Negara-negara Dunia yang Paling Gemar Membaca
https://www.naviri.org/2018/05/negara-yang-paling-gemar-membaca.html
Naviri.Org - Kemajuan sebuah negara tergantung pada orang-orang yang hidup di dalamnya. Semakin cerdas penduduk sebuah negara, bisa diharapkan negara tersebut akan lebih maju. Dalam hal itu, aktivitas dan kegemaran membaca menjadi salah satu pilar penting yang membentuk kecerdasan. Sayangnya, dalam hal ini, Indonesia sudah sejak lama mengalami masalah berupa rendahnya minat baca.
Dalam riset CIA World Factbook, Indonesia berada di urutan ke-121 untuk negara dengan tingkat melek huruf sebesar 92,8 persen. Satu tingkat saja di bawah Afrika Selatan, dengan tingkat melek huruf sebesar 93 persen, dan setingkat di atas Myanmar dengan tingkat melek huruf sebesar 92,7 persen.
Itu berarti masih ada 7,3 persen masyarakat di Indonesia yang perlu bantuan orang lain saat harus sekedar membaca plang di pinggir jalan, atau berita terhangat di koran lokal.
Indonesia masih kalah dengan negara-negara kecil seperti Andora, Liechtenstein, Luxemburg, atau Vatikan, yang memiliki tingkat melek huruf mencapai 100 persen. Indonesia bahkan kalah dari Korea Utara, negara komunis yang sering dilanda kelaparan, namun sukses meraih tingkat melek huruf sampai 100 persen.
Tak hanya masih menyisakan PR untuk membuat warganya memiliki kemampuan baca-tulis dasar, pemerintah Indonesia juga berhadapan dengan persoalan laten tentang rendahnya minat baca.
Central Connecticut State University mempublikasikan riset bertajuk World's Most Literate Nations (WMLRN). John W. Miller dan kawan-kawan untuk pertama kalinya, sesuai klaim mereka, menganalisis tren skala besar dalam perilaku terkait dunia literasi di masyarakat di 60-an negara. Sebenarnya, mereka memeriksa hampir 200 negara, namun karena kekurangan data yang relevan, mereka memotongnya menjadi 61 negara.
Posisi pertama negara dengan tingkat minat baca tertinggi adalah Finlandia, di mana negara-negara Skandinavia lainnya mendominasi posisi 10 besar. Norwegia di urutan kedua, Islandia ketiga, Denmark keempat, Swedia kelima, dan keenam adalah Swiss. Amerika Serikat berada di posisi ketujuh, lalu diikuti Jerman di posisi kedelapan, Latvia di posisi kesembilan, dan Belanda di posisi kesepuluh.
Mirisnya, Indonesia berada di posisi kedua terbawah alias di urutan 60, tepat satu tingkat di atas Botswana. Indonesia kalah dari negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand di posisi 59, Malaysia di posisi 53, atau Singapura di posisi 36.
Negara Asia lain melesat jauh ke posisi atas. Korea Selatan, misalnya, berjaya di posisi 22. Jepang di posisi 32, Cina di posisi 39, dan Qatar di posisi 44. Hingga posisi 20 besar, negara-negara Barat dengan ekonomi yang telah mapan masih mendominasi.
Miller, dalam pengantar risetnya, berkata bahwa kekuatan literasi dan menjadi bagian dari masyarakat melek huruf global kadang disepelekan. Miller telah menghabiskan sebagian usianya untuk berkutat di dunia literasi. Selama 12 tahun terakhir, ia memproduksi riset bertajuk “America's Most Literate Cities” (2003-2014). Karya-karya lainnya masih berhubungan dengan pentingnya menjaga masyarakat sebuah negara dalam budaya literasi yang kuat.
Mengapa? Bagi Miller sederhana saja. “Perilaku masyarakat terhadap dunia literasi menjadi faktor yang sangat penting dalam keberhasilan individu dan bangsa dalam bidang ekonomi dan bidang lain, yang memang bersyaratkan basis pengetahuan yang memadai. Kecintaan terhadap dunia literasi juga menentukan masa depan dunia kita,” jelasnya.
Baca juga: Pentingnya Melatih Anak Gemar Membaca Buku Sejak Dini