Mengejutkan, Ternyata Dinosaurus Juga Berketombe
https://www.naviri.org/2018/08/dinosaurus-berketombe.html
Naviri Magazine - Ketombe mungkin menjadi masalah sebagian orang di zaman sekarang, khususnya bagi mereka yang memiliki masalah rambut. Pada rambut yang bermasalah atau kuang sehat, kadang muncul serpihan kulit berwarna putih atau keabu-abuan yang mengelupas dan menempel pada rambut, atau terlihat pada bahu penderitanya. Karenanya, kini ada sampo khusus yang ditujukan untuk mengatasi masalah ketombe.
Ternyata, masalah ketombe bukan hanya muncul di zaman sekarang. Berdasarkan penelitian, ketombe sudah muncul di zaman dinosaurus.
Seperti dilansir Irishtimes, ahli paleontologi Universitas Cork Irlandia (UCC) menemukan ketombe yang diawetkan di antara bulu-bulu dinosaurus dan burung purba, yang hidup sekitar 125 juta tahun lalu.
Dr Maria McNamara dan koleganya dari kampus tersebut mengatakan temuan yang sudah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications itu adalah bukti pertama bagaimana dinosaurus berganti kulit. Mereka menemukan fakta itu setelah mempelajari sel-sel fosil yang berasal dari Tiongkok, dan membandingkannya dengan ketombe dari burung modern menggunakan mikroskop elektron.
"Sel-sel fosil itu terawetkan dengan detail yang luar biasa, hingga ke tingkat serat keratin skala nano. Yang lebih luar biasa, fosil ketombe tersebut hampir identik dengan burung modern, bahkan spiral serat memutar masih terlihat," ujar McNamara menjelaskan.
Bulu adalah inovasi evolusi luar biasa yang terkait dengan adaptasi kompleks kulit pada burung modern. Fosil bulu-bulu pada dinosaurus non-unggas dan burung basal (pada awal rantai evolusi) memberikan wawasan tentang evolusi kulit.
Sama seperti ketombe manusia, ketombe fosil terbuat dari sel-sel keras yang disebut corneocytes, yang hidup di tempat kering dan penuh dengan protein keratin.
Mereka juga mempelajari ketombe pada tiga jenis dinosaurus berbulu, yaitu Microraptor, Beipiaosaurus, dan Sinornithosaurus, serta burung primitif Confuciusornis, yang ditemukan di kawasan bebatuan di timur laut Tiongkok.
"Awalnya kami tertarik untuk mempelajari bulu-bulu, dan saat kami melihat bulu-bulu kami terus menemukan gumpalan putih kecil ini. Serpihan itu ada di mana-mana, hampir ada di antara semua bulu," kata McNamara menambahkan.
McNamara dan para peneliti sempat bertanya-tanya, apakah itu hanya fitur biologis seperti serpihan kulit kerang, atau kulit reptil. Namun, karena tak cukup konsisten, para peneliti hanya punya satu pilihan tersisa, yaitu fragmen kulit yang diawetkan dan identik dengan struktur bagian luar kulit burung modern.
Dari sana, mereka menyimpulkan itulah ketombe. "Meskipun mereka berada pada tahap awal evolusi bulu, mereka telah menyesuaikan kulit mereka dengan struktur yang lebih modern ini," kata McNamara kepada The Guardian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketombe muncul pertama kali pada akhir periode Jurassic Tengah atau sekitar 174 hingga 163 juta tahun lalu. Rentang waktu ini sama dengan masa evolusi beberapa fitur kulit lainnya.
"Ada ledakan evolusi antara dinosaurus berbulu dan burung saat ini, serta sangat menarik untuk melihat bukti bahwa kulit burung dan dinosaurus awal berevolusi dengan cepat sebagai tanggapan terhadap bantalan bulu," katanya pada Daily Mail.
Selain itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa dinosaurus berbulu menghilangkan kulit mati mereka sebagai serpihan. Ini sedikit berbeda dengan yang dilakukan reptil modern, menanggalkan kulit mati sebagai potongan besar.
"Ini satu-satunya fosil ketombe yang pernah dilaporkan, sejauh yang saya sadari," kata Profesor Mike Benton, salah seorang peneliti yang terlibat, dikutip The Independent.
Menurut penelitian, perbedaan struktural dalam serpihan kulit menyiratkan bahwa dinosaurus ini memproduksi panas tubuh yang lebih rendah daripada burung modern. Hal ini menunjukkan bahwa microraptor era Cretaceous tidak dapat terbang untuk waktu yang lama.
Namun, corneocytes dalam fosil dinosaurus dan burung sangat padat dengan keratin. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak menjadi hangat seperti burung modern, mungkin karena mereka tidak bisa terbang sama sekali, atau tidak untuk jangka waktu yang lama.
Baca juga: Nenek Moyang Hewan Modern yang Dilupakan karena Punah