Museum of Failure, Tempat Berkumpulnya Produk Gagal
https://www.naviri.org/2018/05/museum-of-failure.html
Naviri.Org - Ada banyak museum yang menyimpan barang-barang tertentu secara spesifik. Misalnya Museum Batik menyimpan aneka macam batik dari zaman lampau sampai masa kini. Ada pula museum sejarah yang berisi barang-barang bersejarah atau barang-barang peninggalan masa lalu yang memiliki nilai sejarah. Ternyata, ada pula museum yang khusus menyimpan barang atau produk gagal. Namanya Museum of Failure.
Museum of Failure didirikan oleh seorang psikolog Amerika, bernama Samuel West. Pasalnya, ia kesal tiap kali membaca kisah sukses para pengusaha. Semuanya serupa dan minim pengalaman pahit. Padahal, pelajaran berharga umumnya didapat dari kegagalan, bukan keberhasilan. “Banyak buku mengajarkan bahwa 80%-90% inovasi mengalami kegagalan, tapi kita tidak pernah mendengarnya,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan National Geographic.
Pada suatu hari, West berkunjung ke Museum of Broken Relationships di Zagreb, Kroasia. Museum itu mengoleksi benda-benda kenangan dari hubungan romantis yang kandas. Independent melaporkan bahwa benda-benda koleksi museum distok oleh para mantan seluruh dunia.
Museum of Broken Relationships didirikan oleh Olinka Vištica dan Dražen Grubišic pada 2010. Dua orang seniman itu dulu berpacaran selama empat tahun. Setelah hubungan mereka kandas, Vištica dan Grubišica sepakat membangun museum.
Di antara barang-barang yang dipamerkan adalah G-string milik perempuan yang diputus pacarnya via email, alat bantu seks, hingga botol anggur yang sedianya akan dibuka dua orang pasangan selingkuh jika mereka sudah meninggalkan pasangan masing-masing. Tahun 2017, museum yang sama dibuka di Los Angeles.
“Saya suka cara mereka memakai konsep hubungan yang kandas, dan menggunakan barang-barang fisik untuk mewakili hubungan itu,” ujar West.
Akhirnya, West pun terdorong memamerkan barang-barang yang merepresentasikan kegagalan-kegagalan dalam hidupnya. Ia mengumpulkan benda-benda tersebut sejak 2015, dan menerima kiriman koleksi dari luar.
Pada 2017, ia mendirikan Museum of Failure atau Museum Kegagalan di Helsingborg, Swedia. Sebanyak 100 lebih produk gagal dipamerkan agar dapat dihayati pengunjung. Produk-produk gagal dari beberapa perusahaan ternama turut dipajang di museum yang tahun ini dibuka cabangnya di Hollywood, Los Angeles.
Di hadapan hadirin Tedx Talk, West mengisahkan bahwa ia mendirikan museum untuk mengajak pengunjung belajar dari kegagalan meski rasa sakit dan malu mendera. “Saya ingin membicarakan kegagalan, entah itu kegagalan perusahaan atau perorangan, sehingga kita bisa belajar,” katanya pada para hadirin.
Makna penting museum itu ia ilustrasikan dengan mengutip kisah beberapa tamu asal Afrika yang singgah. "Kita butuh museum seperti ini," ujar West menirukan ucapan tamunya. West tak menyebutkan Afrika bagian mana yang dimaksud.
“Di kampung halaman asal tamu saya itu, kalau kamu gagal maka tidak akan ditanggung sendiri tapi juga anak dan cucumu,” ujar West di Tedx Talk. Mereka, tutur West, butuh membangun Museum Kegagalan, agar orang paham betapa terobosan baru di bidang sosial atau teknologi membutuhkan kegagalan.
Dari 100 lebih barang yang dipamerkan di Museum Kegagalan, beberapa di antaranya dihasilkan perusahaan terkenal seperti Google, Apple, Coca Cola, Colgate, Sony, dan Kodak.
Baca juga: Di Islandia, Ada Museum Khusus Berisi Koleksi Penis