Sejarah Uang: Konspirasi Bankir Internasional di Balik Revolusi Rusia
https://www.naviri.org/2018/05/sejarah-uang-part-11.html
Naviri.Org - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Uang: Berdirinya The Fed dan Dimulainya Pajak Rakyat). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
1915
J.P. Morgan menjadi agen penjualan “Dewan Material Perang” bagi Inggris dan Perancis yang sedang berperang. Mereka menjadi konsumen terbesar di planet ini, menghabiskan 10 juta dolar per hari. Selain dia, Presiden Woodrow Wilson juga menunjuk Bernard Baruch menjadi kepala “Dewan Industri Perang.”
Menurut sejarawan James Perloff, Bernard Baruch dan keluarga Rockefeller mendapat keuntungan sekitar 200 juta dolar pada masa Perang Dunia I.
Kebanyakan orang percaya, untuk menjaga efektivitas suplai uang, maka uang harus di-backing benda berharga seperti emas. Namun, siapa yang akan mengontrol emas? Wakil partai Republik, Charles Lindbergh berkata, “Federal Reserve sudah mendominasi kepemilikan emas dan sertifikat emas.”
1916
Presiden Wilson mulai menyadari tingkat kerusakan yang dia lakukan kepada Amerika dengan menciptakan Federal Reserve.
Dia berkata, “Kita telah menjadi salah satu pemerintahan terburuk yang ada dalam peradaban. Bukan lagi pemerintahan yang memiliki kebebasan berpendapat, bukan lagi pemerintahan yang dijalankan oleh mayoritas suara, tetapi sebuah pemerintahan yang didominasi oleh sekelompok kecil orang. Sebagian orang-orang besar di Amerika, di dunia perdagangan dan manufaktur, sedang takut pada sesuatu. Mereka tahu ada sebuah kekuatan yang sangat terorganisir, tak terlihat, begitu rumit, yang membuat mereka sebaiknya tidak bicara terlalu keras kalau ingin mengutukinya.”
1917
Jacob Schiff menghabiskan 20 juta dolar untuk membiayai Revolusi Rusia. Keluarga bankir itu masih belum memaafkan Tsar Rusia karena dua dosa besar yang dia lakukan; tidak mengizinkan pendirian bank sentral di Rusia, dan dukungan Tsar kepada Lincoln saat perang sipil.
Secara umum, orang mempercayai bahwa Komunisme adalah kebalikan dari Kapitalisme, jadi mengapa para kapitalis mendukung Revolusi Rusia yang bertujuan komunisme?
Menurut Gary Allen, seorang peneliti, “Kalau Anda mengerti bahwa sosialisme bukanlah program bagi-bagi kekayaan, melainkan metode untuk mengonsolidasikan kekayaan, maka paradoks mengapa orang-orang super kaya mempromosikan sosialisme tidak lagi sebuah paradoks. Sebaliknya, itu benar-benar masuk akal. Komunisme, atau lebih tepatnya sosialisme, bukanlah pergerakan yang dimulai oleh kalangan kelas bawah, melainkan oleh kaum elit ekonomi.”
1919
Bulan Januari, Konferensi Perdamaian Paris dimulai paska Perang Dunia I. Para bankir menempatkan Pemerintahan Dunia (World Government) sebagai agenda utama mereka. Paul Warburg dan Bernard Baruch menghadiri bersama Presiden Wilson. Sayangnya, dunia belum siap dengan gagasan penghilangan batas negara, jadi rencana mereka untuk sementara gagal.
Rencana Pemerintahan Dunia itu disebut Liga Bangsa-Bangsa. Walaupun ada negara yang menerimanya, Kongres Amerika menolak. Tanpa dukungan dan persetujuan dari Departemen Keuangan, para bankir gagal mendirikan Liga Bangsa-Bangsa.
1920
Warren Harding terpilih sebagai Presiden Amerika. Ini adalah awal dekade “roaring twenties” (masa booming bursa saham). Walaupun terpuruk dalam hutang akibat Perang Dunia I, dan mengumpulkan hutang 10 kali lebih banyak dibandingkan saat perang sipil, perekonomian Amerika tumbuh dengan pesat. Selain itu, emas mengalir masuk selama perang, dan berlanjut selama 1920-an.
Alasan pertumbuhan ini adalah Presiden Harding mengurangi pajak domestik, dan meningkatkan tarif impor ke tingkat sangat tinggi.
1921
Penemu bola lampu, Thomas Alfa Edison, mengkritik Federal Reserve dalam sebuah artikel di harian New York Times, pada 6 Desember.
Ia menulis, “Bila sebuah negara bisa menerbitkan surat hutang, maka ia juga bisa menerbitkan mata uang. Elemen yang membuat surat hutang baik, juga akan membuat mata uangnya baik. Benar-benar gila mengatakan sebuah negara bisa menerbitkan 30 juta dolar surat hutang, tetapi tidak boleh menerbitkan 30 juta dolar mata uang. Dua-duanya adalah janji untuk membayar, tetapi yang satu menguntungkan si pemberi riba, satunya lagi menguntungkan rakyat banyak.”
Baca lanjutannya: Sejarah Uang: Konspirasi di Balik Jatuhnya Pasar Saham Amerika