Cara Benar dan Sehat Menggunakan Kipas Angin Selama Tidur
https://www.naviri.org/2018/08/cara-sehat-menggunakan-kipas-angin.html
Naviri Magazine - Ketika musim panas datang, banyak dari kita yang merasa sulit tidur karena merasa kegerahan. Baru berbaring beberapa saat di dalam kamar, tubuh sudah berkeringat. Kondisi semacam itu tentu menjadikan kita sulit tidur.
Sebagian orang mengatasi masalah kegerahan di kamar tidur dengan memasang AC (Air Conditioner), sementara sebagian lain menggunakan kipas angin untuk menyejukkan tubuh selama tidur. Bagaimana pun, tidur adalah hal penting yang memampukan kita beristirahat secara sempurna.
Banyak penelitian yang menunjukkan buruknya kualitas tidur sebagai penyebab berbagai penyakit kronis di tubuh. Mulai dari tekanan darah tinggi, stroke, gagal jantung, serangan jantung, diabetes, dan penyakit lainnya.
Laporan riset Nick Obradovich, berjudul "Nighttime temperature and human sleep loss in a changing climate" (2017), yang dimuat di majalah Science, menyebut bahwa pemanasan global turut mengurangi jam tidur manusia. Yang paling terdampak adalah lansia, kalangan kelas bawah yang tidak mampu membeli AC, atau penduduk di daerah tropis.
Di luar problem perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu, menggunakan kipas angin saat tidur guna menghalau gerah jamak dipraktikkan di berbagai belahan dunia. Kipas angin sekaligus menjadi solusi hemat bagi mereka yang tak mampu memasang AC yang membutuhkan sumber daya listrik lebih tinggi.
Tapi apakah kebiasaan tidur dengan pancaran kipas angin di musim panas punya dampak kesehatan bagi tubuh?
Len Horovitz, seorang ahli paru-paru dari Lenox Hill Hospital, New York City, AS, menegaskan bahwa menggunakan kipas angin semalam suntuk agar tidur lebih nyenyak bukanlah pilihan yang terlalu buruk. "Tidak ada apa-apa, kipas angin bukanlah racun," kata Horovitz dilansir dari Live Science.
Terkait gangguan pernapasan dan penumpukan debu akibat paparan kipas angin, Horovitz menyarankan agar menjaga jarak aman dan ideal antara kipas angin yang menyala dengan tempat tidur Anda. Menurut Horovitz, kipas seharusnya tidak diarahkan langsung ke tubuh, supaya pengguna terhindar dari paparan debu dan potensi alergi.
Efek samping yang mungkin dirasakan pengguna kipas angin ketika tidur adalah penguapan air dari mulut dan saluran hidung, atau mata dan mulut yang biasanya terbuka sedikit saat tidur, sehingga menyebabkan rasa kering dan haus ketika bangun tidur. Kulit pun bisa terasa kering.
Menurut Horovitz, udara dingin sebenarnya dapat menyebabkan kontraksi otot. Paparan udara di malam hari dapat menyebabkan leher terasa kaku ketika bangun di pagi hari. Tetapi biasanya hal ini terjadi pada kasus penggunaan AC, bukan kipas angin. Langkah aman jika menggunakan AC, disarankan untuk tidak bertiup langsung ke tubuh, dan mengatur suhu di atas 20 derajat Celcius.
Kembali ke kipas angin, dalam "Electric fans for reducing adverse health impacts in heatwaves", Saurabh Gupta dkk (2012) melaporkan bahwa sedikit sekali bukti yang menunjukkan bahwa kipas angin benar-benar turut menurunkan efek hawa panas di dalam ruangan.
Pasalnya, kipas angin menghirup udara yang pada dasarnya sudah panas, efek dari perubahan iklim dan gelombang panas. Akibatnya, udara yang terpapar ke tubuh sebenarnya lebih hangat dibanding suhu tubuh itu sendiri, dan ujung-ujungnya dapat merangsang lebih banyak keringat. Keringat deras inilah yang berpotensi menyebabkan dehidrasi, karena tubuh kehilangan banyak cairan, dan luput mengisinya karena terlelap.
Idealnya, kipas angin digunakan ketika suhu udara di bawah 35 derajat Celcius. Jika Anda khawatir dehidrasi karena kipas angin, minumlah banyak air sebelum tidur.