Mengapa Orang Indonesia Rata-rata Malas Membaca?
https://www.naviri.org/2018/05/orang-indonesia-malas-membaca.html
Naviri.Org - Membaca buku, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tampaknya bukan kegemaran. Hal itu terbukti dari berbagai survai dan riset yang selama ini dilakukan, yang menempatkan Indonesia di posisi rendah dalam hal kegemaran membaca.
Hal itu berkebalikan dengan yang terjadi di negara-negara maju, yang penduduknya sangat gemar membaca. Karena kegemaran membaca, mereka tumbuh menjadi orang-orang cerdas. Ketika sebuah negara dihuni banyak orang cerdas, langkah menuju kemajuan lebih mudah dilakukan. Sayangnya, hal serupa belum terjadi di Indonesia.
Persoalan ini sebenarnya juga telah menjadi perhatian bagi banyak elemen di dalam negeri. Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) pernah mensinyalir bahwa perkembangan teknologi digital seperti media sosial ternyata menyebabkan turunnya minat baca masyarakat kita.
Waktu yang tersita untuk membaca buku sekarang diganti mengikuti apa yang sedang tren di media sosial. Fenomena ini juga otomatis terlihat dari konsumsi media sosial yang begitu tinggi di Indonesia, membuat banyak orang kecanduan menggenggam dan menatap layar ponsel pintarnya, menghabiskan banyak waktu untuk mengakses hal-hal yang tak tuntas dan tak mendalam. Di era kekinian, bahkan makin banyak orang yang menjadi konsumen hoax maupun konten-konten pembunuh nalar.
Data dari BPS di tahun 2012 menunjukkan bahwa 91 persen penduduk dengan usia 10 tahun ke atas di Indonesia lebih suka menonton televisi. Sedangkan mereka yang suka membaca buku hanya 17 persen. Mengutip kembali data UNESCO, tingkat melek literasi buku di Indonesia hanya mencapai indeks 0,0001. Ini artinya, dari setiap 1.000 orang di Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca.
Sosiolog Universitas Sumatera Utara, Prof Dr Badaruddin, MA, pernah berujar jika minat baca anak-anak Indonesia perlu lebih ditingkatkan lagi untuk memperoleh penalaran yang lebih baik dan memiliki kecerdasan memadai. Nalar adalah modal terpenting sebuah bangsa jika ingin maju di bidang pendidikan, dan mampu bersaing secara sehat dengan negara-negara lain.
Tanpa budaya literasi yang memadai, siswa-siswa di Indonesia juga tak akan mampu mengembangkan imajinasi dan meluaskan perspektif. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang sempit pikiran dan miskin inspirasi.
Dengan kondisi masyarakat yang jauh dari budaya baca, Badaruddin menjelaskan, anak-anak Indonesia memang dikenal unggul di bidang hafalan, namun lemah dalam hal penalaran. Persoalannya lebih kompleks lagi, sebab masih banyak guru dengan kecakapan literasi yang cukup. Mereka akhirnya tak bisa menjadi teladan bagi murid untuk sikap cinta kepada buku ataupun haus akan pengetahuan.
Baca juga: Rutin Membaca Buku, Resep Mudah Berumur Panjang