Manusia, Sumber Kerusakan Makhluk Hidup Lain di Bumi
https://www.naviri.org/2018/08/manusia-sumber-kerusakan-makhluk-hidup.html
Naviri Magazine - Berapa jumlah populasi manusia saat ini yang menghuni Bumi? Menurut studi baru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Proceeding National Academy of Sciences, populasi manusia saat ini mencapai 7,6 miliar. Meski mungkin terdengar sangat banyak, sebenarnya jumlah itu hanya 0,01 persen dari semua makhluk hidup yang ada di planet ini. Jadi, jumlah manusia di bumi terbilang sedikit dibandingkan makhluk lainnya.
Namun, manusia—yang merupakan kelompok tercerdas dari segala makhluk hidup—telah menyebabkan musnahnya 83 persen hewan liar (termasuk 80 persen mamalia laut dan 15 persen ikan), dan setengahnya dari total kelompok tanaman.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Ron Milo dari Weizmann Institute of Science di Israel ini merupakan sensus lengkap pertama bentuk kehidupan di Bumi (yang disebut biomassa) dan didasarkan pada jejak karbon yang ditinggalkan oleh semua makhluk hidup.
Milo menyimpulkan bahwa meskipun bakteri adalah salah satu bentuk kehidupan yang paling melimpah (13 persen dari total), mereka tidak seperti yang sering dianggap, yakni mendominasi peradaban.
Posisi nomor satu jatuh kepada kelompok tanaman. Pasalnya, 82 persen makhluk di bumi hidup sebagai tanaman. Sisanya, dari serangga dan jamur hingga ikan dan mamalia, terhitung hanya 5 persen dari biomassa dunia.
Diukur dalam hal kandungan karbon (untuk faktor komponen variabel seperti air), semua kehidupan di Bumi beratnya sekitar 550 gigaton. Berdasarkan jumlah itu, tanaman memiliki porsi 450 gigaton karbon (GTC), diikuti oleh bakteri pada 70 GTC, dan jamur pada 12 GTC.
Hewan hanya terdiri dari dua GTC yang setengahnya dimiliki artropoda—termasuk serangga, laba-laba, dan krustasea.
Lalu, meskipun manusia hanya memiliki berat 0,06 GTC—setara dengan kril dan rayap—dampak kita terhadap biomassa sejak awal peradaban sangat besar, kata para ilmuwan.
Adapun mengenai hewan peliharaan, studi menunjukkan data yang juga mengungkapkan dampak yang manusia lakukan ke Bumi.
Kini, 70 persen dari semua burung di bumi adalah unggas peliharaan, hanya 30 persen sisanya adalah burung liar.
"Ini sangat mengejutkan," kata Milo dikutip dari The Guardian. "Dalam film-film dokumentasi satwa liar, kita melihat kawanan burung, dari berbagai jenis, dalam jumlah besar. Kemudian, ketika kami melakukan analisis, kami menemukan ada lebih banyak burung peliharaan."
Berkenaan dengan mamalia, 60 persen dari total adalah kelompok ternak (terutama sapi dan babi), 36 persen adalah manusia, dan hanya 4 persen adalah kelompok hewan liar.
Perusakan habitat liar pada pertanian, penebangan, dan pembangunan, telah menghasilkan awal dari apa yang banyak ilmuwan anggap kepunahan massal keenam, yang kembali terjadi dalam sejarah empat miliar tahun Bumi. Pendek kata, sekitar setengah dari hewan Bumi diperkirakan telah hilang dalam 50 tahun terakhir.
Bicara dalam bentuk perbandingan dengan bentuk kehidupan lain, jumlah manusia di Bumi tiga kali lebih kecil daripada virus atau cacing, 12 kali lebih kecil daripada ikan, 15 kali lebih kecil daripada serangga, arakhnida, dan krustasea, 200 kali lebih sedikit dari jamur, 1.200 kali lebih sedikit dari bakteri, dan 7.500 kali lebih kecil dari jumlah tanaman.
"Saya terkejut menemukan bahwa belum ada perkiraan holistik menyeluruh dari semua komponen biomassa yang berbeda," lanjut Milo. "Saya berharap ini memberi perspektif tentang peran yang sangat dominan, yang sekarang dimainkan manusia di Bumi."
Dia menambahkan bahwa setelah melakukan penelitian ini, dia memilih untuk makan lebih sedikit daging karena mengetahui dampak negatif terhadap lingkungan yang sangat besar dari aktivitas peternakan.
Mereka telah melakukan perhitungan biomassa menggunakan data dari ratusan studi sebelumnya. Ahli biologi kuantitatif menghabiskan tiga tahun menyisir literatur ilmiah untuk mengetahui biomassa setiap makhluk. Banyak dari karya-karya ini cenderung menggunakan teknologi canggih, seperti pemindaian satelit jarak jauh dari area luas tanah, atau urutan genetik yang mampu mengungkapkan organisme yang tak terhitung jumlahnya, yang menghuni dunia mikroskopis.
Paul Falkowski, dari Rutgers University di AS, dan bukan bagian dari tim peneliti, mengatakan, "Ada dua garis utama dari makalah ini," katanya.
"Pertama, manusia sangat efisien dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Manusia telah memusnahkan sebagian besar makhluk di dunia. Lalu, dalam beberapa kasus, memberantas mamalia liar untuk dijadikan makanan atau kesenangan belaka di hampir semua benua. Kedua, biomassa tanaman terestrial sangat mendominasi pada skala global, dan sebagian besar biomassa itu dalam bentuk kayu," pungkas Falkowski.
Baca juga: Mengenal Ilmu Bumi dan Geoarkeologi