Krisis Parah, Kota-kota di Venezuela Menerbitkan Uang Sendiri
https://www.naviri.org/2018/08/kota-di-venezuela-bikin-uang-sendiri.html
Naviri Magazine - Menatap krisis ekonomi parah yang kini terjadi di Venezuela, seperti melihat orang yang nyaris tenggelam dan berusaha meraih apa pun yang bisa diraih, demi tidak tenggelam. Dalam kondisi panik atau kritis, orang bsa melakukan apa saja yang sebelumnya tak terbayangkan.
Karena krisis yang terus melanda, Venezuela tidak hanya mengalami kelangkaan barang, tapi juga kelangkaan uang tunai. Akibatnya, orang semakin kesulitan membeli apa pun di sana, karena memang uang sangat langka. Menghadapi kenyataan itu, ada kota di Venezuela yang kemudian memutuskan untuk menerbitkan uang sendiri, salah satunya kota Elorza.
Pemerintah kota Elorza berharap mata uang tersebut akan mempermudah warga maupun pendatang untuk melakukan jual beli selama festival kota, yang dimulai pada hari Senin (19/03/2018).
Mereka mengatakan, hiperinflasi parah dan kelangkaan bolivar—mata uang nasional Venezuela—telah berdampak pada perniagaan di Elorza.
'Uang tidak mengalir'
Uang kertas yang diterbitkan di Elorza bergambar wajah pahlawan kemerdekaan, José Andrés Elorza.
"Orang-orang tidak punya bolivar untuk dibelanjakan, karena itu kami membuat uang kertas dengan dua denominasi... dan kami telah menjual senilai 2 miliar bolivar," kata Walikota Solfreddy Solórzano, dari partai yang berkuasa, PSUV.
Wirausahawan lokal, Canuto Garcia, menjelaskan bahwa Elorza terpikir ide tersebut setelah menyadari bahwa di festival lokal, yang diadakan kota terdekat, "uang tidak mengalir".
"Sekarang siapapun yang ingin sekadar beli permen atau bahkan semua potongan daging sapi dalam barbekyu, bisa melakukannya," kata Garcia, yang sehari-hari bekerja sebagai peternak hewan.
Venezuela mengalami tingkat inflasi tertinggi di dunia. Selama setahun sampai akhir Februari 2018, harga-harga barang di Venezuela melonjak lebih dari 6.000%, menurut estimasi Majelis Nasional, yang didominasi kelompok oposisi.
Transaksi uang tunai warga Venezuela telah dibatasi 10.000 bolivar per orang per hari, yang setara dengan kurang dari lima sen AS di pasar gelap.
Di pasar gelap, Elorza senilai 2 miliar bolivar yang dijual pemerintah lokal setara dengan sekitar Rp123 juta.
Warga dan pendatang bisa membeli Elorza lewat transfer bank, atau membayar dengan kartu debit di kantor walikota, sehingga tak perlu membawa berbundel-bundel bolivar.
Uang kembali
Pemerintah lokal mengambil komisi sebesar 8%, tapi berkata mereka akan menawarkan pembayaran kembali untuk Elorza yang tidak terpakai. Pedagang bisa membawa pendapatan mereka dalam Elorza ke kantor walikota pada akhir hari kerja, dan bolivar dengan nilai yang setara akan ditransfer ke akun bank mereka.
Elorza bukan kota pertama di Venezuela yang terpikir untuk mencetak uangnya sendiri. Pada Desember lalu, warga daerah El Panal di Caracas menerbitkan uang kertas bernama panale, yang dapat ditukarkan dengan beras yang ditanam di daerah tersebut.
Pengkritik pemerintah Presiden Nicolas Maduro menyalahkan kebijakan kontrol mata uang yang digulirkan Presiden Hugo Chavez 15 tahun lalu, sebagai penyebab hiperinflasi parah di Venezuela.
Namun, pemerintah mengatakan perang ekonomi yang dilancarkan negara-negara "imperialis" terhadap Venezuela, serta para pengusaha jahat di negara Amerika Selatan tersebut patut disalahkan, selain penyelundupan mata uang ke negara tetangga, Kolombia.
Baca juga: Venezuela, dari Krisis Ekonomi Sampai Penembakan dan Penculikan