Para Ilmuwan yang Mati Kelaparan di Tengah Banyak Makanan
https://www.naviri.org/2018/08/ilmuwan-yang-mati-kelaparan.html
Naviri Magazine - Bayangkan kita mengalami kelaparan, dan sangat ingin makan apa pun demi bisa mengganjal perut yang keroncongan, tapi kita tidak bisa keluar rumah. Karenaya, mau tak mau, kita harus mencari apa pun di rumah yang bisa dimakan. Kebetulan, di dekat kita ada tumpukan roti yang bisa dimakan.
Kira-kira, apakah kita akan memakannya? Kemungkinan besar ya, kita akan memakan roti-roti itu, demi tidak mati kelaparan.
Rata-rata, semua orang akan berusaha memakan apa pun yang bisa dimakan, jika terancam mati kelaparan. Namun, ada kisah menakjubkan terkait hal ini, yaitu para ilmuwan yang memilih mati demi mewariskan sesuatu bagi masyarakat yang lebih luas, bangsa dan negaranya. Kisah ini terkait dengan pengepungan di Leningrad pada masa Perang Dunia II.
Pengepungan Leningrad, yang berlangsung selama 900 hari, bisa disebut sebagai salah satu pengepungan paling mengerikan selama Perang Dunia Kedua. Adolf Hitler menegaskan rencana terkejamnya untuk memotong semua rute pasokan makanan ke kota di Rusia itu.
"Leningrad harus mati karena kelaparan," seru Hitler dalam sebuah pidato di Munich, pada 8 November 1941. Itu artinya, dia akan dengan senang hati melihat dua juta penduduk tewas akibat kekurangan makanan.
Ketika musim dingin tiba, tanpa ketersediaan makanan, ratusan ribu orang mati sebab kelaparan. Usaha mereka untuk bertahan hidup dengan mengonsumsi serbuk gergaji malah sia-sia. Sedangkan cuaca minus 30 derajat Celsius juga turut mempercepat kematian.
Namun, di suatu tempat yang tersembunyi, di dalam lemari besi Vavilov Institute of Plant Industry, sekolompok ilmuwan memilih mati dalam cara paling ironis sekaligus heroik. Mereka meninggal sambil menjaga hampir 200.000 varietas tanaman yang sebetulnya dapat dimakan.
Benih-benih dan biji-bijian itu dijaga ketat, agar jangan sampai direbut Nazi, supaya tidak terjadi kekurangan sumber pangan yang lebih parah di Rusia pada masa pasca perang.
Alexander Stchukin, spesialis kacang, meninggal paling pertama pada tahun 1942, di atas meja tulisnya. Lalu, ahli botani, Dmitri Ivanov dan Georgi Kriyer, juga wafat saat dikelilingi ribuan varietas beras.
Hingga akhirnya, ketika pengepungan berakhir pada tahun 1944, menurut The Washington Post, enam ilmuwan lainnya juga meninggal karena kelaparan.
Baca juga: 10 Dokumen Paling Rahasia di Dunia dengan Isi Mencengangkan