Negara-negara yang Telah Banyak Menggunakan Mobil Listrik
https://www.naviri.org/2018/07/negara-yang-telah-menggunakan-mobil-listrik.html
Naviri Magazine - Mobil listrik memang telah masuk ke Indonesia, dan wujudnya sudah diperkenalkan. Namun, Indonesia tampaknya belum benar-benar siap dalam menyambut kedatangannya. Dalam peraturan terkait mobil listrik, misalnya, Indonesia saat ini masih dalam tahap persiapan. Karenanya, mobil listrik di Indoneisa bisa dibilang baru sekadar perkenalan.
Hal serupa juga terjadi di banyak negara lain, yang sama-sama belum benar-benar siap dengan mobil listrik. Sementara sebagian kecil negara di dunia telah banyak menggunakan mobil listrik.
Di Amerika Serikat, tercatat kurang lebih 540 ribu mobil listrik kategori hybrid, PHEV, dan full EV, sudah berseliweran di jalan raya pada 2016. Namun, persentase penjualan mobil listrik di Negeri Paman Sam masih jauh lebih kecil dibandingkan mobil bermesin bakar. Hanya 134 ribu mobil elektrik yang dilansir manufaktur otomotif dari 17,5 juta produk mobil di tahun tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat juga memberi perhatian lebih pada pengembangan industri mobil listrik. Sejak awal Januari 2010, pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan pajak sebesar US$2.500 sampai US$7.500 untuk mobil plug-in hybrid, tergantung kapasitas baterainya. Insentif tersebut berlaku untuk 200 ribu unit mobil listrik yang terjual setiap enam bulan.
International Energy Agency mencatat, hanya ada sembilan negara di dunia yang menjadi habitat terbesar kendaraan listrik dengan pangsa pasar mobil listrik di atas 1 persen dari total mobil yang terdaftar setiap tahun. Antara lain Cina yang memiliki populasi terbesar, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Norwegia, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Swedia.
Sedangkan negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia, masih belum ramah untuk mobil listrik. Akumulasi penjualan mobil listrik di luar sembilan negara tersebut tidak sampai 200 ribu unit pada 2010-2016.
Jalan berliku nasib mobil listrik di dunia juga diperkeruh oleh adanya pertentangan dari pebisnis yang menggantungkan hidup pada keberlangsungan mesin bakar, salah satunya pelumas.
Melansir Wall Street Journal, buat menangkal ekspansi besar-besaran mobil listrik, para produsen pelumas mesin kendaraan berinovasi membuat oli yang lebih lembut atau tingkat kekentalannya rendah.
Tujuannya, agar pabrikan kendaraan bisa membuat mesin berperforma tinggi tapi dengan kapasitas kecil, lazimnya dilengkapi turbocharged. Mesin seperti itu setidaknya bisa meningkatkan efisiensi hingga 15 persen dan tingkat emisi lebih baik.
Taktik tersebut dilakukan pabrikan pelumas agar perusahaan manufaktur tetap mempertahankan bisnis mobil konvensional, dan mengurangi produksi kendaraan elektrik. "Mesin bakar masih punya jalan panjang untuk dilanjutkan (diproduksi)," ujar Vice President of Global Commercial Technology Shell Lubricants.
Baca juga: Persiapan Indonesia Menuju Mobil Listrik di Masa Depan