Mengenal Klorofil dan Manfaatnya Bagi Kesehatan
https://www.naviri.org/2018/05/klorofil-dan-manfaatnya.html
Naviri.Org - Pernah mendengar istilah klorofil? Orang-orang yang biasa mengonsumsi suplemen kesehatan kemungkinan besar mengenal klorofil, karena kini klorofil menjadi salah satu suplemen yang dipercaya berkhasiat. Seiring makin tingginya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan, mereka pun makin menyadari pentingnya mengonsumsi suplemen kesehatan, termasuk untuk tujuan detoksifikasi, dan klorofil menjadi salah satu pilihan.
Klorofil sudah dikenal lama sebagai suplemen kesehatan. Kandungannya dipercaya dapat meningkatkan vitalitas tubuh. Di dalamnya terkandung anti-oksidan, anti-inflamasi, yang berkhasiat membantu penyembuhan pada beberapa jenis luka.
Kandungan klorofil
Klorofil telah lama digunakan sebagai bahan pewarna alami, namun dalam beberapa tahun terakhir fungsinya bertambah sebagai suplemen kesehatan. Klorofil mempunyai peranan fungsional dalam kesehatan karena beberapa senyawa turunannya memiliki daya antioksidan, antikarsinogenik, dan antiinflamasi.
Zat ini sejatinya merupakan pigmen berwarna hijau yang ditemukan pada seluruh makhluk hidup berfotosintesis. Menurut Clydesdale dan Francis (1996), klorofil terletak dalam badan-badan plastid yang disebut kloroplas. Kloroplas memiliki bentuk teratur dan berbentuk seperti lempengan berwarna hijau ketika dilihat di bawah mikroskop lensa lemah. Klorofil berkaitan erat dengan lipid, protein, lipoprotein.
Sesungguhnya, setiap sayuran yang dapat dikonsumsi mengandung zat klorofil, misalnya daun kemangi (Ocimum sanctum), cincau (Cylea barbata Myers), kangkung (Ipomoea aquatica), bayam (Amaranthus spp.), singkong (Manihot utilísima L.), pegagan (Centella asiatica), dan daun pepaya (Carica papaya L).
Klorofil dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang, dan menyeimbangkan sitem hormonal. Zat hijau daun ini juga merangsang pembentukan darah karena, menyediakan bahan dasar dari pembentuk hemoglobin. Peran ini disebabkan karena struktur klorofil yang menyerupai hemoglobin darah dengan perbedaan atom penyusun inti dari cincin porfirinnya.
Kurniawati Wulan Sari (2005), merujuk penelitian Vlad, dkk., menyebutkan pemberian cuprofilin (kompleks Cu-(II)-klorofil) selama 90 hari pada tikus secara nyata menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan lipida serum darah tikus yang sebelumnya terindikasi aterosklerosis. Selain itu, aorta tikus yang diberi cuprofilin juga menampakkan infiltrasi lipid yang berkurang secara nyata, artinya klorofil dan turunannya berpengaruh terhadap metabolisme kolesterol.
Berdasar penelitian, di antara sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia seperti daun kemangi, cincau, kangkung, bayam, singkong, pegagan dan daun papaya, jumlah klorofil tertinggi terdapat pada daun pepaya. Menyusul kemudian daun singkong, pegagan, bayam, cincau, kangkung, dan kemangi.
Bahkan jika dibandingkan dengan jumlah klorofil pada alfalfa, kandungan klorofil pada sayuran di atas menunjukkan angka yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan, sebenarnya jenis pangan di Indonesia sudah kaya kandungan klorofilnya.
Manfaat klorofil
Klorofil dan beberapa senyawa turunannya pada awalnya dianggap sebagai peroksidan, yaitu zat yang memacu terjadinya oksidasi dalam tubuh yang dapat menghasilkan radikal bebas. Namun, dalam perkembangannya, zat ini justru berperan sebagai antioksidan atau penghancur radikal bebas.
Egner, et al (2001) menyatakan hasil konsumsi klorofilin dapat melindungi perkembangan karsinoma sel hati atau kanker lain yang terinduksi dari lingkungan. Studi kapasitas antioksidatif in vitro yang dilakukan Ferruzzi (2002) menunjukkan bahwa cincin porfirin berperan sebagai antioksidatif klorofil.
Namun, ternyata manfaat ini dapat berkurang bergantung pada lama penyimpanan. Penelitian menunjukkan kadar total klorofil yang disterilisasi selama 5-10 menit mengalami penurunan, yang diduga akibat degradasi klorofil menjadi turunannya yang berwarna gelap. Degradasi ini disebabkan oleh cahaya dan reaksi oksidasi.
Pengamatan yang dilakukan terhadap jumlah bakteri dalam minuman klorofil selama dua bulan penyimpanan hanya menunjukkan angka kurang dari 2.0x102 cfu/ml mikroba. Hasil ini dengan catatan pengemasan dilakukan dengan efektif dan steril pada suhu 121°C selama 5 menit.
Baca juga: Tips agar Air yang Kita Minum Benar-benar Sehat