Anak Perusahaan Royal Golden Eagle Terus Bagikan Premium Sharing Kepada Petani Kelapa Sawit
https://www.naviri.org/2018/06/royal-golden-eagle.html
Kemitraan dengan berbagai pihak di masyarakat selalu menjadi bagian operasional keseharian Royal Golden Eagle (RGE). Hal itu diwujudkan secara nyata oleh salah satu anak perusahaannya, Asian Agri. Mereka konsisten membagikan premium sharing kepada para petani kelapa sawit.
Asian Agri adalah perusahaan bagian RGE yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Mereka berdiri sejak 1979 dan hingga kini mampu menembus kapasitas produksi satu juta per tahun.
Sebagai bagian dari Royal Golden Eagle, Asian Agri dituntut untuk memberi manfaat kepada masyarakat dan negara. Mereka mewujudkannya secara nyata dengan menjalin kemitraan dengan para petani.
Hal itu dilakukan oleh Asian Agri dengan membagi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang dimilikinya. Saat ini, mereka mempunyai kebun seluas 160 ribu hektare. Namun, tidak semuanya dikelola sendiri. Ada lahan sekitar 60 ribu hektare yang diserahkan kepada para petani yang mengelola dengan konsep plasma inti.
Konsep tersebut merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk mengajak perusahaan besar menggandeng para petani. Skemanya disebut sebagai Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Asian Agri termasuk sebagai salah satu pelopor skema PIR di Indonesia.
Melalui program tersebut, perusahaan seperti Asian Agri menjadi inti yang membantu para petani berkembang. Mereka menyediakaan segala hal seperti infrastruktur dan keahlian supaya petani yang menjadi plasmanya ikut produktif.
Selain untuk mendukung produktivitas, kemitraan dengan petani juga dimanfaatkan oleh Asian Agri untuk menyebarkan semangat keberlanjutan. Unit bisnis bagian RGE ini mengajari petani dengan sistem perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan.
Hal itu dirasa penting. Sebab, penerapan prinsip keberlanjutan dalam perkebunan kelapa sawit akan memastikan alam terlindungi. Selain itu, ada jaminan bahwa hasil panen petani bisa dijual di pasar.
Saat ini, pasar global menghendaki produk kelapa sawit yang dihasilkan berasal dari proses keberlanjutan. Oleh sebab itu, ada banyak sertifikasi keberlanjutan yang dijalankan. Hal itu untuk memastikan bahwa kelapa sawit ditanam secara ramah lingkungan.
Asian Agri mengajari para petani untuk melakukan hal tersebut. Mereka bahkan ikut membantu para petani untuk mendapatkan sertifikasi tanda keberlanjutan seperti Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Namun, untuk menambah daya tarik kepada petani dalam penerapan prinsip keberlanjutan, Asian Agri juga memberikan instentif yang dikenal sebagai premium sharing. Ini adalah imbal balik yang diberikan kepada petani ketika mampu menjual produk kelapa sawit berlabel RSPO dan International Sustainability & Carbon Certification (ISCC).
Pembagian premium sharing secara konsisten diberikan kepada petani oleh Asian Agri. Salah satunya dilakukan pada April 2018 lalu. Anak perusahaan grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas ini menyerahkan secara simbolis premi minyak sawit berkelanjutan kepada 12 ketua Koperasi Unit Desa (KUD) yang menaungi petani plasma mitra Asian Agri.
Momen penyerahan premi ini dilakukan di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta pada Selasa, 10 April 2018. Sejumlah pihak hadir dalam perheletan tersebut. Mereka adalah Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Ir. Agus Muharam, M.SP; Dirjen Perkebunan, Ir. Bambang, MM; Corporate Affairs Director Asian Agri, Fadhil Hasan; dan Ketua Sekretariat Komisi ISPO, Azis Hidayat.
“Jumlah premi yang kami berikan sebesar Rp3,69 miliar. Premi ini berasal dari penjualan minyak sawit bersertifikat RSPO dan ISCC,” ujar Fadhil.
Lebih rinci, dana yang dibagikan merupakan hasil selama tahun penjualan 2016. Nantinya dana akan dibagikan kepada 72 Koperasi Unit Desa (KUD) mitra Asian Agri yang menaungi 30.000 petani plasma di Provinsi Riau dan Jambi.
KONSISTEN MEMBAGI
Asian Agri konsisten membagikan premium sharing sejak 2014 lalu. Setiap tahun mereka selalu memberikan insentif berdasarkan hasil penjualan tahun sebelumnya.
Namun, dana premium sharing tidak diberikan dalam bentuk uang tunai. Pada tahun ini misalnya. Mereka membagikannya dengan mendukung pembangunan infrastruktur sesuai kebutuhan masing-masing KUD. Sebelumnya setiap KUD sudah mengajukan usulan tersendiri.
“Infrastruktur berupa jalan desa dan sarana umum lainnya. Harapan kami premi yang diberikan akan bertambah lebih besar lagi untuk tahun berikutnya,” ujar Fadhil.
Berbagai pihak mengapresiasi langkah yang dijalankan oleh Asian Agri. Pihak Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah misalnya. Mereka menilai itu sebagai bentuk kerja sama positif antara petani dan perusahaan.
“Penyerahan Premi Minyak Sawit Berkelanjutan merupakan contoh yang baik dari hubungan kemitraan antara perusahaan dengan mitranya. Dalam hal ini, Asian Agri menerapkannya kepada para petani binaan,” ujar Agus.
Sementara itu, Kementerian Pertanian mengapresiasi komitmen Asian Agri memberikan insentif dari pasar global kepada petani. Sebab, belum banyak pihak yang mau melakukannya. “Komitmen ini harus menjadi teladan bagi perusahaan lain,” papar Bambang.
Para petani sendiri jelas merasa senang dengan pemberian insentif dari Asian Agri. Namun, terlepas dari itu, kemitraan petani dengan anak perusahaan RGE itu memang membuat petani memperoleh banyak keuntungan. Mereka jadi mendapat mentor yang bagus dalam mengelola perkebunan kelapa sawit.
Hal itu diakui oleh salah satu petani plasma binaan Asian Agri, Pawito Saring. Ia menilai kemitraan bersama unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut menjadi jawaban atas permasalahannya pada awal menjadi petani.
“Dari awal, kemitraan kami dengan Asian Agri tidak hanya sebatas pada mengarahkan, namun juga memberikan pendampingan dan pembinaan untuk mempraktikan pengelolaan sawit yang baik dan benar,” ujarnya.
“Kami difasilitasi dan dipacu untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan mengenai praktik-praktik pengelolaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan melalui berbagai pelatihan dan fasilitas yang diberikan. Hasilnya, kini kami berhasil mendapatkan sertifikasi. Premi ini adalah salah satu manfaat yang kami rasakan sangat menguntungkan bagi kami dan koperasi di mana kami bernaung,” tambah Pawito.
Banyak petani seperti Pawito yang mendapatkan manfaat dari bekerja sama dengan Asian Agri. Setidaknya ada 29 ribu petani lain memperoleh dukungan serupa dalam kemitraan plasma inti Asian Agri.
Akan tetapi, Asian Agri tidak hanya menjalin kerja sama dengan petani plasma. Mereka juga mau membuka diri untuk membuka kemitraan dengan para petani swadaya. Belakangan hal ini malah semakin diintensifkan oleh anak perusahaan Royal Golden Eagle tersebut.
Pada 2018, Asian Agri menargetkan kerja sama dengan petani swadaya bisa mencakup lahan seluas 40 ribu hektare. Target itu dilakukan untuk menggapai impian menyamakan luas lahan yang dikelola sendiri dengan yang dirawat oleh para petani.
Asian Agri memang menjadikan kerja sama dengan petani sebagai bagian dari model bisnis perusahaan. Ini untuk menjalankan filosofi bisnis di Royal Golden Eagle.
Sebagai bagian dari RGE, mereka memang diwajibkan memberi manfaat kepada pihak lain khususnya masyarakat, negara, hingga iklim. Kerja sama dengan petani mencakup semua hal tersebut.
Mereka membuat petani sejahtera sehingga meringankan tugas negara. Bersamaan dengan itu, Asian Agri mendorong petani melindungi alam sehingga keseimbangan iklim di bumi terus terjaga.