Asal Usul Library of Congress, Perpustakaan Terbesar di Dunia
https://www.naviri.org/2018/05/asal-usul-library-of-congress.html
Naviri.Org - Library of Congress atau Perpustakaan Kongres adalah perpustakaan yang ada di Amerika Serikat, yang menjadi perpustakaan kebanggaan negara itu. Pasalnya, Library of Congress tidak hanya menjadi perpustakaan terbesar dan terlengkap di Amerika, namun juga di dunia. Hal itu tentu tak bisa dilepaskan dari lengkapnya koleksi yang ada di sana, sekaligus proses pengembangannya yang telah berlangsung ratusan tahun.
Semuanya diawali pada suatu malam, bulan Juni 1790. Waktu itu, Thomas Jefferson menjadi tuan rumah pesta makan malam, yang kelak jadi bagian penting dalam sejarah Amerika Serikat (AS).
Di malam itu, lewat kesepakatan antara dirinya dan James Madison serta Alexander Hamilton (ketiganya termasuk founding father AS), diputuskan bahwa ibu kota bakal dipindah dari Philadelphia ke Washington, distrik baru sumbangan negara bagian Maryland dan Virginia, yang terletak di sepanjang Sungai Potomac.
Sejak kesepakatan itu, infrastruktur pendukung mulai dibangun, termasuk US Capitol yang dirancang sebagai kantor Kongres. Di sana juga didirikan ruang khusus untuk difungsikan sebagai perpustakaan.
Perpustakaan itu dinamai Library of Congress, atau yang kini juga dikenal sebagai perpustakaan nasional AS.
Sebagaimana namanya, Library of Congress didirikan untuk melayani kebutuhan informasi para anggota Kongres. Dalam kajian ilmu perpustakaan, bibliotek dengan pengguna spesifik ini masuk dalam kategori "perpustakaan khusus".
Karena didirikan bersamaan dengan keputusan untuk memindahkan ibu kota, Library of Congress disebut sebagai "institusi kultural tertua" di Washington.
Mengapa perpustakaan yang didirikan pertama kali di luar institusi pemerintahan? Kenapa bukan yang lain?
Sebab, sebagaimana ditulis di situs resmi Library of Congress, "sebagian besar anggota Kongres AS, yang bertemu pertama di New York City dan Philadelphia [adalah] pembaca yang rajin."
Selain itu, "di kedua kota itu [New York City dan Philadephia], mereka memiliki akses ke perpustakaan yang cukup besar: New York Society Library dan the Free Library of Philadelphia." Privilese itu yang ingin dipertahankan.
Keputusan resmi pemindahan ibu kota dan pendirian perpustakaan ini, setelah beberapa infrastruktur telah berdiri, tertuang dalam The Act of Congress yang diteken pada 24 April 1800, oleh John Adams, ketika itu menjabat sebagai Presiden ke-2 AS.
Bersamaan dengan perintah pendirian perpustakaan, John Adams juga setuju untuk mengalokasikan dana sebesar US$5.000 untuk membeli buku-buku. Ada 740 volume buku dan beberapa peta yang dibeli dari Inggris. Koleksi pertama ini datang pada 1801.
Thomas Jefferson, pendiri spiritual Library of Congress
Meski John Adams yang memerintahkan pendirian perpustakaan sekaligus menyetujui anggaran untuk pengadaan koleksi pertama, namun Thomas Jefferson lebih berjasa dalam mengembangkan perpustakaan ini. Jefferson adalah pengganti John Adams. Ia menjabat presiden ke-3 AS sejak 4 Maret 1801.
John Y. Cole, dalam The Library's Jeffersonian Legacy, mengatakan Jefferson sebetulnya adalah "pendiri spiritual" Library of Congress.
Suatu ketika, Jefferson pernah bilang, "Warga yang berpengetahuan adalah jantung dari demokrasi yang dinamis." Ia menganggap perpustakaan adalah bagian sentral bagi pembangunan bangsa dan demokrasi yang sehat. Oleh karena itu, Kongres harus dapat asupan informasi dan pengetahuan yang memadai dari sana.
Salah satu kebijakan penting yang ia ambil, sekaligus menjadi tonggak penting dimulainya hubungan erat antara presiden AS dan perpustakaan, adalah menunjuk langsung orang untuk mengelola perpustakaan itu. Jefferson mengangkat John J. Beckley (aktif pada 1802-1807) sebagai pengelolanya. John sekaligus menjadi pustakawan Library of Congress yang pertama.
Sepanjang menjabat, Jefferson juga kerap merekomendasikan buku-buku yang menurutnya bagus agar dibeli.
Pada 1890, sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa bapak bangsa AS ini, pemerintah mendirikan Thomas Jefferson Building—juga dikenal dengan Main Building—bangunan tertua dari tiga gedung Library of Congress.
Francis D. Cogliano, dalam Thomas Jefferson: Reputation and Legacy (2006), menggambarkan bahwa pria yang punya lebih dari 180 budak ini memang orang yang gemar membaca. Ia punya tiga perpustakaan pribadi.
"Pertama, terdiri dari tiga sampai empat ratus volume, yang dilalap api pada 1770. Kedua, yang segera dibangun setelah kebakaran, mungkin perpustakaan pribadi yang paling penting di abad ke-18, yang terdiri atas lebih dari 4.900 judul dan 6.700 volume [...] Akhirnya, antara 1815 dan kematiannya di 1826, Jefferson mengakuisisi perpustakaan ketiga." (hlm 20).
Koleksi pada perpustakaan kedua itulah yang kemudian jadi koleksi inti Library of Congress.
Ceritanya, pada tahun 1814, ketika Jefferson sudah pensiun (ia tak lagi jadi presiden sejak 4 Maret 1809), pasukan Inggris menginvasi Washington. Mereka menghancurkan Capitol, termasuk Library of Congress. Tak ada yang tersisa. Perpustakaan harus dimulai dari nol lagi ketika pasukan Inggris minggat.
Di sini Jefferson hadir. Ia menawari pemerintah untuk membeli seluruh koleksi perpustakaannya. Setahun kemudian, Kongres menyetujuinya.
Menjadi Perpustakaan Nasional
Pembelian tersebut sekaligus mengubah wajah Library of Congress. Tidak seperti koleksi lama yang sebagian besar berisi buku-buku soal pemerintahan/politik, yang dimiliki Jefferson lebih luas dari itu. Koleksi buku Jefferson juga meliputi tema-tema terkait tanaman, binatang, hingga sejarah kuno.
Perubahan terbesar adalah sifat perpustakaan itu. Sebelumnya, Library of Congress merupakan perpustakaan khusus yang hanya melayani para anggota Kongres, yang sebetulnya juga tidak begitu efektif karena hanya sedikit legislator yang memanfaatkannya. Dengan koleksi yang semakin beragam, mereka bertransformasi menjadi perpustakaan umum yang dapat memenuhi kebutuhan informasi semua orang, meski belum resmi diakui.
Lima puluh tahun kemudian, barulah Ainsworth Rand Spofford, pustakawan Library of Congress dari 1864 hingga 1897, yang sukses merealisasikan hal itu.
Dalam catatan John Y. Cole di buku The Library of Congress: A Documentary History (1987), Ainsworth "berhasil meyakinkan Komite Perpustakaan, dan kemudian Kongres itu sendiri, bahwa Library of Congress harus menjadi perpustakaan nasional" (hlm. 6).
Perpustakaan nasional, bagi Ainsworth, adalah akumulasi komprehensif dari produk intelektual suatu bangsa.
Pemikiran ini kemudian ia ejawantahkan dalam beberapa kebijakan. Di antaranya adalah menambah jam operasional perpustakaan, dan memperbanyak koleksi soal AS, terutama terkait kebudayaan dan kesusastraan. Hanya butuh tiga tahun baginya untuk menjadikan Library of Congress sebagai perpustakaan terbesar se-AS.
Sebagai gambaran, pada 1876, perpustakaan ini hanya punya 300 ribu buku. Tapi pada 1897, koleksinya sudah bertambah jadi 840 ribu. Tiga puluh persen di antaranya adalah buku wajib simpan dari penerbit di seantero AS.
Pada tahun terakhir masa jabatan Ainsworth, bangunan perpustakaan akhirnya dipisah dari kantor Kongres. Bangunan barunya terletak di sebelah timur alun-alun Capitol. Sejak saat itu, Library of Congress menempati gedung yang lebih megah.
Kini, koleksi Library of Congress telah mencapai 164 juta item, termasuk lebih dari 38,6 juta buku dan material tercetak lain, yang sudah dikatalogisasi dari 470 bahasa; dan lebih dari 70 juta manuskrip. Jumlah tersebut menjadikannya sebagai perpustakaan terbesar di dunia.
Baca juga: Kisah Orang-orang yang Tergila-gila pada Buku