Machu Picchu, Warisan Peradaban Kuno yang Terancam Hancur
https://www.naviri.org/2018/07/machu-picchu-warisan-peradaban-kuno.html
Naviri Magazine - Reruntuhan Machu Picchu adalah salah satu warisan dari peradaban kuno Suku Inca, yang ada di Pegunungan Andes, Peru. Seperti situs-situs kuno serupa, Machu Picchu adalah situs penting, tempat para arkeolog menggali berbagai pengetahuan dari peradaban kuno dan kehidupan Suku Inca di masa lalu.
Sayangnya, Machu Picchu sedang menghadapi masalah, yakni terancam mengalami kehancuran, akibat banyaknya pengunjung yang datang ke sana. Setiap tahun, para turis dari berbagai belahan dunia berdatangan ke Peru untuk menyaksikan Machu Piccu. Kedatangan banyak orang yang tanpa henti itu perlahan-lahan mempengaruhi situs Machu Piccu hingga terancam runtuh.
Situs Machu Picchu telah ditetapkan sebagai salah 1 dari 7 keajaiban dunia oleh UNESCO. Bersamaan dengan itu, situs ini tercatat sebagai penyandang gelar ganda Warisan Dunia Budaya dan Alam, terlebih lagi tercantum “Darurat!” di dalam daftar perlindungannya.
Itu berarti, peradaban kuno Inca sangat mungkin menghadapi ancaman lenyap, benar-benar telah berada di situasi mendesak.
Faktor ancaman terbesar yang mungkin melenyapkan situs Macchu Picchu, adalah para wisatawan yang setiap tahun lebih dari 500.000 orang berdatangan dari seluruh dunia ke Machu Picchu, dan saling berebut mendaki untuk menikmati panorama situs puncak bukit tersebut.
Reruntuhan Machu Picchu merupakan objek wisata di Peru yang paling menarik perhatian dunia, dan yang paling ingin dilihat sekali seumur hidup.
Seratus tahun yang lalu, Hiram Bingham, dosen sejarah dari Yale University, pada 1911 masuk ke wilayah Pegunungan Machu Picchu, setelah melakukan ekspedisi arkeologi di bawah panduan penduduk setempat. Ia memasuki area situs, kemudian menerbitkan sebuah laporan arkeologi, berjudul The Lost Inca City (Kota Inca yang Hilang).
Mulai saat itu, cadar misteri reruntuhan Machu Picchu terungkap di dunia Barat. Setiap tahun menyedot wisatawan dari seluruh dunia, yang mengunjungi situs peradaban Inca yang paling makmur dari abad ke-15 tersebut.
Sejak Hiram Bingham memublikasikan reruntuhan Machu Picchu yang memasuki tahun peringatan 1 abad, pengunjungnya telah melebihi satu juta orang, meningkat 30% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Demi mengatasi masuknya arus turis dalam jumlah besar dan peluang bisnis situs Machu Picchu, Peru mengadakan proyek pembangunan besar-besaran di dekat situs, mendirikan hotel-hotel wisata dan fasilitas lainnya, yang cukup melayani sejumlah besar wisatawan.
Tanah di sekitar situs mengalami reklamasi dan pembangunan yang berlebihan, hingga merapuhkan kualitas topografi lokal, menyebabkan tepian sungai secara bertahap menggerus daratan, dan badan gunung mengalami kelongsoran, bahkan terkadang mengalami kebakaran hutan akibat ulah manusia.
Ancaman-ancaman yang mematikan seperti itu terus mendesak situs Machu Picchu menuju kehancuran total.
Meskipun penghancuran reruntuhan Machu Picchu karena masuknya wisatawan yang berlebihan, tetapi ironisnya pariwisata merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Peru. Sekitar 90% pendapatan pariwisata berasal dari situs Machu Picchu, dan industri pariwisata di sini cukup untuk mendukung mata pencaharian 170.005.000 penduduk lokal.
Pada 2010, situs Machu Picchu mengalami invasi hujan lebat, yang mengakibatkan longsor dan bencana banjir bandang yang parah. Pihak berwenang memutuskan untuk menutup sementara situs ini selama dua bulan. Dalam 2 bulan tersebut, pendapatan ekonomi mengalami kerugian sebesar $US 200 juta (Rp1,9 triliun).
Machu Picchu berasal dari Pachacuti, penguasa Dinasti Inca, yang didirikan di kota batu pengungsian pada 1450 M di pegunungan Andes. Jika situs itu benar-benar runtuh, maka tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi, tetapi sejarah gemilang dan makna mendalam peradaban Inca kuno akan selamanya hilang dari muka bumi.
Tempat itu adalah tanah suci penelitian kebudayaan Inca yang didambakan oleh banyak arkeolog dunia. Kebijaksanaan peradaban kuno dari makam kuno, perencanaan jalan, dan serangkaian desain sawah terasiring di dalam situs kota batu tersebut masih merupakan petunjuk dari peradaban Inca yang tak habis-habisnya digali, menunggu para arkeolog secara terus menerus menelusuri dan menemukannya.
Baca juga: Tokelau, Negara Kecil yang Menguasai Dunia Maya