Kisah Lahirnya Kamera, dan Tragedi Penemunya
https://www.naviri.org/2018/05/kisah-lahirnya-kamera.html
Naviri.Org - Asal usul kamera bisa ditelusuri sampai puluhan tahun lalu, ketika bentuknya masih besar, berat, rumit, sekaligus mahal. Hasil foto pada masa itu juga belum bisa dibilang bagus, khususnya jika dibandingkan dengan hasil foto di zaman kita. Namun, terkait kamera, ada satu tonggak penting yang diabadikan sejarah, yaitu lahirnya Kodak.
Kodak adalah kamera berukuran kecil (khususnya jika dibandingkan dengan kamera pada zaman tersebut), mudah dibawa-bawa, murah, sekaligus dapat menghasilkan gambar yang bagus (setidaknya jika dibandingkan gambar hasil kamera sebelumnya). Karena berbagai kelebihan itu, kamera Kodak pun segera populer dan menjadi penguasa di bisnis fotografi.
Orang yang ada di balik penemuan Kodak adalah George Eastman, yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam tonggak teknologi kamera. Sayangnya, kehidupan George Eastman tidak sebersinar Kodak temuannya. Berikut ini kisah penemuan Kodak, serta akhir hidup penemunya yang tragis.
Pada 1878, seorang pemuda asal Amerika Serikat bernama George Eastman hendak pergi berpetualang. Santo Domingo, Republik Dominika, adalah tujuannya. Sesuai saran teman kerja, Eastman kemudian membawa peralatan fotografi, guna mengabadikan perjalanannya.
Jangan membayangkan peralatan fotografi pada zaman Eastman hidup sudah praktis seperti saat ini. Kamera sebesar microwave, tripod besar, plat kaca untuk memproses emulsi fotografis, serta beberapa bahan kimia, harus ikut diangkut. Perlu seekor kuda untuk mengangkut satu paket peralatan fotografi kala itu.
Eastman seakan harus memilih: melakukan perjalanan tanpa beban tapi tak menghasilkan dokumentasi, atau menghasilkan dokumentasi tapi harus bersusah payah.
Dalam jurnal berjudul “Technology and the Market: George Eastman and the Origins of Mass Amateur”, yang ditulis Reese V. Jenkins, menyatakan bahwa kesengsaraan membawa peralatan fotografi seperti yang dialami Eastman sudah lazim terjadi. Sejak kali pertama fotografi komersial diperkenalkan pada 1839 hingga akhir 1870-an, fotografi merupakan "mainan" yang tak praktis dan barang mewah. Selain itu, membutuhkan teknik yang rumit dalam menciptakan foto.
Kamera yang dibawa Eastman saat melancong ke Santo Domingo saja membutuhkan biaya setara dengan $118,7 pada hari ini. Biaya yang dikeluarkan sebesar itu hanya untuk mempelajari bagaimana memotret menggunakan kamera seukuran microwave, belum sampai pada biaya produksi. Segala kesulitan semacam itu hanya mau dilakoni oleh mereka dari kalangan profesional di bidang fotografi.
Pada zaman Eastman hidup, fotografi lebih serupa kerja sebagai laboratorium kimia. Pada 1850-an, misalnya, untuk menghasilkan foto dibutuhkan proses fotografi yang menggunakan teknik wet-collodion, teknik yang mencampurkan soluble iodide dan larutan collodion, guna melapisi plat kaca. Teknik ini kali pertama dikembangkan oleh Frederick Scott Archer.
Namun, pengalaman susahnya berpetualang sambil membawa peralatan fotografi malah mendorong Eastman memutar otak untuk menciptakan teknik dan peralatan fotografi yang mudah dan praktis.
Kelahiran Kodak
Artikel pada British Journal of Photography, yang terbit di akhir dekade 1870-an, mengubah hidup Eastman. Dalam artikel itu, ditulis bagaimana membuat campuran kimia emulsi gelatin sensitif. Suatu bahan untuk menciptakan foto. Dalam “George Eastman: Founder of Kodak and the Photography Business”, yang ditulis Carl W. Ackerman, disebutkan bahwa bahan untuk menciptakan formula itu ialah: Gel 40 grs, Bro Am 23¼ grs,Water ¾ oz, dan Silver 40 grs.
“Artikel berbahasa Inggris ini mengarahkan saya pada arah yang benar. Saya mulai mempelajari teknik ini di waktu luang—yang pada saat itu saya masih berstatus pegawai bank—untuk menyusun racikan emulsi yang dapat melapisi dan kemudian kering pada plat kaca,” kata Eastman, sebagaimana dikisahkan Ackerman.
Tak ingin hanya menjadi orang yang mampu meniru sebuah teknik, Eastman kemudian menyempurnakan ramuan pada artikel itu dengan bereksperimen lebih lanjut. Tiga tahun berselang, dengan mengorbankan waktu luangnya, plat kering untuk melakukan proses fotografi akhirnya ia ciptakan.
Dengan memanfaatkan plat kering ciptaan Eastman, fotografer tak harus memikirkan bahan kimia atau kamar gelap—tempat untuk melakukan proses kimiawi fotografi. Pada 1880, tak hanya plat kering saja yang ia ciptakan, tapi mesin untuk memproduksi massal gambar pun ia ciptakan.
“Tidak ada orang yang akan melakukan proses pelapisan plat dengan tangannya, selepas mereka melihat mesin (yang saya ciptakan),” ucap Eastman.
Paten berkode US226503 dengan judul “Method and Apparatus for Coating Plate” kemudian menjadi miliknya. Temuan itu membawa Eastman masuk ke dunia bisnis fotografi. Namun, Eastman masih tak memutus statusnya sebagai pegawai bank.
Plat kering ciptaan Eastman laku di pasaran. Guna meningkatkan bisnisnya, mau tak mau Eastman harus menambah modal. Pada 1881, ia bermitra dengan Henry A. Strong, seorang pebisnis lokal. Mereka berdua selanjutnya mendirikan perusahaan bernama Eastman Dry Plate Company.
Selanjutnya, pada 1884 Eastman bermitra dengan William Hall Walker. Selain mengembangkan bisnis, kolaborasi itu juga dilakukan untuk mengembangkan dunia fotografi. Fotografi dengan gulungan film pengganti fotografi plat kaca, salah satunya diinisiasi oleh mereka. Selain film, kolaborasi antara Eastman dengan Walker melahirkan sesuatu yang fenomenal di dunia fotografi: Kodak.
Mengutip laman Metropolitan Museum of Art, Kodak berarti “teman kamera”. Istilah kodaking, kodakers, dan kodakery, kemudian muncul dan memiliki arti seperti istilah googling pada masa kini.
“You press the button, we do the rest” adalah moto Kodak kala itu. The Kodak, kamera yang diluncurkan pada 1888, merupakan salah satu tonggak sejarah fotografi modern. Kamera ini mengubah kesulitan-kesulitan orang yang hendak membuat foto menjadi mudah.
Kala itu, kemampuan kamera yang bisa digunakan untuk 100 pengambilan gambar seharga US$25. Pemakai hanya perlu mengembalikan kamera ke Kodak untuk diproses dengan biaya cetak sebesar US$10. Hingga 1898, ada 1,5 juta roll film yang dihasilkan para fotografer amatiran.
Kisah hidup Eastman yang tragis
Eastman lahir pada 12 Juli 1854 di Waterville, New York, AS. Ia putra pasangan Maria Kilbourn dan George Washington Eastman. Dalam buku berjudul “George Eastman: A Biography” oleh Elizabeth Brayer, disebutkan bahwa keluarganya berasal dari daratan Inggris.
Thomas Kilbourn, leluhur sang ibu, berlayar menggunakan perahu kayu bernama “Increase” dari Inggris ke Connecticut pada 1635. Sementara Roger Eastman, leluhur sang ayah, merantau dari Wales ke New Hampshire, memanfaatkan kapal layar bernama “Confidence” pada 1638.
Sebagai imigran, dua keluarga itu hidup dalam kesederhanaan. Trah Eastman memulai hidup di tanah Amerika dengan bekerja sebagai tukang kayu. Meskipun keluarga sederhana, cita-cita tinggi tersemat di anak-cucu keluarga ini. Ayah Eastman, George Washington, ingin menciptakan lembaga pendidikan.
Ketika Eastman berumur 5 tahun, keluarganya pindah ke daerah bernama Rochester. Sang ayah memulai lembaga pendidikannya, bernama Eastman Commercial College. Sayangnya, nasib mujur tak menyertai keluarga ini. Tak berselang lama, George Washington meninggal. Eastman Commercial Collage kemudian menghadapi masalah finansial. Keluarga kecil itu tak luput dari masalah ekonomi.
Eastman tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Di umur 14 tahun, ia mesti bekerja membantu keuangan keluarganya, juga membantu pembiayaan saudara perempuannya yang terkena polio. Pekerjaan pertamanya ialah sebagai pembawa pesan di perusahaan asuransi. Uang sebesar US$3 sepekan jadi imbalan. Kemudian, di perusahaan asuransi lainnya, Eastman memperoleh kerja baru, sebagai office boy.
Posisi yang rendah dan bergaji kecil tak mematahkan semangat Eastman. Selepas bekerja, ia mempelajari ilmu akuntansi. Setelah 5 tahun, ia naik pangkat. Eastman bekerja di bank lokal di tempat tinggalnya, sebagai staf junior. Uang sebesar US$15 per pekan mampu ia kantongi.
Artikel tentang ramuan emulsi fotografi yang ia baca di akhir dekade 1870-an, dan kelahiran Kodak, mengubah hidup Eastman. Sayangnya, kejayaan itu tak hidup selamanya. Pada masa tua Eastman, justru penuh dengan masalah. Robert I. Simon, dalam buku berjudul “Suicide Assessment and Management”, mengatakan bahwa masalah yang diderita Eastman bercabang. Mulai dari kesehatan, kehilangan anggota keluarga, isolasi sosial, hingga depresi.
Pada 14 Maret 1932, atau saat ia berusia 78 tahun, bersama isapan rokoknya dan selepas dikunjungi beberapa orang, mulai asisten pribadi hingga eksekutif Kodak, Eastman mengakhiri hidupnya. Ia mati dengan menembak diri di kamarnya. Pesan terakhir berbunyi: “Kepada teman-temanku. Pekerjaanku telah usai. Kenapa harus menunggu? GE”.
Beberapa dekade setelah kematian Eastman, nyatanya dunia fotografi tak pernah usai berinovasi. Kehadiran kamera digital yang menggantikan teknologi konvensional telah mengubah segalanya, termasuk bisnis perusahaan-perusahaan fotografi seperti Kodak. Kemunculan smartphone dengan fitur kamera juga menegaskan perubahan seabad lebih sejak Eastman sempat berjaya dengan temuan yang revolusioner pada zamannya.
Baca juga: Memahami Megapiksel pada Ponsel Kamera