Sexless Marriage, Menikah Tanpa Hubungan Seks
https://www.naviri.org/2018/05/sexless-marriage.html
Naviri.Org - Umumnya, salah satu motivasi besar orang menikah adalah seks. Dengan menikah, orang bisa melakukan hubungan seks secara rutin sekaligus legal. Karena, bagaimana pun, seks adalah salah satu kebutuhan manusia. Karenanya, hampir bisa dipastikan kalau pasangan suami istri akan melakukan hubungan seksual, bahkan bisa jadi rutin melakukannya.
Namun, ternyata, ada pula pasangan suami istri yang justru jarang melakukan hubungan seks, bahkan sampai dalam waktu lama. Kenyataan semacam itu disebut sexless marriage, atau menjalani pernikahan tanpa seks.
Tahun 2015, Seth Stephens-Davidowitz menulis artikel di New York Times, dan menyebutkan, per bulan ada rata-rata 21.090 googling dengan kata kunci sexless marriage. Padahal, di saat bersamaan, kata kunci unhappy marriage hanya 6.029 pencarian, loveless marriage sebanyak 2.650, dan no sex sebanyak 1.300. Ini artinya, pernikahan tanpa seks bukan masalah yang tak umum.
Ada ragam pemahaman tentang sexless marriage. Dikutip dari buku Low Fertility and Reproductive Health in East Asia (2015), Japan Society of Sexual Science mendeskripsikan sexless sebagai kondisi ketiadaan aktivitas seksual pasangan yang berlangsung selama sebulan atau lebih, dan kondisi ini terus berlanjut di masa depan.
Keengganan mengubah situasi seperti yang dideskripsikan itu, sesuai dengan temuan survei Japan Family Planning Association tahun 2016. Dari 655 responden berstatus menikah, 47,2 persen mengaku tidak berhubungan seks selama lebih dari sebulan, dan tidak berniat mengubah kondisi ini. Jumlah itu naik dari tahun 2014, yakni 44,6 persen.
Pemahaman lain tentang sexless marriage adalah hubungan badan pasangan menikah yang terjadi kurang dari 10 kali dalam setahun. Namun, pandangan ini dikritisi oleh Susan Yager-Berkowitz, salah satu penulis Why Men Stop Having Sex: The Phenomenon of Sexless Relationship and What You Can Do About It.
Dalam Reader’s Digest, ia menyatakan, “Bila pasangan merasa puas dengan hubungan intim kurang dari sekali sebulan, dan merasa bahagia dalam pernikahannya, saya ragu mereka akan menyebut kondisi rumah tangganya sebagai sexless marriage…”
Beragam media pun merilis artikel untuk memperbaiki kondisi ini dengan mencantumkan pendapat para pakar. Seks kerap diamini sebagai suatu hal menyenangkan dan penting dalam membentuk keintiman sebagai syarat pernikahan bahagia.
Ditilik dari alasannya, ada sejumlah faktor yang mendasari terciptanya kondisi pernikahan tanpa seks. Berdasarkan penelitian di Jepang tadi, lebih dari sepertiga laki-laki menikah mengatakan banyaknya pekerjaan membuat mereka terlalu letih untuk bercinta. Alasan-alasan lainnya adalah pandangan bahwa istri hanya salah satu anggota keluarga, bukan partner seksual, serta perubahan hasrat bercinta seiring dengan kehadiran anak.
Alasan medis dapat pula menyebabkan hal ini. Sussan K. Whitbourne, Ph.D., profesor emerita Kajian Psikologis dan Otak di University of Massachusetts Amherst menyatakan, penyakit yang diderita salah satu atau kedua pihak dan konsumsi obat-obatan tertentu bisa mengakibatkan menurunnya libido.
Seiring waktu, pasangan yang sudah lama menikah juga dapat mengalami kejenuhan sehingga aktivitas seksual tidak lagi semenarik seperti saat awal mereka menjadi suami-istri. Terkait dengan pekerjaan, kepuasan bercinta bagi sebagian orang dirasa tidak lebih memuaskan dibanding dengan ganjaran dari prestasi yang diperoleh dalam karier. Fokus pencarian kepuasan mereka bergeser dari intimasi dengan pasangan ke aktualisasi diri dan imbas positif dari kolega, atasan, atau klien.
Baca juga: Menikah Dini Bukan Solusi Menghindari Zina