Banyak Penyu Betina yang Terancam Tak Punya Pasangan
https://www.naviri.org/2018/08/penyu-betina.html
Naviri Magazine - Manusia bisa mudah mendapatkan pasangan, jika komposisi jenis kelamin yang ada di satu tempat dan di satu waktu berimbang. Namun, jika komposisi pria dan wanita tidak berimbang—misal lebih banyak pria atau lebih banyak wanita—maka kemungkinan akan ada sebagian orang yang tidak memiliki pasangan.
Kenyataan serupa sedang terjadi di dunia penyu. Penyu hijau, yang hidup di laut, sedang mengalami krisis karena jumlah penyu jantan jauh lebih sedikit dibandingkan penyu betina. Suhu di tanah yang mengerami telur penyu sangat memengaruhi jenis kelamin saat embrio tumbuh. Namun, kekhasan biologis penyu itu justru membuat masa depan mereka suram.
Sebuah laporan terbaru oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) di Amerika Serikat, bersama Departemen Lingkungan Hidup dan Pelestarian Lingkungan Australia, yang terbit di Current Biology, menunjukkan bahwa penyu cenderung akan memiliki jenis kelamin betina saat suhu di sekitarnya lebih hangat.
Dikutip dari Financial Express, Camryn Allen, seorang peneliti kelautan biologi di NOAA, mengatakan suhu sangat penting untuk populasi penyu.
"Mereka menghasilkan 50 persen jantan dan 50 persen betina, pada suhu sekitar 29 derajat Celsius. Jika ada variasi sekitar satu sampai dua derajat, risikonya semua telur menjadi betina atau mati," katanya.
Namun, bencana sudah terjadi. Allen dan kolega menemukan bahwa jumlah penyu hijau laut jantan terus menurun dalam kurun waktu dua dekade terakhir.
Bahkan, sekitar 99 persen penyu hijau muda, dan 87 persen penyu dewasa, atau 90 persen dari seluruh populasi di kawasan pulau Raine yang memiliki luas 32 hektar di tepi luar Great Barrier Reef, Australia, berjenis kelamin betina. Perbandingannya, satu penyu muda jantan ada di antara 116 penyu betina.
"Ini sangat ekstrem. Sebab, hanya ada beberapa penyu jantan di antara ratusan penyu betina. Kami sangat terkejut," kata Allen, dikutip dari National Geographic.
Dari fakta tersebut, para peneliti ingin menunjukkan bahwa kenaikan suhu di seluruh dunia dapat mengubah populasi penyu. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan baru tentang kerugian global pada spesies yang tergantung pada suhu.
"Coba bayangkan apa yang akan terjadi 20 tahun lagi, jika tidak ada lagi penyu jantan dewasa? Apakah mereka akan bisa mempertahankan populasi?" ujar ahli biologi kelautan, Michael Jensen, penulis utama dan peneliti dari NOAA Southwest Fisheries Science Center di La Jolla, California.
Meski demikian, Allen dan Jensen juga memberikan kabar baik terkait konservasi penyu laut. Mereka berkata bahwa strategi manajemen yang baik, seperti meneduhkan pantai dan menyiram air ke area bertelur penyu, bisa menyelamatkan kehidupan spesies ini.
"Kita masih punya waktu. Penyu masih memiliki cara untuk beradaptasi, ini hanya masalah apakah penyu dapat beradaptasi dengan cukup cepat," ujar Allen.
Baca juga: Mengapa Burung Dewasa Kadang Saling Menyuapi?