Tahun Depan, Indonesia Harus Bayar Banyak Utang
https://www.naviri.org/2018/08/indonesia-harus-bayar-utang.html
Naviri Magazine - Ada masanya berutang, ada masanya pula untuk membayar utang. Karena tak peduli selama apa pun jangka waktu yang diberikan, utang tetap utang yang harus dibayar. Hal semacam itu juga berlaku pada Indonesia, sebagai salah satu negara yang punya utang. Setelah menumpuk utang sejak bertahun-tahun, kini utang mulai mendekati masa jatuh tempo.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, pembayaran utang tahun 2019 mendatang cukup berat, lantaran utang pemerintah yang jatuh tempo di tahun tersebut cukup besar.
"Tahun depan berat, banyak utang di masa lalu yang jatuh tempo cukup tinggi di 2019," ujar dia dalam acara konfrensi pers Nota Keuangan dan RAPBN 2019 di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Sri Mulyani mengungkapkan, jumlah utang pemerintah yang akan jatuh tempo pada 2019 mencapai Rp 409 triliun. Walau demikian, dia menegaskan, pengelolaan utang pemerintah semakin baik, terlihat dari dua indikator yang menunjukkan kesehatan APBN, yakni defisit APBN dan tingkat keseimbangan primer.
Sri Mulyani juga pun membeberkan defisit APBN yang terus mengalami penurunan terhadap GDP. Pada tahun 2015, defisit APBN sempat menyentuh angka 2,59 persen dari GDP senilai Rp 298,5 triliun. Angka ini perlahan turun pada 2016 sebesar 2,49 persen, dan kembali turun pada 2017 menjadi 2,15 persen. Target defisit APBN pada 2018 pun turun menjadi 2,12 persen.
"Kelihatan bahwa trennya yang mendekati nol dari yang tadinya pernah mencapai 2,59 persen yang terdalam di tahun 2015, itu dikarenakan tahun itu harga komoditas jatuh sehingga counter fiskal hingga defisit," ujar Sri Mulyani.
Sementara itu, pada RAPBN 2019, defisit akan diperkirakan di 1,8 persen terhadap GDP. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan defisit paling kecil yang pernah terjadi di 2012, yaitu 1,86 persen dari PDB.
Baca juga: Mengapa Indonesia Terus Menerus Punya Utang?