Sterilisasi dan Nasib Malang Wanita di India
https://www.naviri.org/2018/05/sterilisasi-dan-nasib-wanita.html
Naviri.Org - Upaya mencegah kehamilan biasa dilakukan pasangan suami istri, dan prosesnya bisa dilakukan oleh pihak suami maupun pihak istri. Dari pihak suami, upaya pencegahan kehamilan bisa dilakukan dengan mengenakan kondom saat berhubungan seksual, atau bisa pula menggunakan vasektomi, kalau memang pencegahan kehamilan tersebut dimaksudkan untuk selamanya.
Sementara upaya pencegahan kehamilan yang bisa dilakukan wanita bentuknya lebih beragam. Ada yang menggunakan pil, tubektomi, spiral, dan lain-lain.
Karena merupakan kepentingan bersama, urusan ini pun tentu akan lebih baik jika dibicarakan berdua untuk dipilih mana yang paling baik dan paling aman, baik bagi si suami atau pun si istri. Namun, kebanyakan pasangan sering kali menetapkan pihak istri yang menjalani upaya pencegahan kehamilan tersebut.
Hal serupa juga terjadi di India. Seperti ditulis Livemint, perempuan masih memikul beban sebagai akseptor sterilisasi. Rasio perbandingan antara laki-laki dengan perempuan di tahun 2016-2017 mencapai 1:52. Sterilisasi pada perempuan tetap menjadi pilihan populer. Perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah, sebanyak 36 persennya memilih sterilisasi. Baru disusul kondom 6 persen, dan pil 4 persen.
Lalu pada perempuan belum menikah tapi aktif secara seksual, sterilisasi tetap menjadi metode pilihan. Sebanyak 19 persen memilih prosedur ini, baru diikuti kondom sebanyak 12 persen. Namun, sterilisasi di India menorehkan sejarah kelam. Sebanyak seribu perempuan meninggal setelah operasi sterilisasi, dalam lima tahun terakhir.
Pola pikir patriarkis membuat perempuan India menerima tanggung jawab keluarga berencana. Mereka mempercayai mitos yang mengatakan sterilisasi pria dapat menghilangkan kejantanan. Padahal, prosedur sterilisasi pada pria, yakni vasektomi, adalah prosedur yang lebih sederhana, tanpa jahitan, dan lebih efektif dibanding sterilisasi perempuan, termasuk tubektomi.
“Situasi ini diperburuk setelah sterilisasi paksa tahun 70an,” kata Poonam Muttreja, direktur eksekutif Population Foundation di India, sebuah organisasi non-pemerintah yang menangani kebijakan advokasi dan penelitian tentang masalah kependudukan.
Baca juga: Yang Perlu Dilakukan Jika Menjadi Korban KDRT