Kisah di Balik Pria Misterius yang Membunuh Abraham Lincoln
https://www.naviri.org/2018/07/pria-yang-membunuh-lincoln.html
Naviri Magazine - Salah satu kisah pembunuhan yang terus dikenang sejarah adalah pembunuhan terhadap Abraham Lincoln, yang waktu itu sedang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Ada banyak spekulasi terkait peristiwa pembunuhan itu, sementara orang yang diketahui sebagai pembunuh Lincoln adalah John Wilkes Booth. Ia masuk ke gedung teater tempat Lincoln dan istrinya sedang menonton pertunjukan teater, lalu menembaknya.
John Wilkes Booth, pria yang menembak Lincoln, dilahirkan di Maryland pada 1838. Selama Perang Saudara berkobar, ia tinggal di utara, tapi mendukung kubu Konfederasi yang berada di selatan.
Ia adalah seorang aktor. Pada 1860, lima tahun sebelum ia menembak Lincoln, John Wilkes Booth pernah menulis sebuah naskah 21 halaman yang menunjukkan kefanatikan dan simpatinya terhadap kubu Selatan.
Naskah itu ia tulis di Philadelphia, dan dimaksudkan sebagai pidato. Namun sampai Lincoln ditembak, naskah tersebut tidak pernah sampai ke publik, baik dalam bentuk pidato maupun terbitan. Baru tahun 1990-an naskah itu ditemukan di salah satu arsip pemain teater di 16 Gramercy Park South, Manhattan.
Rumah tersebut adalah bekas kediaman Edwin Booth, kakak John Wilkes Booth, seorang aktor terkenal di masanya.
“Seandainya sentimen-sentimen ini diketahui oleh para pejabat yang bertanggung jawab menjaga Presiden, mungkin Booth tidak akan memiliki akses yang mudah untuk hadir di teater Washington pada 14 April 1865,” tulis Herbert Mitgang.
Menanggapi naskah tersebut, David Herbert Donald—sejarawan Harvard yang menulis biografi Lincoln—menyebut naskah itu adalah dokumen menarik yang mengungkap pandangan-pandangan John Wilkes Booth tentang krisis pemisahan diri dan keadaan pikirannya yang kacau balau. Juga menggambarkan jalan pikirannya yang tidak koheren dalam masa gejolak emosional yang hebat.
Robert Giroux, editor penerbit Farrar Straus Giroux, menemukan naskah itu saat ia menyisir dokumen pemain teater. Ia duduk di belakang meja Edwin Booth dalam sebuah penelitian di sekitar Gramercy Park.
“Saya sedikit terkejut ketika menyadari bahwa inisial JWB adalah singkatan dari John Wilkes Booth,” ungkapnya.
Naskah tersebut ditulis dengan tinta hitam tebal, dengan tulisan tangan yang sedikit kacau, kata-kata yang rentan disalahartikan, salah ejaan, dan tata bahasa yang rancu. John Wilkes Booth menulisnya di rumah saudara perempuannya, Asia Booth Clarke, di Philadelphia, saat ia dan ibunya menghabiskan liburan Natal.
Herbert Mitgang menambahkan, penembak Lincoln tersebut menyebut dirinya sebagai “seorang pria Utara” yang hendak “bertarung dengan segenap hati dan jiwa—bahkan jika tidak ada seorang pun yang mendukungnya”—untuk persamaan hak dan keadilan bagi Selatan dan Utara.
Naskah yang mengungkap pikiran-pikiran John Wilkes Booth itu tersimpan, dan tak terungkap selama seabad lebih.
Baca juga: Kisah di Balik Para Presiden Amerika yang Tewas Dibunuh