Di Masa Depan, Situs Internet Mungkin Punah
https://www.naviri.org/2018/05/situs-internet-mungkin-punah.html
Naviri.Org - Ketika internet lahir hingga menjadi sarana penting banyak orang dalam mendapatkan berita dan pengetahuan baru, seiring dengan itu koran-koran dan majalah mulai gulung tikar. Kenyataan itu cukup mudah dipahami. Di masa lalu orang membutuhkan koran, majalah, dan tabloid untuk mendapatkan berita baru, kini orang bisa mendapatkannya dengan mudah dan lebih cepat lewat internet.
Di internet, ada banyak situs yang menyediakan aneka berita dan pengetahuan. Karenanya, orang-orang pun beralih dan lebih suka membaca situs-situs berita di internet, daripada membeli koran atau membaca majalah.
Namun, di masa depan, bisa jadi nasib situs internet akan sama dengan nasib koran dan majalah hari ini. Pasalnya, kini ada aplikasi ponsel, dan kehadiran aplikasi ponsel mulai menggeser cara orang dalam mengakses berita di internet. Jika semula mengakses berita melalui situs, kini mereka mengakses berita lewat aplikasi.
William Jobe, peneliti dari Stockholm University, dalam paper berjudul “Native Apps vs Mobile Web Apps”, mengatakan bahwa ada banyak keunggulan aplikasi, yang selain berguna bagi si penerbit juga si pengguna.
Keunggulan itu adalah performa yang lebih baik dibandingkan situsweb, segala fitur smartphone yang bisa dimaksimalkan melalui aplikasi, dan pengguna hanya perlu sedikit klik jika memilih aplikasi dibandingkan membuka browser dan mengetik alamat situsweb.
eMarketer, firma analisis pasar, dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2015, mengungkap perubahan ini. Dari 1.059 warga AS yang jadi responden, 23,1 persen mengatakan bahwa mereka lebih memilih menggunakan aplikasi smartphone, alih-alih mengunjungi situsweb. Pihak yang lebih memilih situsweb sendiri, hanya berjumlah 19,6 persen.
Dipacak dari Marketingland, data kunjungan layanan internet di AS mengungkap betapa kuatnya aplikasi atas situsweb. Misalnya pada Youtube. Layanan video itu dikunjungi 102,7 juta kali melalui aplikasi, tetapi jumlah pengunjungnya melalui situsweb hanya ada di angka 92,6 juta.
Lalu, ada pula Gmail. Layanan email dari Google itu memiliki 70,3 juta pengunjung aplikasi dan hanya 21,4 juta pengunjung situsweb. Terakhir ada Netflix. Raksasa video streaming tersebut dikunjungi 34,8 juta orang via aplikasi. Mereka hanya memperoleh 8,9 juta pengunjung situsweb.
Mengapa berubah?
Perubahan dari situsweb ke aplikasi terutama terjadi karena penetrasi pengguna smartphone atau perangkat mobile yang semakin dalam. Smartphone membuat orang memilih langsung menuju ke aplikasi yang sudah diunduh dari toko aplikasi. Sangat jarang orang membuka situsweb melalui browser.
Di Indonesia, merujuk laporan berjudul “Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia” yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 44,16 persen pengguna internet Indonesia menggunakan perangkat mobile. Jumlah pengguna internet sendiri, per tahun 2017 lalu, berada di angka 143,26 juta orang.
Di AS, merujuk publikasi yang dilakukan Statista, ada 224,3 juta pengguna smartphone. Lalu, masih dalam survei yang dilakukan eMarketer, warga AS rata-rata menghabiskan 1 jam dan 52 menit menggunakan smartphone, untuk bermain-main dengan aplikasi. Sedangkan untuk menjelajah www hanya menghabiskan waktu 24 menit.
Jobe, masih dalam papernya, mengungkap betapa kuatnya smartphone atau perangkat mobile di negara-negara berkembang. Kenya, misalnya. Menurut Jobe, 54 persen pengguna internet negara di Afrika itu tidak pernah menggunakan komputer untuk mengakses internet, alias hanya mengenal perangkat mobile seperti smartphone.
Di masa depan, penggunaan smartphone diperkirakan semakin masif. Ini artinya, situsweb akan semakin terpinggirkan, bahkan bukan tidak mungkin akan menemui ajalnya.
Baca juga: Kisah di Balik Internet: Yahoo Ingin Membeli Google