Bagaimana Kecoak Menemukan Jodohnya? Jawabannya Rumit
https://www.naviri.org/2018/08/bagaimana-kecoak-menemukan-jodohnya.html
Naviri Magazine - Makhluk hidup, baik manusia maupun hewan, membutuhkan pasangan yang salah satu tujuan pentingnya agar bisa melakukan regenerasi atau memiliki keturunan.
Dengan memiliki pasangan, mahkluk hidup dapat melakukan aktivitas perkawinan, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan anak. Tanpa ada perkawinan, makhluk hidup akan punah, karena terhentinya regenerasi.
Untuk bisa kawin dan memiliki pasangan, manusia maupun hewan perlu menemukan jodoh yang bersedia diajak kawin. Ternyata, urusan menemukan jodoh ini bisa dibilang serupa di kalangan semua makhluk hidup, karena sama-sama butuh usaha. Begitu pula dengan kecoak. Pernarkah kita bertanya-tanya, bagaimana kecoak menemukan jodoh mereka?
Tidak seperti manusia yang menilai jodoh dengan mata, kecoak mencari pasangan dengan antena. Antena memungkinkan kecoak jantan untuk mendeteksi feromon yang dikeluarkan betina di tengah lingkungan yang kaya bau.
Lewat penelitian terbaru, ilmuwan dari Universitas Hokkaido dan Konstanz mengungkap proses kimia dan saraf di balik pencarian jodoh kecoak. Menggunakan mikroelektroda, tim ilmuwan meneliti aktivitas saraf di antena kecoak jantan, yang berkaitan dengan penangkapan feromon dari betina.
Ilmuwan meneliti 12 ujung saraf yang berkaitan dengan feromon. Teknisnya, bagian saraf diatur untuk menangkap sinyal, hanya dari bagian tertentu pada antena kecoak.
Satu neuron berukuran besar menanggapi rangsangan semua bagian. Tiga neuron lainnya, dengan luas reseptor yang sedang, dijajal menerima sinyal dari sepertiga bagian. Sementara itu, delapan neuron lain merepons stimulus hanya pada bagian kecil antena.
Berdasarkan penelitian, ilmuwan mengetahui bahwa dari antena, sinyal feromon dibawa kecoak ke bagian saraf pusat yang disebut makroglomerolus. Pada bagian makroglomerolus, ilmuwan bisa membedakan asal rangsangan menurut bagian antena yang menerimanya.
Dari bagian itu, sinyal feromon dibawa ke bagian yang disebut mushroom body. Di sana, kecoak akan menganalisis lokasi asal bau tersebut. Berdasarkan proses itu, kecoak bisa menggerakkan antena seusia prediksi lokasi asal, dan menemukan betina yang akan dikawininya.
“Peta persebaran bau spasial penting. Pasalnya, kecoak yang berkeliaran di lingkungan yang penuh tantangan punya kesempatan lebih sedikit untuk berinteraksi dengan filamen bau,” kata Hiroshi Nishino, asisten profesor dalam penelitian ini.
Baca juga: Seperti Manusia, Burung Ternyata Juga Pintar Menguping