Mengapa Film-film Marvel Lebih Sukses daripada DC?
https://www.naviri.org/2018/05/mengapa-marvel-lebih-sukses-dari-dc.html
Naviri.Org - Marvel dan DC adalah dua pihak yang memiliki pengaruh besar dalam kultur budaya populer, karena merekalah yang melahirkan tokoh-tokoh superhero yang kini menjadi ikon-ikon modern. Marvel menciptakan Iron Man, Spider-Man, X-Men, Captain America, dan sederet superhero lainnya. Sementara DC melahirkan Batman, Superman, Flash, dan banyak lagi lainnya.
Berawal dari komik, Marvel dan DC terus bersaing dengan tokoh-tokoh yang hidup abadi di kalangan penggemar. Sampai kemudian, tokoh-tokoh komik itu diangkat ke layar lebar. Sampai di sini, mulai terlihat perbedaan mencolok. Film-film Marvel selalu mencapai sukses besar, sementara film-film DC bisa dibilang biasa-biasa saja. Apa yang terjadi?
Mengapa film-film Marvel lebih sukses daripada DC? Berikut ini adalah uraian yang bisa jadi menjelaskan kenyataan tersebut.
Start lebih awal
Marvel memulai debutnya pada 2008, saat merilis film Iron-Man. Film itu adalah debut film bagi Marvel Cinematic Universe. Sedangkan DC baru memulai debutnya di film Man of Steel pada 2013, yang disutradarai oleh Zack Snyder.
Karena Marvel memulai debut lebih dulu dan berhasil menguasai pasar lebih dulu, otomatis film Marvel lebih banyak dibandingkan DC, dan hal itu pula yang menyebabkan Marvel lebih dikenal orang-orang awam.
Berbeda dengan DC yang sekarang terhitung masih baru, dan hanya memproduksi 4 buah film, yaitu Man of Steel, Batman v Superman, Wonder Woman, dan Justice League (Aquaman belum masuk hitungan karena belum rilis). Sedangkan Marvel telah memproduksi sekitar 18 film dan terbilang sukses.
Pengembangan karakter
Dalam pengembangan karakter, lagi-lagi Marvel lebih unggul dibandingkan DC. Marvel juga berhasil memilih sutradara yang tepat untuk mengembangkan karakter. Kita bisa melihat di beberapa film Marvel. Walaupun karakternya hanya muncul sesaat (baru muncul di suatu film dan mati di film itu juga) tapi Marvel berhasil membuat karakter itu memorable di hati kita.
Sebagai contoh, karakter Dark Elves di Thor II, atau karakter Ultron di Avengers: Age of Ultron. Ada pula karakter Howard Stark, ayah Tony Stark yang hanya muncul di Captain America: First Avengers, tapi pengembangan karakternya sangat bagus. Kita bisa tahu asal-usul mereka, seperti apa sosok mereka, seperti apa karakternya, dan lain-lain.
Yang terbaru, dalam film Infinity War, Marvel sukses dalam mengembangkan karakter Thanos, dari asal-usul, ide dan pemikirannya, sampai isi hati terdalamnya.
Berbeda dengan pihak DC yang sangat bertele-tele dalam mengembangkan karakter. Sosok Jenderal Zod yang berpotensi menjadi villain terbaik layaknya Thanos, misalnya, tidak dimanfaatkan oleh DC, dan mati sia-sia. Padahal dia salah satu karakter yang unik dan idealis seperti Thanos, yang memiliki konsep serupa, "membunuh miliaran umat demi menyelamatkan miliaran umat lainnya".
Jenderal Zod tampaknya tidak dimanfaatkan baik oleh DC, karakternya tidak memorable, dan sia-sia. Kemudian di Batman v Superman, karakter Jenderal Zod yang dihidupkan kembali menjadi Doomsday juga lagi-lagi tidak dimanfaatkan dengan baik. Di komik, Doomsday merupakan villain terkuat yang bahkan bisa membunuh Superman hanya dengan berduel. Tetapi lagi-lagi, Doomsday hanya mati sia-sia di film karena kurangnya pengembangan karakter.
Beberapa aktor terlihat kurang tepat
Coba lihat poin penting ini. Robert Downey Jr sukses memerankan Iron Man, bahkan ada kutipan "Stark is Downey, Downey is Stark" karena suksesnya dia memerankan karakter Stark dalam Iron Man dan Avengers. Chris Evans juga sukses memerankan Captain America yang kharismatik. Bahkan bisa dibilang, hampir semua cast yang dilakukan Marvel benar-benar sempurna, sampai ke sosok villain seperti Killmonger dan Thanos.
Lalu bagaimana dengan DC? Gal Gadot sukses memerankan Wonder Woman, Henry Cavill cocok menjadi Superman, Ben Affleck juga layak menjadi Batman. Tapi hanya ketiga pemeran itulah yang terlihat cocok dengan peran masing-masing. Sisanya?
Jason Momoa dinilai gagal memerankan sosok Aquaman yang berkharisma dan berjiwa pemimpin, malah lebih terlihat seperti sosok pemberontak dibandingkan penguasa lautan. Ray Fisher terlihat kurang "wah" dengan karakter Cyborg yang jenius. Sementara Ezra Miller terkesan seperti pelawak dibandingkan superhero. Memang DC ingin membuat karakter The Flash ceria dan humoris layaknya karakter Spider-Man di Marvel, tapi yang muncul malah terkesan seperti pelawak, bukan superhero.
Marvel fokus ke karakter, DC fokus ke kekuatan
Poin terakhir yang membuat Marvel lebih unggul dibanding DC, yaitu fokusnya Marvel terhadap karakter. Marvel lebih fokus terhadap penggarapan karakter, sedangkan DC lebih fokus pada kekuatan. Marvel berusaha mengeksplorasi sifat-sifat dan karakter tiap tokoh, sedangkan DC fokus terhadap kekuatan. Hal inilah yang membuat penonton lebih bersimpati terhadap Marvel dibanding DC.
Langkah yang harus diambil DC sepertinya adalah fokus terhadap karakter tiap tokoh. Superman, di film Man of Steel, tidak digambarkan dengan epik, masa kecil Kal-El di-skip begitu saja, sementara sifat Kal-El tidak ada yang melekat di ingatan kita.
Bandingkan jika kita melihat Tony Stark ataupun Thor, kita akan mengingat apa? Karakternya, yang arogan tapi bijak, cerdas, sama-sama berjiwa pemimpin. Tapi kalau kita melihat Superman dan Wonder Woman, misalnya, apa yang ada di pikiran kita? Kekuatan super, laser, kuat, metahuman, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan DC lebih berfokus pada kekuatan para tokoh, yang malah membuat sebagian masyarakat tidak bersimpati terhadap filmnya.
Baca juga: Fakta dan Kisah di Balik Perburuan Infinity Stone