Maria Butina, Wanita Cantik yang Menjadi Mata-mata Rusia
https://www.naviri.org/2018/07/maria-butina.html
Naviri Magazine - Nama Maria Butina menjadi buah bibir akhir-akhir ini, setelah ia ditangkap oleh FBI pada 15 Juli 2018. Wanita berusia 29 tahun itu terdaftar sebagai pelajar master hubungan internasional di Amerika, namun kemudian terungkap bahwa ternyata dia agen atau mata-mata Rusia yang berperan penting dalam mengacak-acak pemilu Amerika 2016.
Cerita tentang Maria Butina berpusar di aktivitas para penggemar senjata. Narasi mengenai Maria barangkali kelewat sempurna untuk impian terliar pria yang hobi main senjata.
Washington Post, yang menelisik akun FB dan Instagram Butina, mendeskripsikannya sebagai gadis pirang dari Eropa Timur, cerdas, panas, bilingual yang mencintai Yesus, pintar memasak, penggemar meriam dan berburu, sebotol bourbon, lipstik, koboi, dan memiliki hati lembut yang siap memperbaiki hati laki-laki yang pernah dicabik-cabik oleh cinta. Singkatnya, Maria adalah Femme Fatale yang sempurna, tapi ia nyata, bukan film atau novel.
Biografi Maria dimulai dari hutan Siberia yang dingin, tempat ayahnya mengajarinya berburu beruang dan serigala. Setelah berkarier singkat sebagai pemilik jaringan kecil toko furnitur, Butina pindah ke Moskow, di mana ia memulai karier hubungan masyarakat, dan mendirikan kelompok bernama Right to Bear Arms untuk mengadvokasi pelonggaran undang-undang senjata yang ketat di Rusia.
Segera, kelompoknya memperoleh pelindung kuat, seorang senator Rusia dari partai Putin yang kemudian menjadi wakil direktur bank sentral Rusia: Alexander Torshin, donatur internasional yang membuatnya menjadi anggota seumur hidup dari asosiasi senjata Amerika, National Rifle Accosiation (NRA).
NRA memiliki hubungan erat dengan kubu konservatif Kristen melalui sebuah acara Sarapan Doa Tahunan, tiap Februari di Washington DC.
Kemampuan bahasa Inggris yang bagus membuat Maria bisa bekerja sebagai asisten dan penerjemah Torshin, dan segera bisa membentuk hubungannya sendiri dengan NRA, dekat dengan David Keene, mantan ketua Uni Konservatif Amerika yang menjabat sebagai presiden NRA dari tahun 2011 hingga 2013.
Pada 2013, Butina dan Torshin mengundang Keene dan penggemar senjata Amerika lainnya ke Moskow, untuk menghadiri pertemuan tahunan organisasi senjata.
Di sebuah acara NRA kemudian, Butina bertemu Paul Erickson, seorang agen Republik yang berbasis di Dakota Selatan, yang dikenal baik oleh orang-orang lingkar terdalam Partai Republik, yang kemudian menjabat sebagai direktur politik nasional kampanye presiden, jabatan yang pernah Erickson emban di era kampanye Pat Buchanan di tahun 1992.
Meski tahun sebelumnya telah menjalin jaringan, dan beberapa kali pergi ke Amerika untuk menghadiri acara politik penting seperti konferensi kubu konservatif CPAC dengan duduk di area VIP yang memberi akses kepada para pemimpin organisasi dan staf top Republik, pertemuan tahunan NRA, dan Sarapan Doa Nasional, Maria baru menetap di Amerika pada Agustus 2016 dengan visa pelajar.
Maria mengambil master hubungan internasional di Washington University. Sebelum maupun selama menetap di Amerika, Maria diduga menjalin hubungan asmara dan seks panas dengan Paul Erickson.
Washington Post menyebut, Erickson cocok dengan deskripsi seorang Amerika yang digambarkan dalam arsip pengadilan sebagai seorang pelaku politik yang membantu memperkenalkan Butina kepada tokoh politik Amerika yang berpengaruh "untuk tujuan memajukan agenda Federasi Rusia." Tapi Erickson, yang belum dituntut, tidak menanggapi permintaan The Post untuk komentar.
Mudahnya kira-kira, Maria adalah seorang aktivis pejuang hak menggunakan senjata di Rusia (karena Putin sangat membatasi penggunaan senjata) yang secara gerakan dan wacana sebenarnya sangat terkoneksi dengan amandemen kedua Amerika Serikat yang memberi hak bagi warga untuk memegang senjata api.
Maria kemudian diinkubasi oleh Alexander Torshin yang punya akses terhadap Putin. Torshin punya akses kepada NRA dan Sarapan Doa Nasional, yang dari sana Maria masuk ke dalam kubu Republikan Amerika melalui David Keene.
Kemudian, Paul Erickson sanggup memberi akses Maria ke top elite Republik, kandidat kuat calon presiden Republik, sebelumnya adalah Gubernur Wisconsin, Scott Walker, dengan Donald Trump.
Maria diduga menjadi kunci bagi keterlibatan Rusia, baik berupa pendanaan maupun aksi langsung seperti meretas media sosial dengan isu identitas.
Baca juga: Vladimir Putin, dari Mata-mata Menjadi Penguasa