Tinder, Kencan Online, dan 8 Fakta Tak Terduga di Baliknya
https://www.naviri.org/2018/07/tinder-kencan-online.html
Naviri Magazine - Menemukan pasangan adalah hal yang susah-susah gampang. Kadang-kadang seseorang sedang berbelanja di swalayan, lalu berkenalan dengan seseorang, saling merasa cocok, lalu memutuskan untuk berkencan. Sementara itu, orang-orang lain sudah berusaha ke sana kemari untuk menemukan orang yang dianggap tepat, tapi tidak juga menemukan.
Latar belakang itu pula yang menjadikan aplikasi-aplikasi semacam Tinder lalu muncul dan digemari banyak orang. Melalui Tinder, orang bisa mencari dan menemukan orang lain dengan mudah, dan berharap mendapatkan pasangan. Biasanya, orang akan mencari profil seseorang di Tinder, dan—jika saling tertarik—mereka pun bertemu untuk kencan. Jika merasa cocok, hubungan bisa dilanjutkan.
Berikut ini adalah fakta-fakta terkait Tinder, kencan online, dan hal-hal yang mungkin belum Anda ketahui.
Minim pertemuan
Kencan online memang tengah populer, sayangnya orang-orang lebih sering berinteraksi di dunia maya tanpa tatap muka. Bahkan, sepertiga pengguna layanan kencan online mengaku belum pernah bertemu dengan pasangan yang mereka kenal melalui aplikasi kencan atau media sosial.
Stigma keputusasaan
Sebuah survei pada tahun 2015 menemukan 23 persen orang Amerika dewasa menganggap pengguna situs kencan itu putus asa. Padahal saat ini orang-orang telah menggunakan layanan kencan online dan bertemu pasangan mereka dengan cara tersebut.
Tak pikir panjang
Dalam aplikasi Tinder, Anda punya dua pilihan. Swipe (mengusap) ke kanan bila menyukai seseorang atau ke kiri bila tidak suka.
Sayangnya, tak semua yang mengusap ke kanan benar-benar menyukai Anda. Bisa jadi, dia sekadar iseng atau tak sengaja mengusap ke kanan. Jadi, Anda tak perlu kelewat bersemangat bila aplikasi menilai Anda 'match' dengan seseorang.
Prosesnya bisa panjang
Cinta pada pandangan pertama mungkin memang ada. Namun, beberapa orang harus melewati beberapa kali kencan sebelum akhirnya menemukan pasangan pilihan.
Menurut sebuah survei yang dilakukan pada 2.000 penduduk Inggris tahun 2014, sebelum menemukan cinta sejatinya, perempuan akan berkencan lima kali dan laki-laki enam kali.
Baik perempuan maupun laki-laki akan mengalami hubungan yang buruk, hubungan jangka panjang, dan yang terakhir adalah pertemuan dengan pasangan hidup.
Menurut survei yang dibuat untuk buku The Rosie Project, rata-rata perempuan akan mengalami empat kencan buruk, jatuh cinta dua kali, dan hidup dengan satu pasangan. Sementara itu, dalam setahun pria bisa dua kali berkencan dengan perempuan, dan mengalami enam kali cinta satu malam.
Tidak tahu apa yang dicari
Penelitian menemukan bahwa apa yang dipikirkan orang tentang pasangan yang romantis, tak selalu sama dengan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Karakteristik orang yang dinilai menarik seringkali malah tidak cocok untuk jadi pasangan.
Pria dan tagihan kencan
Survei terhadap 17.000 lajang di Amerika Serikat menemukan bahwa 75 persen pria merasa bersalah bila perempuan yang membayar kencan. Studi lain terhadap 1.000 orang menyatakan bila 77 persen orang dalam sebuah hubungan berpikir bahwa pria harus membayar tagihan pada kencan pertama.
Menurut studi yang ditampilkan dalam pertemuan tahunan American Sociological Association, gender tak harus memainkan peran dalam hal siapa yang membayar biaya kencan. Namun pemikiran tradisional soal kepahlawanan pria sulit dihilangkan.
Intip profil
Sebelum bertemu dengan pasangan kencan online, orang biasanya mengecek latar belakang teman kencannya. Survei pada 2013 menemukan bahwa 41 persen orang dari usia 18 sampai 29 tahun menggunakan media sosial untuk mencari tahu banyak informasi mengenai berbagai hal.
Tak berhenti setelah menikah
Rentang hidup panjang, perceraian pun jadi semakin umum. Menemukan pasangan pertama bisa jadi bukanlah yang terakhir. Ini bisa membuat Anda merasa seolah tak pernah keluar dari bursa kencan, dan harus terus berusaha menemukan yang terbaik.
Baca juga: Mengenal Tinder dan Aplikasi Pencari Jodoh Lainnya