Ilmuwan Mencoba Membuat Matahari Tiruan, dan Ini Hasilnya
https://www.naviri.org/2018/08/ilmuwan-membuat-matahari-tiruan.html
Naviri Magazine - Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari energi, salah satunya adalah bahan bakar yang ditambang dari batubara dan minyak bumi. Yang menjadi masalah, energi bahan bakar semacam itu tidak ramah lingkungan karena menciptakan polusi.
Karenanya, belakangan, para ilmuwan berusaha memanfaatkan energi yang lebih ramah lingkungan, yaitu memanfaatkan sumber daya alam yang lebih bersih, semisal memanfaatkan energi matahari.
Penggunaan sumber daya alam untuk bahan bakar yang tidak dapat diperbarui dan tidak ramah lingkungan, seperti batubara dan minyak bumi, membuat para ilmuwan terus melakukan penelitian dan perkembangan teknologi, agar mendapatkan bahan bakar baru yang lebih baik.
Dilansir dari NewAtlas.com, salah satu usaha di bidang pengembangan bahan energi adalah usaha yang dilakukan oleh Pusat Antariksa Jerman (DLR). Para peneliti di DLR yang berada di Jülich Rhine-Westphalia, Jerman, bereksperiman untuk membuat tiga matahari buatan yang diberi nama Synlight.
Synlight adalah sebuah alat yang didesain mirip sarang lebah, yang terdiri dari 149 unit lampu sorot yang dapat menghasilkan radiasi 10.000 kali lipat lebih besar dari radiasi yang dipancarkan oleh matahari ke bumi.
Saat tiga matahari buatan tersebut dinyalakan menggunakan daya yang berbeda—yang pertama menggunakan daya 220 kW dan yang lainnya 280 kW—lalu difokuskan pada satu titik berukuran 20 cm x 20 cm, dapat menghasilkan suhu sekitar 3000 derajat Celcius.
Sebelumnya, para ilmuwan telah melakukan percobaan menggunakan cermin untuk mengonsentrasikan cahaya matahari yang ditembakkan ke air, sehingga menghasilkan uap air. Uap tersebut akan memutar turbin-turbin pembangkit listrik tenaga air.
Dari hasil eksperimen di atas, para ilmuwan ingin menggunakan radiasi Synlight untuk memicu reaksi kimia, sehingga dapat mengekstraksi hidrogen menjadi uap air. Hidrogen inilah yang akan dijadikan bahan bakar kendaraan bermotor, bahkan pesawat.
Tapi sayangnya, penggunaan matahari buatan ini dinilai sangat boros. Saat Synlight dinyalakan dalam empat jam saja, sudah menghabiskan daya listrik setara dengan daya yang digunakan oleh listrik rumah tangga dalam satu tahun. Sehingga para ilmuwan masih terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Baca juga: Ilmuwan Berhasil Menghidupkan Hewan Berusia 42.000 Tahun