Fakta-faka Lucu dan Konyol Seputar Donald Trump
https://www.naviri.org/2018/05/faka-lucu-dan-konyol-donald-trump.html
Naviri.Org - Donald Trump bisa jadi sosok yang penuh kontroversi. Tidak hanya sebagai Presiden AS, namun juga sebagai pribadi. Dengan kepemimpinannya di kursi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump beberapa kali mengeluarkan pendapat maupun keputusan yang dinilai kontroversial. Sementara sebagai pribadi, ada jalan panjang yang sama penuh kontroversi. Bukan hanya kontroversial, ada pula sederet fakta yang mungkin lucu, konyol, dan ironis.
Sebelum menjabat presiden seperti sekarang, sosok Donald Trump lebih dikenal sebagai bintang televisi di acara The Apprentice. Kenyataannya, tanpa bantuan acara itu, ia mungkin tak akan memperoleh popularitas sebagai pebisnis AS yang ulung dan berlimpah kekayaan materi.
Jauh sebelum bertarung di dunia politik level elit, Trump paham bahwa menyertakan diri di acara televisi akan membuat namanya moncer. Bukan sekadar asal numpang, tapi sebagaimana uraian Jennifer Keishin Armstrong di BBC, “menjadi seorang taipan super-sukses yang sombong dan arogan”.
Trump memang sering bangkrut dan mendapat reputasi buruk atas perilakunya sendiri, tapi ingatlah prinsip marketing: “Tak ada yang namanya publikasi buruk.” Ia tak merasa perlu gerah saat mendapat citra buruk dari sejumlah acara televisi yang mengolok-olok dirinya sendiri.
Contohnya di tahun 2005 silam, acara televisi Sesame Street memparodikan dirinya sebagai Donald Grump, karakter penggerutu yang kerap menyahut “Akulah rongsokan paling tak bermutu!”
Keberhasilan “Sang Donald” mewujud sebagai sosok yang arogan membuatnya sebagai inspirasi salah satu karakter utama dalam film Back to the Future II (1989), Biff Tannen. Penulis naskah film tersebut, Bob Gale, mengakui bahwa Trump adalah inspirasi untuk musuh sang tokoh utama dalam film fiksi sainsnya.
Mengapa? Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Variety, Gale berkata bahwa Trump dan Biff memiliki kesamaan sifat: arogan, sombong, dan hobi bullying.
Citra suka mem-bully terbangun selama Trump bermain di serial The Apprentice. Ia terkenal dengan ucapan “Anda dipecat!” kepada kandidat yang kalah di tiap episode. Semua makin terlihat jelas saat Trump berkampanye. Ia memaki imigran, kelompok muslim AS, hingga komentar tak pantas yang dilayangkannya pada kaum perempuan.
Arogansi Trump diakui oleh pencipta serial The Nanny, Peter Marc Jacobson, yang berkata pada New York Times, bahwa Trump memang sengaja bersikap demikian di depan kamera.
Saat Trump membaca naskah untuk kemunculannya di salah satu episode, salah satu pembantunya keberatan dengan status “jutawan (millionaire)” Trump. Trump ingin disebut sebagai “miliuner (billionaire)” dan ingin naskahnya diperbaharui. Agar ego Trump makin terpuaskan, Jacobson sekalian menggantinya dengan istilah yang lebih spektakuler: “zillionaire”.
Trump berkata pada The Washington Post bahwa dulu ia mengabaikan nasihat dari agennya saat menandatangani kontrak untuk menjadi tuan rumah The Apprentice pada 2004. Toh acara itu terbukti menjadi “demam” bagi pemirsanya di AS dan dunia, menggaet 20 juta penonton di tahun pertama.
Laporan Washington Post menyebut bahwa Trump menilainya sebagai potensi untuk meraup dukungan dari kalangan muda di AS. Maka, ia pun memasukkan namanya sebanyak mungkin ke dalam acara tersebut.
Ia kemudian melangkah lebih jauh, yakni dengan menegosiasikan 50 persen kepemilikan acara tersebut, dan dalam musim pertama penayangan saja ia melancarkan banyak perubahan kebijakan. Hasilnya keluar sesuai harapan. Ia dikenal sebagai Simon Cowell-nya AS, mengkritik banyak kebijakan bisnis AS, dan giat mempromosikan kejayaan ekonomi AS lewat metode bisnisnya.
The Apprentice mengubah dirinya dari tokoh lokal asal New York menjadi sosok kesayangan orang-orang AS di sejumlah negara bagian (yang pada pemilu kemarin menyumbang suara untuknya).
Kepopuleran Trump membantunya mengubur nama politisi Republikan lain saat mencalonkan diri sebagai calon presiden. Segala skandal terkait Trump University, maupun kebangkrutan beberapa usahanya, tertutup sedemikian rapat oleh citranya sebagai pebisnis jenius berjuluk “zillionaire”. Kemampuannya menyulap acara yang membosankan menjadi penuh gairah, membantu Trump merebut hati para pemilik TV kabel.
Produser The Apprentice, Bill Pruitt, sempat mengaku menyesal telah membantu Trump meraih jalur popularitasnya. Ia mengungkapkan itu dalam sebuah email pribadi kepada Vanity Fair, sesaat setelah Trump memenangkan pertarungan di pemilu.
Ia mengakui acaranya adalah penipuan publik yang bertujuan hanya demi rating. Dan yang paling Pruitt sesalkan adalah cerita tentang Trump di acara hiburannya itu dipersepsikan oleh publik sebagai kebenaran.
Meski penyesalannya begitu dalam, Pruitt tak bisa berbuat apa-apa. Sang zillionaire kini telah duduk di kursi tertinggi. Jika bisa diringkas, tak ada yang lebih patut untuk diberi terima kasih sebesar-besarnya oleh Trump kecuali televisi dan industri hiburan yang telah membesarkan namanya. Bukan keluarga, apalagi rakyat Amerika.
Baca juga: Wikileaks dan Kontroversi Buku Donald Trump