Ecobricks, Solusi Sederhana Mengatasi Sampah Plastik
https://www.naviri.org/2018/07/ecobricks.html
Naviri Magazine - Coba perhatikan kegiatan kita sehari-hari, dan perhatikan sampah apa saja yang kita hasilkan setiap hari. Hampir bisa dipastikan, setiap waktu kita akan menghasilkan sampah plastik. Karena nyatanya plastik digunakan di mana-mana, untuk berbagai barang dan kebutuhan, dan biasanya hanya sekali pakai. Setelah selesai, plastik itu dibuang menjadi sampah.
Bagi yang biasa mengonsumsi mie instan, sampah plastik bisa dibilang kewajiban. Kalau dalam sehari mengonsumsi 1 bungkus saja, artinya ada 1 plastik bekas mie instan yang terbuang menjadi sampah. Itu baru satu orang dalam satu hari, yang mengonsumsi satu bungkus. Bagaimana dengan orang yang mengonsumsi 2 bungkus atau lebih per hari? Apalagi jika dalam satu keluarga sama-sama hobi mengonsumsi mie instan?
Dari mie instan saja, kita melihat banyaknya sampah plastik yang dihasilkan. Karenanya, upaya mengatasi itu terus dilakukan, dan kali ini muncul satu solusi sederhana namun juga cerdas, yang disebut ecobrick.
Ecobrick berasal dari kata ‘ecology’, yang berarti ‘ekologi’, dan ‘brick’ yang berarti bata, atau bisa disebut juga dengan bata ramah lingkungan.
Ide ini pembuatannya dicetuskan oleh pasangan suami istri Russell Maier, pria asal Kanada, dan Ani Himawati, perempuan asal indonesia, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap sejumlah negara berkembang, di Asia Tenggara khususnya, dalam menghadapi permasalahan sampah plastik.
Jadi, bagaimana membuat ecobrick? Ecobrick terbuat dari botol plastik yang diisi sampah plastik hingga padat.
Cara pembuatan ecobrick memang tidak bisa cepat, walau terlihat sederhana. Yaitu melalui botol plastik ukuran 600 ml, diisi sekitar 250 gram sampah plastik, atau sama dengan 2.500 lembar plastik bungkus mie instan.
Sedangkan untuk botol plastik ukuran 1,5 liter dapat diisi sekitar 600 gram atau hampir sama dengan 6.000 lembar plastik bungkus mie instan.
Setelah botol-botol hasil ecobrick sudah terkumpul, nantinya dapat disusun, dirangkai, dan disatukan sedemikian rupa, dengan bantuan perekat berupa lem kaca, yang nantinya bisa dibentuk menjadi produk furnitur sederhana, seperti bangku, kursi, ataupun meja.
Kemudian, misalnya, bisa di tempatkan di sekolah-sekolah, taman kota, ataupun area publik lainnya. Bahkan bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuat tembok, seperti pemakaian batu bata umumnya.
Dengan contoh itu kita sudah bisa membayangkan seberapa banyak sampah plastik yang bisa kita padatkan, dan kita manfaatkan kembali tanpa harus membuang atau membakarnya lagi. Hanya dengan bermodal 1 botol bekas air minum dan sampah bungkus sisa mie instan yang orang indonesia makan hampir setiap hari.
Berdasarkan hasil survei World Instant Noodles Association (WINA), per Mei 2018 Indonesia berada di peringkat 2 dalam mengonsumsi mie instan terbesar di dunia setelah China, yaitu sebanyak 12.620 juta porsi.
Sudah tidak terbayangkan lagi berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan, dan itu baru dari bungkus mie instan, belum termasuk yang lain. Ecobrick dapat membantu serta menekan persoalan sampah di Indonesia.