Melihat Fakta di Balik Fenomena ‘Latah’ Dunia Bisnis
https://www.naviri.org/2018/08/fenomena-latah-di-dunia-bisnis.html
Naviri Magazine - Fenomena latah kerap terjadi di dunia bisnis, di Indonesia maupun di luar negeri. Ketika suatu usaha mengalami sukses, biasanya akan muncul usaha serupa yang diluncurkan pihak-pihak lain, dan dalam waktu singkat usaha itu ramai.
Di Indonesia, kita bisa melihat contoh latah itu pada fenomena es kepal milo. Ketika usaha es kepal milo tampak laris, tiba-tiba banyak orang yang membuka usaha serupa, dan dalam waktu singkat banyak orang berjualan es kepal milo. Sebelumnya, kita juga melihat fenomena batu akik yang sempat booming. Sementara beberapa tahun sebelumnya, hal serupa terjadi pada tanaman atau pohon yang disebut gelombang cinta.
Intinya, ketika satu usaha tertentu tampak berhasil atau menjadi tren, maka seketika akan muncul banyak orang mengikuti usaha tersebut. Mengapa hal semacam itu bisa terjadi?
Ada beberapa alasan yang mendasari fenomena latah berbisnis semacam itu.
Pokok pertama yang menyebabkan latah terjadi karena keinginan ikut-ikutan atau mengekor, untuk mendapatkan rejeki yang sama dari capaian keberhasilan orang lain.
Penyebab lainnya, kepentingan pemilik modal yang memanfaatkan momen keramaian pasar. Misalnya saja, pemilik modal membuka usaha yang sama di tempat yang berdekatan. Itu sebagai upaya pemilik modal menangkap keramaian dari berbagai arah.
Contoh konkretnya adalah deretan toko pembuatan sepatu di sentra sepatu di Bandung, yang dimiliki oleh segelintir pemodal. Gerai Alfamart dan Indomaret yang jaraknya berdekatan, adalah contoh lain saat pemodal mengepung kota dan desa.
Itu adalah strategi pemilik modal untuk menciptakan keramaian di daerah itu. Seringnya, ini adalah usaha pemilik modal untuk memperluas jaringan dan keramaian di daerah sekitar.
Pengalaman masyarakat yang baru memulai berwirausaha, jadi pemicu saling jiplak bisnis bisa terjadi, terutama di bisnis panganan. Ada anggapan bisnis ini punya peluang berhasil yang tinggi, karena keyakinan manusia butuh makan.
Soal keterbatasan modal juga jadi penyebabnya. Bisnis-bisnis yang butuh modal kecil sangat mudah ditiru, karena tak mudah perbankan untuk memberikan pinjaman, apalagi itu bisnis rintisan skala kecil. Perbankan akan menilai dari sisi kelayakan usaha untuk mendapatkan pinjaman atau bankable.
Baca juga: Melihat Fakta di Balik Fenomena ‘Latah’ Dunia Bisnis