Kisah Pembunuhan Abraham Lincoln, Ditembak Saat Menonton Teater
https://www.naviri.org/2018/07/pembunuhan-abraham-lincoln.html
Naviri Magazine - Abraham Lincoln adalah salah satu Presiden Amerika Serikat yang berpengaruh, namun dia juga menjadi salah satu Presiden Amerika yang tewas terbunuh. Sebagian kalangan meyakini bahwa pembunuhan terhadap Abraham Lincoln berkaitan dengan Perang Saudara yang terjadi di Amerika.
Kenyataannya, Abraham Lincoln mati terbunuh setelah perang itu baru saja usai, dan pembunuhnya adalah orang dari pihak yang dilawan oleh Lincoln.
Pada waktu itu, perseteruan antara kubu Selatan (Konfederasi) dan kubu Utara (Union) dalam Perang Saudara Amerika Serikat baru saja berakhir. Pasukan Konfederasi yang dipimpin Robert E. Lee menyerah di Gedung Pengadilan Appomatox, Virginia, pada 9 April 1865.
Perang Saudara yang berlangsung selama empat tahun tersebut memakan banyak korban di kedua pihak. Lima hari setelah Konfederasi menyerah, peristiwa pembunuhan itu pun terjadi.
Malam itu, beserta istri dan beberapa kolega, Abraham Lincoln tengah menyaksikan pertunjukan teater di Ford’s Theatre, Washington. Jenderal Ulysses Grant, mantan pemimpin pasukan Union dalam Perang Saudara, dikabarkan akan hadir juga di acara tersebut. Namun ia terlambat datang.
Ruangan disesaki penonton yang antusias. Dalam jeda pertunjukan, terdengar letusan senapan. Itu hanya mengundang perhatian sesaat, tapi tak benar-benar menimbulkan tanggapan serius dari para penonton.
Tiba-tiba seorang pria melompat ke depan tempat Lincoln berada, sembari mengacungkan sebilah belati panjang dan berseru, ”Sic semper tyrannis!" (begitulah nasib tiran!). Ia lalu melompat ke panggung, dan melarikan diri menggunakan kuda.
Hadirin terkesima. Sementara Lincoln telah terkulai. Darah mengucur dari kepalanya yang retak dihajar peluru. Istri Lincoln berteriak histeris melihat suaminya terkapar. Setelah sadar bahwa telah terjadi pembunuhan, hadirin bergegas menuju panggung dan berusaha mengejar pelaku. Sebagian berteriak, “Gantung dia! Gantung dia!”
Belakangan, diketahui bahwa orang yang menewaskan Lincoln adalah John Wilkes Booth.
Usaha untuk mencelakakan Lincoln sebetulnya sempat direncanakan lebih awal sebelum kejadian di Ford’s Theatre. Pada 20 Maret 1865, John Wilkes Booth serta beberapa rekannya berencana untuk menculik Lincoln dan membawanya ke Richmond, ibukota Konfederasi. Namun rencana tersebut gagal.
Percobaan kedua akhirnya berhasil. Pada 14 April 1865, setelah menyelinap, ia mengarahkan moncong senapan ke arah kepala Lincoln, dan Presiden AS ke-16 itu terkapar.
Dalam situasi panik, Lincoln dibawa ke sebuah rumah pribadi milik William A. Petersen, seorang penjahit keturunan Jerman, yang berada di seberang Ford’s Theatre. Para ahli bedah dikerahkan untuk memeriksa kondisinya. Pasukan militer berjaga di sekitar rumah yang dipakai untuk mengevakuasi Lincoln.
Sementara massa berkerumun di sekitar rumah tersebut. Meski telah disampaikan bahwa luka yang diderita Lincoln sangat serius dan mematikan, tapi mereka tetap ingin mengetahui kondisi terkini, dan berharap sang presiden dapat diselamatkan.
Setelah situasi di Ford’s Theatre cukup kondusif, petugas melakukan pemeriksaan di tempat Lincoln ditembak. Petugas menemukan ceceran darah di kursi, partisi, dan lantai. Sebuah pistol saku berlaras tunggal tergeletak di lantai.
Lincoln meninggal keesokan harinya pada 15 April, dalam usia 56 tahun. Rumah tempat ia meninggal dijadikan museum sejak 1930-an.
Baca juga: Kisah di Balik Pria Misterius yang Membunuh Abraham Lincoln