Sejarah Uang: Asal Usul Inflasi Hingga Pemiskinan Amerika
https://www.naviri.org/2018/05/sejarah-uang-part-3.html
Naviri.Org - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Uang: Munculnya Uang Kayu Hingga Berdirinya Bank of England). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
1698
Selama empat tahun pertama Bank of England, rencana mereka mengendalikan suplai uang berkembang dengan pesat. Hutang awal yang sebelumnya cuma 1,25 juta pound sekarang sudah bertambah menjadi 16 juta pound! Ini adalah peningkatan sebesar 1.280% hanya dalam 4 tahun.
Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana, sebagai contoh bila uang yang beredar di sebuah negara adalah 5 juta pound, dan Bank Sentral kemudian menerbitkan 15 juta pound baru serta mengedarkannya di masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka akan melemahkan nilai 5 juta pound yang ada sebelumnya. Jumlah 5 juta pound itu sekarang hanya 25% dari perekonomian. Dengan demikian, bank mengontrol 75% sirkulasi uang di negara tersebut. Ini adalah tahap I dari skema kerja mereka.
Hal itu sekaligus menciptakan inflasi yang merupakan pengurangan nilai uang yang dimiliki setiap orang, karena masyarakat dibanjiri uang baru dari Bank Sentral. Karena nilai uang bertambah kecil, orang-orang mulai pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman modal, untuk menjalankan usaha, dan lain-lain. Saat Bank Sentral merasa cukup puas dengan tingkat hutang dari masyarakat, mereka akan mulai mengetatkan suplai uang dengan mempersulit pinjaman. Ini adalah tahap II dari skema kerja mereka.
Tahap III, tinggal duduk manis dan menunggu sebagian debitur gagal bayar atau bangkrut. Ini akan memberi kesempatan kepada bank untuk menyita kekayaan riil, bisnis, properti dll, dengan membayar harga murah kepada pemilik sebelumnya. Inflasi tidak pernah memberi efek buruk terhadap bank, mereka adalah satu-satunya pihak yang mendapatkan manfaat darinya. Sebab bila mereka kekurangan uang, mereka tinggal mencetak lebih banyak.
1757
Benjamin Franklin (salah satu pemimpin revolusi Amerika) menuju Inggris dan menghabiskan 18 tahun berikut di sana, sampai menjelang perang Revolusi.
1760
Mayer Amschel Bauer mengganti namanya menjadi Mayer Amschel Rothschild, dan mendirikan House of Rothschild. Dia menemukan bahwa memberikan pinjaman kepada pemerintah jauh lebih menguntungkan daripada memberikan pinjaman kepada individu, sebab nilai pinjaman kepada pemerintah lebih besar, dan hutangnya dijamin oleh pajak dari rakyat negara bersangkutan. Kemudian dia melatih kelima anaknya terkait seni penciptaan uang.
1764
Benjamin Franklin ditanya oleh Bank of England, mengapa koloni mereka, Amerika, bisa bertambah makmur, dan dia menjawab, “Gampang saja. Di Amerika, kami menerbitkan uang kami sendiri. Kami menyebutnya Colonial Scrip. Kami menerbitkannya sesuai proporsi permintaan dari perdagangan dan industri yang memproduksi semua barang dari produsen ke konsumen. Dengan mengendalikan mata uang sendiri, kami mengendalikan daya beli mata uang, dan kami tidak berhutang kepada siapa pun.”
Mendengar penjelasan ini, parlemen Inggris segera mengeluarkan aturan Currency Act pada tahun 1764. Mereka melarang koloni mereka untuk mengeluarkan mata uang sendiri, dan semua pajak harus dibayarkan dalam bentuk koin emas maupun perak.
Dalam autobiografinya, Franklin berkata, “Dalam waktu satu tahun, kondisi Amerika berbalik dari sebelumnya, depresi mulai terjadi, dan orang-orang kehilangan pekerjaan mereka… Negeri koloni ini sebenarnya dengan senang hati bersedia membayar sedikit pajak atas produksi teh dan lainnya, seandainya uang mereka tidak diambil oleh Inggris”
Hilangnya hak koloni untuk mengeluarkan mata uang mereka sendiri dari tangan Raja George III dan para bankir internasional inilah yang menyebabkan perang revolusi.
Kontrol atas sistem keuangan Amerika ini kemudian berganti tangan selama 8 kali sejak 1764.
1775
Tanggal 19 April, dimulainya perang revolusi di Lexington, Massachusetts. Saat itu koloni sudah tidak punya koin emas dan perak, karena habis untuk membayar pajak kepada kerajaan Inggris. Akibatnya, pemerintahan kolonial mencetak uang kertas untuk membiayai perang.
Saat perang dimulai, suplai uang Amerika berjumlah 12 juta dolar. Di akhir perang, jumlahnya menjadi 500 juta dolar, dan akibatnya mata uang ini tak berharga.
Baca lanjutannya: Sejarah Uang: Asal Usul Inflasi Hingga Pemiskinan Amerika