Kisah Hoax yang Sukses Menipu Media-media Amerika
https://www.naviri.org/2018/08/kisah-hoax-yang-sukses-menipu-media.html
Naviri Magazine - Hoax atau berita palsu kerap dibuat oleh pihak-pihak tertentu untuk berbagai tujuan tertentu. Dalam hal itu, media kerap ikut berpartisipasi dalam penyebaran hoax, ketika mereka memuat berita tanpa melakukan klarifikasi dan verifikasi. Akibatnya, sesuatu yang sebenarnya tidak benar atau bersifat hoax justru menjadi berita yang ramai dibicarakan, karena dimuat media.
Persoalan itu pernah “disindir” oleh Alan Abel, yang bermaksud menunjukkan bahwa media-media kerap menjadi pihak yang ikut menyebarkan hoax ke tengah masyarakat.
Alan Abel pernah mengguncang Amerika pada tahun 1960-an, ketika memperkenalkan The Society for Indecency to Naked Animals (SINA), atau sebut saja organisasi penutup aurat binatang. Organisasi ini tentu saja tidak ada, karena memang dimaksudkan sebagai hoax.
Abel pertama kali mengirim surat tentang SINA kepada Saturday Evening Post. Media ini menolak untuk mengulasnya, lantaran menganggap organisasi tersebut cuma dusta. Dia tak menyerah oleh penolakan itu, justru merangkai kebohongan yang lebih serius.
Buck Henry, seorang penulis andal sekaligus karib Abel, kemudian berpura-berpura menjadi G. Clifford Prout yang memegang jabatan presiden SINA; Abel menjadi wakilnya. Mereka berdua menulis serangkaian press release untuk menarik perhatian media.
Tak cuma itu, diwartakan Greensburg Daily News, mereka juga menyebarkan ribuan leaflets dengan gambar kuda bercelana dalam. Aksi tersebut dibantu oleh istri Abel.
“A nude horse is a rude horse,” itulah slogan mereka.
Kabar menyebar cepat, orang-orang mulai percaya, dan SINA mulai eksis. Presiden dan wakil presiden organisasi fiktif muncul di hampir seluruh acara talk show televisi lokal dan nasional. Seiring dengan itu, sekitar 5.000 orang menuliskan surat keinginannya untuk bergabung dalam SINA.
Fantastis, sulit dipercaya masyarakat betul-betul meyakini eksistensi SINA. Sampai akhirnya hal itu terhenti, tatkala Walter Cronkite dari CBS mengungkap semua kebohongan SINA.
Abel memang gila—jika kita enggan mengakui dia jenius—dan media juga terbukti mudah mengalah pada nafsu publik yang selalu lapar hal-hal viral.
Di ujung karier penipuannya, sekali lagi Abel mempertontonkan betapa hoax dapat enteng diletuskan. Kali ini, dia memalsukan kabar kematian dirinya. Media sekelas New York Times mengumumkan kematian Abel pada 2 Januari 1980; dua hari kemudian mereka menarik kembali obituari palsu itu.
Baca juga: Hoax, Tampak Tidak Penting tapi Berbahaya