Gara-gara Banyak Orang Mati Sendirian, di Jepang Ada Pekerjaan Baru
https://www.naviri.org/2018/05/mati-sendirian.html
Naviri.Org - Di Jepang, ada fenomena yang disebut kodokushi, yaitu orang-orang yang mati sendirian di tempat tinggalnya. Kenyataan itu terjadi karena beberapa sebab. Bisa karena orang bersangkutan memang tidak punya keluarga, biasa karena punya keluarga tapi tinggal berjauhan, dan lain-lain. Intinya, saat mati, tidak ada orang yang tahu karena orang itu tinggal sendirian.
Karena mati sendirian dan tidak ada yang tahu, maka kadang ada mayat yang baru diketahui keberadaannya setelah beberapa bulan. Jadi, selama beberapa bulan, orang yang mati tanpa diketahui itu terus membusuk di tempat terakhirnya, tanpa diketahui orang lain. Ketika akhirnya keberadaannya diketahui, kondisinya sudah membusuk.
Yang menjadi masalah, kadang kodokushi terjadi di rumah sewaan atau apartemen yang dikontrak. Akibatnya, ketika di rumah sewaan atau apartemen itu terjadi kodokushi, si pemilik rumah atau apartemen pun kebingungan. Dari situ, muncullah pekerjaan baru di Jepang, yaitu pembersihan atau penyucian rumah/apartemen setelah terjadi kodokushi.
Fenomena kodokushi di Jepang menumbuhkan permintaan terhadap jasa pembersihan di tempat tinggal mereka yang meninggal seorang diri. Seperti yang dilaporkan Independent, banyak perusahaan menawarkan jasa tersebut.
Perusahaan asuransi, misalnya, mulai menawarkan kebijakan untuk melindungi pemilik gedung jika ada penghuni yang meninggal di bangunan miliknya. Penawaran yang diberikan meliputi pembiayaan pembersihan apartemen dan kompensasi sewa. Beberapa bahkan menanggung ritual penyucian di apartemen ketika pekerjaan pembersihan selesai.
Salah satu perusahaan yang melayani jasa tersebut adalah Next. Independent melaporkan bahwa Next pernah membersihkan ruangan apartemen di kawasan Kawasaki, selatan Tokyo. Penghuni apartemen itu, Hiroaki yang berumur 54 tahun, meninggal sendirian dan baru ditemukan empat bulan setelahnya.
Oleh karena pemilik gedung tidak mempunyai asuransi pembersihan apartemen, ia pun menghubungi Next agar tempat tinggal bekas Hiroaki dibersihkan sehingga dapat dijual kembali. Ia pun harus merogoh kocek $2.250 demi kelangsungan bisnis propertinya. Empat kru, lengkap dengan pakaian pelindung dan truk, datang membersihkan apartemen tersebut. Ada lagi perusahaan lain yang juga menjual jasa serupa, yakni ToDo-Company.
“Tugas utama saya membersihkan flat, apartemen, rumah mereka yang mati sendirian dan juga mengumpulkan kenang-kenangan,” ujar Miyu Kojima (24) pegawai ToDo-Company kepada Al-Jazeera.
Miyu sudah bekerja selama dua tahun di ToDo-Company sebagai pembersih tempat tinggal kodokushi. Tiap kali pekerjaannya rampung, ia dibayar $3.000-$5.000.
Menurut Miyu, rata-rata kodokushi di rumah yang ia bersihkan baru ditemukan satu atau dua bulan, paling lama delapan bulan, setelah meninggal.
“Saya melakukan semuanya dari awal sampai selesai, mulai dari mengendarai truk dan bersih-bersih, hingga berbicara dengan keluarga mereka,” katanya. Pekerjaan membersihkan tempat tinggal kodokushi berlangsung dari pagi hingga sore hari.
Ketika ia mengumpulkan barang kenang-kenangan, Miyu mencari benda yang mungkin diinginkan keluarga atau yang dirasa penting, seperti foto. Para kru melakukan ritual meletakkan bunga, membakar dupa, dan berdoa setelah pekerjaan bersih-bersih selesai. Barang kenang-kenangan diberikan pada keluarga. Apabila pihak keluarga tidak menginginkan, maka ToDo-Company akan mengambil dan membawanya ke kuil untuk keperluan ritual sebelum membakarnya.
“Saya merasa sedih ketika pihak keluarga tidak menginginkan barang-barang itu, karena benda tersebut adalah sesuatu yang ditinggalkan dan patut dikenang,” katanya.
Baca juga: Di Jepang, Ada Kalender Khusus untuk Mencari Jodoh