidak pernah diperiksa secara eksperimental.
Mumifikasi biasanya dikaitkan dengan era Firaun. Praktik ini sebagian besar diyakini kali pertama muncul sekitar tahun 2.200 SM, dan mencapai puncaknya sekitar tahun 1.000 SM. Namun, proses sekompleks ini pasti tidak tercipta dalam semalam.
Dilansir dari BBC, kini tim peneliti internasional telah menemukan bukti lebih lanjut bahwa praktik mumifikasi yang disengaja telah berlangsung satu milenium, dan setengah periode lebih awal. Cakupannya pun jauh lebih luas dari area Mesir.
Para arkeolog mampu melakukan analisis yang komprehensif. Ahli Mesir, Jana Jones, dari Macquarie University di Australia, menceritakan tentang prosedur yang mereka lakukan.
“Dengan menggabungkan hasil analisis kimia dengan pemeriksaan visual tubuh, serta hasil studi genetik, perhitungan radiokarbon, dan mempelajari kain di bawah mikroskop. Kami menegaskan bahwa ini adalah praktik mumifikasi yang disengaja terjadi sekitar 3,6 ribu tahun sebelum masehi. Mayat lelaki itu berusia 20 hingga 30 tahun ketika dia meninggal," ujar Jones.
Tak hanya temuan masalah praktik yang lebih awal yang menjadikan studi gabungan antara peneliti University of York, Oxford, Warwick, di Inggris, Macquarie, di Australia, dan Trento serta Turin, di Italia, ini menjadi menarik.
Sebelumnya, diasumsikan bahwa mumifikasi terjadi secara alami, tetapi data baru menyanggah hipotesis tersebut. Penelitian ini didasarkan pada studi 2014 yang menunjukkan campuran kompleks zat yang digunakan untuk pembalseman Mesir Kuno.
Para ilmuwan telah berhasil menemukan rahasia formula utama mumifikasi. Untuk pelestarian mumi, digunakan kain yang diresapi campuran minyak sayur, resin yang dipanaskan dari tumbuhan runjung, ekstrak tanaman aromatik, dan perekat yang berbasis resin atau gula.
Arkeolog, Stephen Buckley, dari University of York dan rekan-rekannya, menganalisis residu organik dari kain pembungkus mumi, dengan teknik yang disebut spektrometri-kromatografi gas (GC-MS). Proses senyawa kimia yang diuapkan, disortir oleh massanya sehingga para ilmuwan dapat menganalisis komposisi kimia dari sampel.
Ternyata, tumbuhan runjung bukan tanaman asli Mesir. Bahan ini harus diimpor, kemungkinan besar dari sumber terdekat di wilayah Israel modern. Jadi, temuan ini sekaligus menjadi petunjuk jaringan perdagangan Mesir Kuno sebelum muncul kerajaan.
Namun, yang penting adalah bahan-bahan tersebut pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk merawat mumi kerajaan Mesir, 2.500 tahun kemudian. Senyawa ini membantu memastikan bakteri penyebab pembusukan tidak dapat berkoloni lagi di tubuh mumi setelah kering.
Bedanya, dalam praktik yang lebih baru, organ-organ sang mumi diangkat dari dalam tubuh, dan ditempatkan di guci khusus. Kemudian, melapisi tubuh luar dan dalam dengan natron, sejenis garam, untuk menarik semua kelembapan dari kulit. Selanjutnya, tubuh mayat dibungkus dengan banyak lapisan kain yang dilapisi resin pembalseman kuno, dan diawetkan dalam peti tertutup selama ribuan tahun.
Sementara itu, mumi Turin masih menyimpan organ secara lengkap di dalam tubuh. Terkubur di pasir gurun yang panas dan kering. Kondisi yang demikian diduga menjadi alasan atas tubuhnya yang kering, dan tidak hancur oleh pembusukan.
Hasil penelitian telah dipublikasikan di The Journal of Archaeological Science.
Baca juga: Misteri Jam Tangan Modern di Makam Kuno Dinasti Ming