Mengapa Babi Sering Digunakan di Bidang Kesehatan?
https://www.naviri.org/2018/05/mengapa-babi-sering-digunakan-di-bidang.html
Naviri.Org - Membicarakan babi adalah membicarakan sesuatu yang sensitif, khususnya di Indonesia. Karena, sebagaimana kita tahu, negeri ini dihuni mayoritas muslim, yang mengharamkan babi. Tidak hanya mengonsumsi dagingnya secara langsung yang diharamkan, bahkan penggunaan apa pun terkait babi dalam berbagai hal juga dianggap haram. Misalnya kandungan babi dalam obat-obatan.
Yang agak menjadi masalah, kandungan dalam tubuh babi sering digunakan di bidang kesehatan. Mengapa para ilmuwan di bidang kesehatan memilih babi, dan bukan hewan lain yang lebih “netral” sehingga tidak memicu polemik pada sebagian kalangan?
Michael Swindle, seorang dokter hewan sekaligus peneliti dan penulis buku “Swine in the Laboratory”, menjelaskan banyak sistem biologis babi yang mirip manusia. Kemiripan sistem organ babi dengan sistem pada manusia mencapai 80-90 persen, baik anatomi maupun fungsinya.
“Jadi, jika sesuatu berfungsi pada babi,” ujarnya, “maka ada kemungkinan besar ia juga berfungsi pada manusia.”
Sistem dalam tubuh babi yang paling mirip dengan manusia adalah sistem kardiovaskuler. Jantung babi kurang lebih mempunyai ukuran dan bentuk yang sama dengan jantung manusia. Binatang ini juga mengembangkan radang pembuluh darah (aterosklerosis) dan serangan jantung seperti manusia.
Karena kesamaan ini, para peneliti menggunakan babi untuk memahami cara jantung bekerja. Babi juga digunakan untuk menguji perangkat kateter intervensional, dan metode operasi kardiovaskular (jantung). Bahkan, jaringan dari jantung babi digunakan untuk mengganti katup jantung yang rusak pada manusia, dan bisa bertahan hingga lebih dari 15 tahun.
Babi merupakan hewan omnivora sejati, seperti bisa makan dan minum apapun layaknya manusia. Karakteristik ini yang disebut Swindle menyebabkan fisiologi pencernaan dan proses metabolisme mereka mirip dengan manusia. “Babi digunakan dalam banyak jenis penelitian diet, dan studi penyerapan oral obat.”
Persamaan babi dengan manusia tidak berhenti sampai di situ. Bagian ginjalnya punya ukuran sama, sementara kulitnya memiliki fungsi penyembuhan sama seperti kulit manusia. Binatang ini telah membantu kelangsungan proses operasi plastik selama beberapa dekade dengan jaringan kulitnya.
Babi juga banyak digunakan di bidang farmasi. Cangkang obat, misalnya, banyak memakai gelatin dari babi dibanding binatang lain—sapi atau ikan—karena harganya lebih murah. Cangkang kapsul memakai gelatin, agar memudahkan pelarutan dalam lambung sehingga obat bisa langsung diserap dan menghasilkan efek. Mengapa babi yang dipakai? Alasannya mungkin sederhana, karena harganya lebih murah.
Selain berfungsi sebagai cangkang obat, gelatin juga digunakan sebagai emulgator untuk mencampur bahan obat yang tidak bisa saling campur. Campuran obat ini bisa dalam bentuk tablet, serbuk, sirup, krim, maupun salep. Di bidang farmasi, produk babi paling banyak memang digunakan sebagai gelatin.
Pada pembuatan vaksin jenis tertentu, babi biasa digunakan sebagai stabilisator dan katalis. Bakteri perlu dijaga dalam stabilisator agar fragmennya tetap stabil dalam penyimpanan, dan efektif saat digunakan. Contohnya adalah vaksin meningitis: kuman dikembangbiakkan pada enzim tripsin dari babi.
Enzim ini membuat perkembangbiakan kuman, yang butuh waktu belasan tahun jika dilakukan dengan katalis lain, terjadi hanya dalam hitungan menit. Dalam kasus vaksin meningitis ini, jangan khawatir dengan isu kehalalan. Hasil akhir vaksin telah “dicuci” sehingga kandungan babinya hilang.
Baca juga: Kontroversi Khimaira, Hibrida Babi dan Manusia